oleh

Pria Inggris Sebar Kabar Palsu Ancaman Bom Agar Sang Istri Tak Kunjungi Kelab Malam

image_pdfimage_print

Kabar6-Lantaran dibakar api cemburu, seorang pria Inggris bernama Mo Ahmed (42) nekat menyebar kabar palsu alias hoaks melalui telepon, istrinya tidak pergi ke kelab malam Duke of Wellington di Minehead, Somerset.

Apa yang dilakukannya? Dalam sidang pengadilan, melansir Devonlive, terungkap bahwa Ahmed nekat menelepon kelab malam tersebut dengan memberitahukan peringatan adanya ancaman bom. Akibatnya, kelab malam Duke of Wellington itu terpaksa ditutup hingga kehilangan pemasukan. Di pengadilan, Ahmed mengaku melakukan dua telepon peringatan palsu.

Menurut keterangan Ahmed, dia melakukan hal itu karena marah kepada sang istri yang memutuskan pergi keluar malam, padahal dirinya tengah mengerjakan dua pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pasangan suami istri tersebut diketahui membuka kios suvenir. Namun toko itu hanya memperoleh pemasukan sekira Rp358 ribu per hari. ** Baca juga: Digigit Laba-laba Berbisa Bikin Bibir Wanita Asal Virginia Ini Jontor dan Berhalusinasi

Agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya, Ahmed yang berasal dari The Parade, Minehead, lantas bekerja juga pada sebuah restoran di Tiverton, Devon, untuk membayar uang sewa flat. Pria itu merasa kecewa saat mengetahui bahwa istrinya sedang pergi ke kelab malam pada tengah malam.

Sementara itu, akibat peringatan bom palsu tadi, polisi harus mengevakuasi 25 tamu kelab malam, dan 130 pelanggan bar pada pukul 01.00 waktu setempat.

Dalam laporan hukuman percobaan tertulis, “Dia merasa terganggu karena istrinya menghabiskan uang saat dia harus bekerja keras untuk membayar tagihan. Ketika dia tahu istrinya akan pergi ke Wetherspoons, dia marah dan frustrasi dan ingin menghancurkan malamnya. Dia tidak mempertimbangkan efeknya pada kelab malam itu.”

Atas perbuatannya itu, Ahmed dijatuhi hukuman enam bulan penjara, dengan masa penangguhan selama setahun. Ia juga diperintahkan untuk membayar sebesar Rp15 juta serta melakukan 120 jam kerja pelayanan masyarakat yang tidak dibayar.

“Telepon ini pasti bisa dilacak karena dilakukan dari telepon genggam Anda sendiri. Saya diberitahu bahwa Anda benar-benar merasa malu dan memang seharusnya begitu. Alasan Anda itu cara berpikir yang aneh. Itu adalah hal yang tidak biasa untuk dilakukan,” kata Hakim Geoffrey Mercer.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email