1

Pelaku dan Korban Pembunuhan di Tegal Rotan Komplotan Copet

Kabar6-Misteri kasus pembunuhan terhadap AS (18) yang ditemukan tewas dalam kondisi leher tergorok didekat Tol Bintaro, Tegal Rotan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akhirnya terkuak.

Hubungan korban dengan para pelaku ternyata terlibat dalam komplotan tindak kejahatan pencopaten.

“Motifnya sakit hati karena pembagian hasil copet tidak sesuai dengan keinginan pelaku. Pelaku adalah kelompok pencopet, korban adalah penadah,” ungkap Kabid Humas Kasubbid Penmas, Polda Metro Jaya, AKBP Mahbub, lewat pesan resmi kepada wartawan melalui layanan Blackberry, Sabtu (22/9/2012).

Dia memaparkan, total jumlah tersangka yang tega menghabisi AS sebanyak 4 orang. Seluruh pelaku sudah berhasil diamankan dan ditangkap secara terpisah.

Keempat pelaku tersebut antara lain,
Toni Alfia alias Tompel (20), Irfan Maulana (21), Wahyuda Suhendra alias Bembeng (25). “Dari tangan para tersangka disita  BB (barang bukti) HP korban 1 merk Nokia,” jelas Mahbub.

Seperti diberitakan Kabar6.com sebelumnya, korban diidentifikasi masih berstatus pelajar dengan inisial As (18), warga Kampung Pondok Belimbing, RT 03/04, Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel.

“Identitas korban sudah kami ketahui. Berisial As dan masih berstatus sebagai pelajar. Saat ini, kami masih terus berupaya menyelidiki penyebab kematian korban,” ujar Kapolsek Ciputat Kompol Alip, tanpa merinci status dan alamat sekolah korban, Senin (10/9/2012).

Ya, saat ditemukan kondisi korban sangat mengenaskan. Selain tanpa identitas, sekujur tubuh korban juga dipenuhi oleh luka menganga. Jari telunjuk putus, dan bagian lehernya juga terdapat luka menganga.

Kuat dugaan, jenazah pemuda berusia sekitar 20 tahun itu merupakan korban pembunuhan. Pasalnya, sekujur tubuh hingga kepala korban dipenuhi luka bacokan. Selain jari telunjuk sebelah kanan putus, bagian leher korban juga terdapat luka menganga hingga nyaris putus.(yud)




Ahli Waris Desak Pemkot Tangsel Tuntaskan Sengketa SDN Jombang VII

Kabar6-Terkait penyegelan yang dilakukan pihak ahli waris terhadap SDN Jombang VII yang beralamat di jalan Jembar Raya RT 1/5, Kampung Cilalung, Jombang, Tangerang Selatan (Tangsel), pertemuan antara ahli waris dan pihak pemerintah pun dilakukan.

Sekertaris Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan, H. Dudung Direja mengatakan kalau pihaknya akan bertanggung jawab. “Kami akan melakukan pembayaran pada anggaran tambahan 2012, namun pembayarannya entah kapan itu saya tidak tahu,“ kata Dudung.

Erna Sumarni ahli waris tanah seluas 1030 m2 dengan Akta Jual Beli bernomor jb No.590/jb/Kec.Cpt/1986 mengatakan kalau sebenarnya pihak keluarga sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah.

“Sudah 23 tahun saya menunggu dan ternyata semua itu hanya janji saja, maka dari itu saya meminta agar Pemerintah jangan umbar janji terus, segera di realisasikan,” kata Erna Sumarni.

Untuk diketahui SDN VII Jombang terpaksa dilakukan penyegelan oleh pihak ahli waris sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang terkesan menutup mata. Walaupun sempat terjadi adu mulut antara pihak ahli waris dan orang tua murid, ternyata kebanyakan yang melakukan aksi demo tersebut adalah orang bayaran.

“Saya ngga ngerti persoalannya, saya hanya diperintahkan seseorang yang mengaku utusan Camat setempat untuk melakukan aksi, dengan bayaran 50 ribu,” kata seorang laki-laki yang masih menggunakan helm dengan inisial UD.

Sementara itu seorang ibu yang mengantarkan anaknya sekolah mengatakan kalau dirinya mengetahui permasalahan tanah tersebut. “Saya sudah tahu masalahnya, kalau bisa pemerintah secepatnya menyelesaikan dengan ahli waris, biar anak saya bisa sekolah dengan tenang,” ujar wanita yang mengaku bernama Iin itu.

