oleh

PLTU Suralaya Buatkan Lokasi Sandar Kapal Bagi Nelayan di Cilegon

image_pdfimage_print

Kabar6-Nelayan tradisional coba bertahan dari gempuran dunia industri di Kota Cilegon. Dengan alat tangkap dan perahu seadanya, mereka terus menangkap ikan di sekitar Selat Sunda.

Berdirinya bangunan industri di bibir pantai, lokasi sandar kapal terus terkikis. Beruntung ada BUMN peduli, melalui PLTU Suralaya, pembangkit listrik Jawa-Bali milik Indonesia Power, membuatkan tempat sandar kapal.

“Dulu sebelum ada proyek pembangunan unit 9 dan 10, nelayan menyandarkan kapal seadanya saja. Ketika itu perahu nelayan ditempatkan di pesisir pantai saat itu pantai Kelapa Tujuh,” kata Rebudin ketua nelayan Rukun Suralaya yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon, Jumat (22/02/2019).

Kelompok nelayan Rukun Suralaya beranggotakan 130 nelayan. Di tengah industri di Kota Baja, mereka bertahan mencari ikan secara tradisional.

Nantinya, di lokasi sandar kapal itu, mampu memuat 100 unit perahu milik nelayan. Lokasi sandar kapal memiliki lebar 57 meter, panjang 215 meter, dengan luas kolam bandar mencapai 1,3 hektare.

PLTU Suralaya yang merupakan salah satu BUMN itu mengaku memberikan sebagian lahan milik PLTU Suralaya pembangkit Jawa-Bali, untuk melestarikan keberadaan nelayan tradisional dan menjaga kehidupan ekonomi mereka tetap berlangsung.

“Pangkalan Nelayan itu memang berada di atas lahan PT Indonesia Power. Namun sebagai upaya asas manfaat terhadap masyarakat sekitar, maka lahan tersebut dikelola oleh masyarakat Suralaya khususnya masyarakat yg berprofesi sebagai nelayan,” kata Kardi B Kasiran, koordinator pengerjaan unit 9 dan 10 PLTU Suralaya pembangkit listrik Jawa-Bali, Jumat (22/02/2019).

Peran pemerintah pusat melalui Kesyahbandaran Otoritas dan Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten, akan membantu nelayan tradisional untuk meningkatkan tangkapan lautnya.

Seperti pelatihan penangkapan ikan yang baik sampai menerbitkan izin perahu secara gratis.**Baca Juga: Dari 10 Provinsi, Administrasi di Banten Paling Buruk.

“Nanti kita bantu nelayan menerbitkan sertifikat perahu mereka, tentunya gratis dan tidak dipungut biaya,” kata Herwanto, Kepala KSOP Kelas I Banten.(dhi)

Print Friendly, PDF & Email