oleh

Peneliti Temukan Titik Stres pada Otak Manusia

image_pdfimage_print

Kabar6-Para ilmuwan di Universitas Yale, Amerika, menemukan titik lokasi stres pada otak manusia. Disebutkan, stres level lebih tinggi ditemukan di hypothalamus. Sedangkan lokasi tempat tinggal stres yang lebih rendah levelnya, berada di area dorsal lateral frontal cortex.

Dalam penelitian ini, melansir Okezone, dilakukan pemindaian fMRI kepada subjek penelitian yang dilakukan sambil melihat gambar-gambar penuh kesedihan dan kesulitan. Contohnya, gambar anjing yang menggeram, wajah yang dimutilasi, atau gambar keadaan toilet yang kotor. Hasilnya, ditemukan bahwa manusia melakukan sesuatu untuk bisa melemahkan stres itu sendiri.

“Temuan kami menunjukkan bahwa individu menggunakan jaringan positif dan negatif secara adaptif, untuk melemahkan perasaan stres. Artinya, peserta yang memiliki konektivitas lebih tinggi dengan jaringan negatif. Tapi di saat yang bersamaan, konektivitas lebih rendah dengan jaringan yang positif,” demikian penjelasan tim ilmuwan Yale.

Di tengah kondisi pandemi COVID-19 ini, masyarakat global memang mengalami tekanan psikologis yang meluas aspeknya. Tidak hanya soal kesehatan seperti takut terinfeksi, isolasi, takut kehilangan anggota keluarga, tapi juga sampai kepada takut menjadi berjarak dengan orang-orang yang dicintai, hingga tekanan psikologis tentang gejolak ekonomi finansial.

Seorang Profesor di Pusat Studi Anak, Department Ilmu Saraf dan sekaligus Foundations Fund, Yale, bernama Rajita Sinha, berharap dengan hasil penelitian ini ke depannya terapeutik yang diberikan bisa disesuaikan ke berbagai target, termasuk kaum yang paling rentan.

Contohnya orang-orang lanjut usia, para tenaga medis yang bekerja sebagai garda terdepan, dan sebagainya. ** Baca juga: Apa Saja Manfaat Karbohidrat untuk Tubuh?

“Temuan ini kemungkinan bisa membantu kami menyesuaikan intervensi terapeutik ke berbagai target. Contohnya, menambah kekuatan koneksi dari hippocampus ke korteks frontal, atau bisa juga mengurangi sinyal ke pusat-pusat stres fisiologis,” ungkap Profesor Sinha.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email