Kemudian Erna sangat menyesalkan dengan pihak Pemerintah Tangerang Selatan yang mengumbar omongan kesemua kalangan bahwa pihak ahli waris arogan.

“Saya baca di beberapa media kalau pemerintah Tangsel mengatakan kami arogan, kok mereka ngga ngaca kepada diri sendiri yah, kenapa bisa membuat keputusan yang tidak sesuai janjinya,” tambah Erna.

Tidak hanya itu, Hj. Syamsiah selaku istri dari alm.Nurdin Yahya merasa kesal dengan sikap pemerintah yang hanya mengumbar janji.

“Saya sudah lebih dari 20 tahun diam dan menunggu pihak pemerintah yang akan menyelesaikan, sampai suami saya meninggal dan sajpai saat ini malah pihak pemerintah terskesan menyepelekan kami. Apalagi sampai mengatakan kami arogan, apa tidak sebaliknya,” kata Hj. Syamsiah seraya menambahkan kalau dirinya sudah tidak lagi percaya dan gidak mau brurusan dengan pemerintah.

“Inintanah saya, saya mau pagar, mau tanamin cabe, mau saya apain kek, terserah saya, pemerintah aja sudah ga perduli,” tambahnya. (Sly)

 




Pemerintah Tangerang Selatan Mangkir Janji

Kabar6-Mengenyam pendidikan dengan tenang tampaknya masih menjadi impian sejumlah anak di kota Tangerang Selatan ( Tangsel ). Beberapa permasalahan yang menyangkut sengketa lahan, kerap terjadi di kota hasil pemekaran kabupaten Tangerang ini.

Setelah SD Negeri Ciledug Barat, kini giliran siswa SDN Jombang VII Jalan Jembar Raya RT 1/5, Kampung Cilalung, Jombang, yang harus terganggu proses belajar mengajarnya akibat lahan sekolah disegel pihak yang mengaku sebagai pemilik sah lahan.

Ahli waris lahan mengaku akan tetap menyegel hingga mendapatkan jaminan pasti berupa surat persetujuan diatas materai dari Pemkot Tangsel untuk membayar ganti rugi lahan.

“Kami sudah puluhan tahun berjuang menunggu kepastian dari Pemerintah, tapi hingga kini belum kami dapatkan. Kami terlanjur sakit hati” tandas ahli waris, Erna, kemarin.

Erna menambahkan kalau sekktar bulan Januari pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Dinas Pendidikan, Camat dan Pol PP. Dan hasilnya diperoleh kesepakatan bahwa Pemkot Tangsel bersedia membayar ganti rugi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathoda membenarkan bahwa lahan memang sah milik ahli waris. Hal inidibuktikan dengan sejumlah dokumen kepemilikan berupa sertifikat, Akta Jual beli, serta NJOP.

“Kita akan bayarkan di anggaran perubahan 2012” ungkap Mathoda pada saat melakukan pertemuan dengan pihak ahli waris.

Sementara itu Sekertaris Daerah Pemkot Tangerang Selatan, H. Dudung Direja mengatakan kalau pihaknya akan bertanggung jawab dan akan melakukan pembayaran.

“Tetapi itu bukan bulan Agustus bayarnya, bisa saja saya bayar secepatnya atau tahun depan, tergantung dananya cair “ kata Dudung Direja kepada wartawan pada saat pertemuan itu. 

Kemudian sewaktu ditanya mengenai niat ahli waris yang akan melakukan perubuhan bangunan sekolah jika tidak dibayarkan, dengan santainya Sekda Dudung Direja menjawab “ Kan Mau dibayar, hanya saja kapannya saya tidak bisa bilang “ tambahnya.

Erna sumarni selaku ahli waris tanah tersebut mengatakan kalau dirinya akan melakukan tindakan yang sangat tegas, mengingat sudah 23 tahun pihaknya menunggu kepastian dari pemerintah.

Dan Erna juga mengatakan kalau semua pertemuan yang dilakukan pihak pemerintah Tangerang Selatan selalu ada dokumennya. “Saya punya rekaman film maupun suara setiap pertemuan, jadi saya sangat marah ketika melihat sikap aparat pemerintah yang trkesan menutup mata ” tegas Erna.(Sly)




Mampu Ciptakan Kendaraan Wisata, Pemkot Tangsel Belum Melirik

Kabar6-Beragam potensi yang ada di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat. Bila diberdayakan, tak mustahil dapat mengangkat daerah.

