oleh

RSU Tangsel: Begini Tips Kenali Vaksin Palsu

image_pdfimage_print
Kepala Bidang Penunjang RSU Kota Tangsel, Surjana.(yud)

Kabar6-Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjamin ketersediaan stok vaksi yang dimiliki aman.

Kualitas asli sehingga masyarakat selaku pasien pengguna jasa kesehatan yang terletak di Jalan Raya Padjajaran itupun tidak perlu khawatir karena memenuhi standar.

Kepala Bidang Penunjang RSU Kota Tangsel, Surjana mengatakan, untuk vaksin dasar seperti polio, BCG, DPT, campak didistribusikan langsung dari Dinas Kesehatan setempat. Kecuali untuk ATS atau anti tetanus serum.

Vaksin tetanus biasanya digunakan untuk pasien kecelakaan atau terkena luka. Diberikan suntikan agar tidak mengalami tetanus jadi vaksin ATS itu  stoknya harus banyak.

“Kalaupun membeli Vaksin RSU Kota Tangsel membeli di Bio farma produsen vaksin satu satunya  di Indonesia melalui distributor Rajawali Nusindo,” katanya kepada wartawan di ruang kerjanya, akhir pekan kemarin.

Menurut Surjana, untuk wilayah Banten ada tiga distributor resmi vaksin. Yaitu, Rajawali, Merapi, dan Bio Farma ada surat penunjukan langsung.

Ia menegaskan bahwa vaksin di RSU Tangsel ini membeli lewat distributor resmi. Jadi kemungkinan kecil memiliki vaksin palsu.‎ “Vaksin palsu dan asli dapat dibedakan,” tegasnya.

Berikut cara membedakan vaksin asli dan palsu yang disampaikan Surjana.‎ Pertama, untuk melihat kemasan dari produk yang akan digunakan vaksin asli kualitas cetakan hurufnya jelas, tidak buram. Kemasan juga harus dalam keadaan bagus, tidak robek, dan bersih.

Vaksin asli pasti mencantumkan tanggal kadaluarsa pada kemasannya. Selain itu, pada vaksin asli terdapat  nomor unik yang dinamakan lot number. Nomor unik pada setiap vaksin ini berbeda dengan vaksin lainnya.

Bila kemasan dibuka, tanggal kedaluarsa serta lot number botol vaksin asli, sama seperti yang tertera pada kemasannya. Cairan vaksin asli berwarna bening dan tidak keruh. Vaksin ini juga hanya digunakan sekali saja.

“Vaksin asli memiliki penutup yang disegel dan tidak cacat,” tambah Surjana.

dokter spesialis anak RSU Kota Tangsel, Vollico Nenni Septiyana.(yud)

Di lokasi yang sama,‎ dokter spesialis anak RSU Kota Tangsel, Vollico Nenni Septiyana mengungkapkan, dampak vaksin palsu ini bagi anak-anak. Resiko terberat adalah anak akan terkena infeksi.

“Pembuatan vaksin palsu yang tidak steril dan tidak mengikuti prosedur seperti pembuatan vaksin asli tentu akan menimbulkan banyak kuman dan menyebabkan infeksi,” ungkapnya.

Nenni uraikan, gejala infeksi setempat pada tubuh anak yang di vaksin tersebut antara lain timbul warna merah pada kulit si anak. Namun jika itu terjadi pada anak setelah divaksin, orangtua tak perlu khawati.

Bila terakhir kali vaksinasi pada tiga hari  dan tidak muncul gejala tersebut, kemungkinan besar anak tidak terkena infeksi.

Menanggapi hal ini, Nenni menyebutkan,  anak yang mendapat vaksin palsu seharusnya kembali diimunisasi. Sebab, mereka yang mendapat vaksin palsu tentu tidak mendapat manfaat kebal terhadap suatu penyakit.

Kalau vaksin isinya hanya cairan, tentu tidak berfungsi sama sekali. Jadi, orangtua bayi mesti memberikan vaksin ulang pada mereka. Nenni bilang, tidak ada itilah over dosis vaksin. Jadi para orang tua tidak perlu khawatir bila anaknya di vaksin ulang.

“Kerugian terbesar secara panjang jika mendapat vaksin palsu adalah tubuh si anak  tidak kebal terhadap penyakit‎,” sebut Nenni.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam twitnya melalui akun@KemenkesRI, karena vaksin palsu dibuat dengan cara yang tidak baik, maka kemungkinan timbulkan infeksi.

Gejala infeksi ini bisa dilihat tidak lama setelah diimunisasikan. Jadi kalau sudah sekian lama tidak mengalami gejala infeksi setelah imunisasi bisa dipastikan aman. Bisa jadi anak Anda bukan diimunisasi dengan vaksin palsu, tetapi memang dengan vaksin asli.

Sementara itu, untuk dampak proteksi tujuan vaksinasi tidak tercapai, yaitu membentuk kekebalan tubuh sebelum seseorang jatuh sakit.

Misalnya, seorang anak mendapat vaksinasi Hepatitis B sebanyak 3 kali. Setelah terpenuhi, anak ini kebal bila kelak terpapar oleh virus Hepatitis B. Ia sudah kebal tanpa harus jatuh sakit. ‎

Sementara anak yang tidak divaksinasi, harus sakit dulu baru dapat memiliki kekebalan. Bila ternyata anak ini mendapatkan vaksin yang palsu, tentu kekebalan itu tidak pernah ada.(adv)

Print Friendly, PDF & Email