oleh

RS Swasta di Kota Tangerang Kecewakan Pasien BPJS

image_pdfimage_print

Kabar6-Keluhan pasien pengguna kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kota Tangerang, kembali menyeruak.

 

Kali ini, suara miring itu diungkapkan Achmad Rosidi, warga Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang.

 

Penyebabnya, lantaran Achmad merasakan sulitnya mekanisme yang harus ditempuh, saat hendak melakukan upaya pengobatan putrinya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Hermina Tangerang, sejak kemarin.

 

“Jujur saja, ini kali pertama saya berobat menggunakan BPJS. Biasanya kami sekeluarga melalui jalur normal. Namun, singkat ceritanya, setelah ditangani oleh dr Aris, dokter yang memang telah biasa menangani kalau anak saya sakit ini, menyarankan agar anak saya dirawat inapkan dahulu. Beliau pun memberikan opsi, untuk kami menggunakan jalur BPJS, jika memang telah memilikinya,” beber Rosidi, kepada Kabar6.Com, Minggu (26/7/2015).

 

Sayangnya, pihak RS justru meminta agar terlebih dahulu mengurus surat rujukan kepada yang bersangkutan, sebagai syarat administrasi penggunaan pengobatan BPJS.

 

“Jadi saya sempat berdebat dengan suster jaga di rumah sakit itu. Saya memang mengakui, tidak terlalu paham dengan mekanisme pada proses BPJS, makanya saya minta dijelaskan, perihal kelengkapan apa saja yang harus kami lengkapi, jika ingin menggunakan BPJS,” jelasnya.

 

Namun, penjelasan yang diberikan pihak RS, dinilainya sama sekali tidak terinci dan terspesifikasi dengan maksud dalam pertanyaan itu.

 

Kemudian, kata dia, RS hanya memberikan opsi agar dilakukan tes medis terlebih dahulu kepada putrinya, Kinanti, yang kini baru berusia 4,5 tahun ini.

 

“Akhirnya hasil Labya keluar, tapi hasil cek medis itu menunjukkan tidak ada apa-apa, sehingga anak saya dinyatakan tidak diharuskan dirawat. Dan semisal hasil lab menunjukan ada indikasi emergency, barulah disarankan untuk dirawat serta juga bisa langsung menggunakan BPJS,” tukas dia.

 

Hingga akhirnya, Rosid pun memutuskan untuk tetap mengikuti saran dr Aris, yakni merawat inapkan putrinya, meski dengan jalur normal alias dikenakan biaya.

 

“Abis ibu saya sudah marah-marah dan maksa suruh rawat inap pakai jalur normal saja. Kami pun akhirnya dikenakan biaya deposito sebesar Rp800 ribu. Tidak tahu deh, nanti total biayanya sampai berapa. Padahal, kami sekeluarga ada lima orang telah tercatat sebagai peserta BPJS Kelas 1 dan selalu rutin membayarkan iuaran setiap bulannya sebesar Rp59.500 per orangnya,” sesalnya.

 

Atas kondisi itu, dirinya pun meminta agar pemerintah setempat, melalui instansi terkaitnya, untuk berani secara terbuka mengimbangi program ini, dengan menyediakan fasilitas survey, untuk melihat sampai sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap program peninggalan rezim Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

 

“Soalnya, tadi pasien yang di satu ruangan dengan anak saya juga ngeluhin soal BPJS. Bahkan, sampai kapok dan nyuruh saya untuk mending pakai jalur normal saja, jika berobat,” katanya.

 

Sementara itu, Kepala Jaga RSIA Hermina Tangerang, Suster Eni Kuswati, saat dikonfirmasi perihal persoalan tersebut, memang memberikan penjelasan yang tak jauh berbeda seperti apa yang telah disampaikan oleh yang bersangkutan (Rosidi).

 

Hanya saja, pihaknya dalam hal ini sepertinya seakan menegaskan, terkait dengan ketentuan serta prosedural yang memang seharusnya dijalankan oleh seluruh pegawai. ** Baca juga: Kapolsek: CCTV Metos Tidak Rekam Pembobolan di Kios New Silver Jewellery

 

“Artinya, proses pengobatan dengan jalur BPJS, yang dilakukan tanpa kelengkapan surat rujukan, tetap dapat dilakukan, jika memang terdapat/ditemukan indikasi emergency. Kami sudah sarankan, sewaktu pasien itu pertama tiba di IGD, pada pukul 02.00 dinihari kemarin, untuk dirawat inapkan. Saat itu, jika pasien hendak dirawat inapkan, dan prosesnya mau melalui BPJS bisa dilakukan, karena di jam itu masuk kategori yang di emergency kan. Selain itu, ada juga yang dilihat dari kategori penyakitnya, seperti yang ada pada poster BPJS disebelah sana,” pungkasnya, seraya memberikan keterangan, bahwa penyakit yang diderita pasien Kinanti adalah observasi muntah atau disebabkan dari diare.(ges)

Print Friendly, PDF & Email