“Untuk kendaraan wisata sudah dioperasikan di pemakaman mewah San Diego Hills di Karawang untuk wisata. Kendaraan ini dihargai Rp 100 juta” ungkap kepala bengkel SMK Sasmita Jaya, Sunarya, Jumat (21/9).

Pusat perbengkelan di SMK Sasmita Jaya, Pamulang, kata Sunarya, sudah membuat kendaraan wisata. Kendaraan tersebut hasil karyanya sudah dijual ke pengembang besar untuk dijadikan kendaraan wisata.

Dikatakan Sunarya pusat bengkel yang juga tempat berkreasi dan melatih keterampilan siswa SMK tersebut, bahkan sudah memproduksi alat-alat peraga kes SMK maupaun instansi di seluruh Indonesia untuk pelatihan perbengkelan.

“Setiap tahun sekitar 250 alat peraga perbengkelan sudah kita produksi. Baik untuk pesanan dari wialayah Jakarta maupun dari sejumlah pulau di Indonesia,” katanya.

Selain alat peraga, Sambung Sunarya, di SMK ini sudah membuat sebuah kendaraan. Namun, belum bisa memasarkannya. Lantaran, kurangnya bisa bersaing dengan kendaraan buatan Eropa mau pun Jepang.

“Mesin belum bisa kita produksi, disini (bengkel-red) hanya asemmblingnya saja. Kita bisa saja membuat mobil tapi untuk kita pasarkan bukan untuk eksperimen,” terangnya.

Menurutnya, hasil kerja keras anak SMK ini terkendala permodalan serta tidak adanya perhatian dari pemerintah setempat. Pihaknya berharap ada bantuan modal bergulir dari Pemkot Tangsel.

“Alat peraga sudah dijual hingga Makassar, tetapi, Pemkot belum pernah melirik kami. Padahal, ini potensi besar untuk mengembangkan pemuda di Kota Tangsel,” katanya.

Salahseorang siswa Reza Alfian Akbar berharap agar Pemkot Tangsel dapat memberikan semangat dan pekerjaan. Hal tersebut dapat menjadikan contoh bagi daerah lain yang memperhatikan kreasi anak lokal.

“Teman-teman bisa merakit mobil dengan mesin Hitech. Kita juga sudah bekerjsama dengan sejumlah perusahaan otomotif di Indonesia,” ucapnya.(yud)




Pagar Bambu Ahli Waris SDN VII Cilalung Lewati BSD

Kabar6-Langkah pihak yang mengklaim sebagai ahli waris SD Negeri VII Cilalung, Jombang, disesali warga sekitar. Selain salah kaprah, ahli waris juga menyalahi batas area pemagaran.

Demikian disampaikan, Harun (61), pedagang warung makanan yang berada tepat didepan sekolah menceritakan bila  pagar yang dibuat ahli waris sebenarnya sudah melewati batas patok.

“Namanya BSD, bukan Bumi Serpong Damai. Tapi namanya Batas Sekolah Dasar,” kata pria paruh baya ini kepada Kabar6.com dilokasi sengketa, Jum’at (21/9/2012).

Menurut Harun, sebenarnya ada tiga
buah patok yang membatasi keduanya. Batas tengah tersebut berada persis dibagian kanan gerbang masuk sekolah. Sementara pagar yang dibuat ahli waris
melewati beberapa meter ke dalam lahan sekolah.

“Saya tahu persis karena waktu itu saya ikut membangun gedung sekolah sekitar tahun 1984-1985, makanya saya tahu persis,” akunya sambil memperlihatkan patok BSD berwarna putih yang dimaksud.

Akibat termakan usia, patok-patok tersebut kini sudah rusak. Keberadaanya, terang Harun, masih terlihat meski tidak begitu jelas. Ia menceritakan, saat pembangunan gedung sekolah, sebenarnya kala itu tidak ada pihak ahli waris yang mempersoalkannya.

“Kalau memang mau menseketakan lahan sekolah harusnya dari dulu, jangan sekarang baru ramai,” cetusnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathoda, mengatakan kalau sengketa kepemilikan lahan sudah berlangsung lama.

Sejak awal tahun 2012, pihak ahli waris sempat beberapa kali menyegel sekolah yang berdiri diatas lahan seluas 1.000 meter persegi tersebut.

Mereka mengklaim atas kepemilikan lahan itu dan meminta kompensasi atas lahan yang digunakan sebesar Rp 1 juta per meter.

