oleh

Pandemi COVID-19 Justru Bikin 5 Pengusaha Dunia Ini Tambah Tajir

image_pdfimage_print

Kabar6-Bagi banyak pengusaha termasuk pekerja kantor atau pabrik, pandemi COVID-19 membuat sejumlah orang harus kehilangan pekerjaan karena kena PHK, sementara di sisi lain pengusaha merugi karena tidak ada pemasukan.

Ya, pandemi COVID-19 memang telah menghantam banyak sektor perekonomian. Namun, hal ini ternyata memiliki pengaruh berbeda untuk para pengusaha yang bergerak di bidang kesehatan. Banyak dari perusahaan yang mereka jalankan justru mengeruk keuntungan sangat besar.

Siapa sajakah pengusaha yang justru tambah kaya saat pandemi COVID-19 ini? Melansir Boombastis ini lima pengusaha dunia yang dimaksud:

1. Li Xiting
Pengusaha alat kesehatan (alkes) asal Tiongkok ini adalah pemilik perusahaan Mindray Medical International yang berbasis di Shenzhen yang dirintisnya sejak 1991. Dan kini menjadi produsen peralatan medis terbesar di Tiongkok.

Saat COVID-19 muncul pertama kali di Wuhan, perusahaannya aktif memerangi pandemi tersebut dengan melipatgandakan kapasitas produksi ventilator di pabrik Shenzhen menjadi 3.000 buah dalam sebulan. Berkat kenaikan tersebut, kekayaannya bertambah sebesar satu persen menjadi Rp190 triliun.

2. Gustavo Denegri
Pengusaha ini memang memiliki latar belakang sebagai ahli kimia profesional. Lewat perusahaan bioteknologi Italia, DiaSorin, yang dibeli pada 2000 silam, Denegri sebagai miliarder berkat alat tes diagnostik berbasis swab dan alat tes darah antibodi untuk COVID-19.

Bahkan, tes antibodi hasil penelitian terbarunya yang diluncurkan pada April lalu, kini tengah didistribusikan ke beberapa pemerintah daerah di Italia.

Selain di Italia, DiaSorin memiliki cabang di Amerika Serikat (AS) dan Jerman. Berkat bisnisnya, kekayaan Denegri pun naik sebesar 32 persen menjadi Rp67 triliun.

3. Alain Meìrieux
Konglomerat medis Alain Meìrieux diuntungkan berkat perusahaan BioMérieux, sebagai cabang pengujian diagnostik dari Institut Mérieux, sebuah perusahaan medis ternama yang didirikan oleh kakek Mérieux, Marcel, pada 1897.

Berdiri pada 1963, BioMérieux memproduksi alat pengujian diagnostik COVID-19 yang dirilis pada akhir Maret lalu. Kit pengujian BioMérieux tergolong berbeda dari alat uji kebanyakan karena mampu memotong waktu pengujian untuk virus menjadi 45 menit.

Jelas, hal ini menjadi terobosan penting yang sangat dibutuhkan untuk melawan COVID-19. BioMérieux yang kini dijalankan oleh putranya, Alexandre, meraih total pendapatan bersih menjadi Rp114 triliun selama pandemi COVID-19.

4. Thomas Struengmann dan Andreas Struengmann
Dua pengusaha kembar, Thomas Struengmann dan Andreas Struengmann, berhasil meraih keuntungan yang signifikan selama masa pandemi COVID-19.

Sebelumnya, kekayaan mereka dimulai saat menjual perusahaan pembuat obat generik Hexal ke Novartis dengan harga sekira US$7 miliar pada 2005 lalu.

Keduanya kemudian berinvestasi di sebuah perusahaan bernama BioNTech yang bekerjasama dengan fizer PFE dan Fosun Pharmaceuticals, dengan membuat vaksin untuk COVID-19.

Percobaan pertamanya dilakukan pada seorang pasien di Jerman pada 23 April lalu. Dari sinilah, keduanya mengalami kenaikan jumlah kekayaan sebesar Rp103 triliun.

5. Maja Oeri
Sebagai keturunan dari Fritz Hoffmann-La Roche, pendiri raksasa farmasi yang berbasis di Swiss Roche, Maja Oeri juga mengeruk keuntungan yang signifikan dari bisnis turun temurun keluarganya tersebut.

Pada 19 Maret, Roche sedang memulai uji klinis fase ketiga dari obat radang sendi tocilizumab untuk pasien COVID-19 di Amerika Serikat. Perusahaan tersebut juga mengembangkan tes serologi baru yang mendeteksi antibodi pada orang yang sudah memiliki penyakit, dan diluncurkan di AS hingga Eropa pada awal Mei lalu. Berkat bisnis dari Roche, kekayaan Oeri naik sebesar 10 persen menjadi Rp48 triliun.

Di luar bidang kesehatan, pendiri aplikasi Zoom, Eric Yuan, yang berasal dari Tiongkok juga mengalami kenaikan jumlah kekayaan di tengah pandemi COVID-19. ** Baca juga: Ini 4 Teori Bagaimana Bulan Terbentuk

Eric Yuan telah menghasilkan hampir Rp60 triliun dalam tiga bulan, dari lonjakan pemakaian Zoom untuk berkomunikasi, imbas kebijakan stay at home yang diberlakukan oleh pemerintah.

Luar biasa.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email