oleh

Ratusan Ribu Orang di Inggris ‘Pensiun’ Merokok Karena Takut COVID-19

image_pdfimage_print

Kabar6-Khawatir akan meningkatkan risiko terserang COVID-19 yang parah, lebih dari 300 ribu orang di Inggris memutuskan untuk berhenti merokok

Data ini semakin diperkuat dengan survei yang dilakukan oleh YouGov. Melansir Okezone, lebih dari 1.000 orang Inggris disurvei oleh YouGov bekerjasama dengan Action on Smoking Health (ASH), tempat konsultasi untuk membantu orang berhenti merokok. Penelitian baru menunjukkan, saat ini sekarang makin banyak orang yang memilih gaya hidup yang lebih sehat.

Diketahui, COVID-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru, sehingga kondisi ini dapat membuat perokok lebih mungkin untuk menderita komplikasi jika mereka terinfeksi virus.

Penelitian menemukan, dua persen perokok telah berhasil berhenti sejak awal pandemi. Delapan persen sedang mencoba untuk berhenti, sementara 36 persen mengatakan mereka telah mengurangi.

Terlepas dari upaya yang dilakukan oleh orang Inggris untuk berhenti merokok, banyak penelitian menemukan bahwa hanya ada hubungan kecil antara merokok dan gejala serta komplikasi virus corona yang parah.

University College London memulai penelitian dan menemukan bahwa proporsi perokok di antara pasien rumah sakit lebih rendah dari yang diharapkan. Satu studi menyebut bahwa proporsi perokok Inggris di antara pasien virus hanya sekira lima persen.

Dikatakan juga, perokok tidak selalu membutuhkan perawatan intensif apabila tertular COVID-19 daripada pasien lainnya. Data dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan, hanya 1,3 persen dari 7.000 orang yang dites positif terinfeksi virus adalah seorang perokok.

Para ilmuwan telah mengakui bahwa tidak ada penjelasan mengapa beberapa perokok tidak berisiko lebih besar terkena COVID-19. Tetapi beberapa menyatakan bahwa faktor gaya hidup lain membuat beberapa perokok tidak mengalami komplikasi parah.

Untuk lebih memahami hubungan antara merokok dan virus corona, para peneliti di Perancis menguji coba patch nikotin sebagai pengobatan untuk beberapa pasien COVID-19.

“Merokok merusak paru-paru Anda dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko mengembangkan komplikasi yang mengancam jiwa dari COVID 19. Perokok juga lebih mungkin membutuhkan perawatan untuk kondisi serius lainnya seperti serangan jantung, stroke, diabetes, kanker, dan emfisema,” demikian tulis ASH.

Beberapa kondisi di atas, dikatakan ASH, bisa disebabkan melalui rokok dalam bentuk apa pun. Misalnya shisha, ganja, atau zat lain juga meningkatkan risiko pada manusia.

Pada Maret 2020 lalu, Sekretaris Kesehatan Matt Hancock mengatakan, kebiasaan merokok akan semakin memperburuk kondisi pasien apabila terinfeksi. Kepala petugas medis, Chris Whitty, sebelumnya mengatakan hal yang sama dan ini menjadi waktu yang tepat untuk berhenti merokok.

Dalam pernyataan, Ketua ASH, Nick Hopkinson, mengatakan bahwa merokok dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan kemampuan seseorang untuk melawan infeksi. ** Baca juga: Hindari Berat Badan Melonjak Selama Puasa

“Semakin banyak bukti bahwa merokok dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk pada mereka yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19. Berhenti merokok juga dengan cepat mengurangi risiko orang terhadap masalah kesehatan lain seperti serangan jantung dan stroke,” jelas Hopkinson.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email