Setelah melalui proses hukum, akhirnya pengadilan memutuskan kalau hanya sebagian lahan yang secara resmi dimiliki pemilik atas nama atas nama (alm) Nurdin Yahya.

“Sekolah ini (SDN Jombang VII) kan aset warisan dari pemerintahan
sebelumnya yang masih berstatus Kabupaten Tangerang. Makanya, awal
sengketa sebelumnya kami belum mengetahui secara persis,” terangnya dihubungi Kabar6.com secara terpisah.

Pemerintah Kota Tangsel, berjanji akan melakukan renovasi sekolah secara total dengan menambah jumlah kelas yang ada guna menampung jumlah murid. Untuk aksi pemagaran diluar patok, Mathoda mengaku belum meninjau ke lokasi.

“Kebetulan hari ini (Jum’at, 21/9/2012) masih padat jadwal, tapi besok pasti kami akan tinjau ke lapangan. Pemkot juga sudah membeli lahan untuk proses renovasi nanti,” paparnya.

Sementara itu, hingga sore hari pihak ahli waris belum dapat dikonfirmasi
terkait aksi pemagaran tersebut.(yud)

 




Spanduk Calbup Bertebaran di Kantor Kecamatan Panongan

Kabar6-Sejumlah spanduk calon bupati maupun calon wakil bupati bertebaran di Kantor Kecamatan Panongan. Spanduk-spanduk itu sudah terpasang lama Dan terkesan dibiarkan.

Pantauan Kabar6.com, Jumat (21/9/2012) tampak spansuk Ahmad Zaki Iskandar terpasang tepat di pagar halaman Kantor Kecamatan Panongan Dan spanduk layanan masyarakat bergambar Hermansyah, baik mengatasnamakan Sekda maupun Ketua Kwarcab Kabupaten Tangerang.

Ahmad Zaki Iskandar Dan Hermansyah sendiri telah mendaftar ke KPU sebagai calon bupati Dan wakil bupati yang diusung Partai Golkar, PKS, Gerindra, Hanura, PBB dan PBR.

Padahal, Panwaslu Kabupaten Tangerang telah melayagkan surat kepada Satpol PP untuk menertibkan sejumlah atribut, spanduk, baliho, dan tanda gambar yang berkaitan dengan pemilukada.

Surat Panwaslu itu bernomor 003/DIV.WAS/070/Panwaslu kab-TNG/IX/2012 Tertanggal 7 September 2012 kepada Satpol PP Kabupaten Tangerang yang ditandatangani langsung oleh Ketua Panwaslu Kabupaten Tangerang, Surya Bagja.

“Penertiban dilakukan, hanya kepaada atribut, baliho, spanduk dan tanda gamabar pemilukada yang terpasang semrawut. Jika memang sudah sesuai penempatannya, ya tidak perlu ditertibkan,” ungkap ujar Ketua Panwaslu Kabupaten Tangerang, Surya Bagja.

Sementara itu, dihubungi terpisah, Kepala Satpol PP Kabupaten Tangerang, Teteng Jumara menegaskan, pihaknya sudah menertibkan atribut, spanduk, baliho dan tanda gambar pemilukada di Kabupaten Tangerang yang berada di jalan protokol. Untuk di wilayah, adalah tanggung jawab Kecamatan melalui seksi Trantib.(din/*)




Menang Pemilukada, Jokowi Tinggalkan Jakarta

Kabar6-Pasca kemenangan dalam hitungan cepat (quick qount) pada Pemilukada Gubernur DKI Jakarta putaran kedua, Joko Widodo kembali ke Solo untuk beraktifitas  kembali sebagai walikota. Kepulangan Jokowi ini seorang diri tanpa didampingi anggota keluarga yang lain.

Dengan ditemani sejumlah pengawal, Jokowi pemenang Pemilukada Gubernur DKI Jakarta  putaran kedua versi hitung cepat, tiba di terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Jumat siang.

Isai menang pada Pemilukada yang digelar Kamis (21/9), Jokowi bermaksud pulang ke kampung halamannya di Solo. Selain untuk beraktifitas sebagai Walikota Solo, Jakowi juga akan menghadiri tapat paripurna terkait hasil pilkada di DKI Jakarta.

Jokowi mengatakan dirinya akan menjalankan semua program yang telah dicanangkan setelah dilantik menjadi gubernur seperti persoalan pertumbuhan pusat perbelanjaan hingga kemacetan.

Usai mendapat ucapan selamat dari sejumlah pengunjung bandara, Jokowi kemudian berangkat ke Solo dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia seorang diri.(bad)

 




Dinas Pendidikan Tangsel Jamin, Belajar Diluar Kelas Tak Terulang

Kabar6-Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Mathodah, mengaku kaget dengan informasi adanya  puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jombang VII, di Jalan Jembar Jaya, RT 01/05, Kampung Cilalung, Jombang, Kecamatan Ciputat, terpaksa belajar di teras kelas.

“Masya Allah koq sampai begitu,” kata Mathodah, saat dihubungi Kabar6.com, Jum’at (21/9/2012).

Mathodah mengungkapkan, dirinya sudah menghubungi Komite SD Negeri VII Cilalung bernama Tabrani. Diperoleh penjelasan bahwa saat itu sedang dilakukan akreditasi untuk perbaikan ruangan kelas.

“Besok sudah tidak ada lagi yang belajar diteras. Hanya hari ini saja karena memang sedang ada perbaikan ruangan kelas,” ungkap Mathodah.

Secara terpisah, Abdul Aziz, salah seorang guru di sekolah tersebut menyayangkan sikap egois pihak yang mengklaim sebagai ahli waris SD Negeri VII Cilalung. Poppy, ahli waris sudah memasang pagar bambu melintang di jalan.

“Coba lihat saja pagar bambu dipasang dengan paku mengarah kesini. Memang tidak dipikirkan keselamatan anak-anak kalau sedang main terus tertancap paku,” jelas Aziz, ditemui Kabar6.com di pekarangan sekolah.

Aziz berharap, pihak yang mengklaim tak bersikap demikian tapi lebih arif. Jangan mengorbankan kepentingan peserta didik untuk menuntut ilmu hanya demi menggolkan keinginan pribadinya.

“Kalau dibilang kesal sudah diubun-ubun mas. Kasihan kan anak-anak mau belajar tapi terganggu. Padahal pasti anggota keluarganya ada yang sekolah disini juga,” sesalnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kejadian ini menyusul disegelnya ruang kelas oleh pihak ahli waris almarhum H. Nurdin Yahya, yang mengklaim bahwa lahan yang diatasnya berdiri bangunan kelas IV dan V di SDN itu sebagai miliknya.

Pengamatan kabar6.com, para murid terpaksa melakukan kegiatan belajar secara berdesakan di teras depan kelas yang berukuran 180 CM x 400 CM. Meski jauh dari rasa nyaman, namun proses belajar mengajar tetap berlangsung.

“Kami tidak bisa belajar di dalam kelas, karena pintu kelas dipaku oleh ahli waris. Mereka mengklaim, lahan ruang kelas milik mereka,” kata Lia Sari, salah seorang guru kelas IV SDN Jombang VIII.

Dijelaskan Lia, sedianya kondisi itu sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Pihak ahli waris melarang aktivitas belajar dan mengajar dilakukan didalam kelas.

Sementara, Bintang, salah seorang siswi kelas IV mengaku bahwa sejak belajar di teras kelas dirinya tidak bisa menyimak pelajaran dengan baik. “Pokoknya tidak nyaman,” ujar Bintang.

Ya, saat ini di SDN Jombang VII menampung  370 murid yang dibagi dalam dua rombongan belajar, yaitu pagi dan siang hari dalam 4 ruang kelas.

Kondisi yang kini dialami puluhan siswa SDN Jombang VII kiranya mengundang prihatin dari kalangan orang tua murid. Orang tua berharap, pemerintah daerah setempat bisa turun tangan menyelesaikan persoalan sengketa lahan sekolah tersebut.

“Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Pemerintah harus segera turun tangan. Kasihan para siswa bila harus terus belajar di teras kelas,” ujar Sri (34), salah satu orang tua murid.(yud/turnya)




Kelas Disegel, Puluhan Murid Belajar Diteras Kelas

Kabar6-Puluhan siswa Sekolah Dasar Negri (SDN) Jombang VII, di Jalan Jembar Jaya, RT 01/05, Kampung Cilalung, Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), terpaksa belajar di teras kelas, Jum’at (21/9/2012).

Hal itu menyusul disegelnya ruang kelas oleh pihak ahli waris almarhum H. Nurdin Yahya, yang mengklaim bahwa lahan yang diatasnya berdiri bangunan kelas IV dan V di SDN itu sebagai miliknya.

Pengamatan kabar6.com, para murid terpaksa melakukan kegiatan belajar secara berdesakan di teras depan kelas yang berukuran 180 CM x 400 CM. Meski jauh dari rasa nyaman, namun proses belajar mengajar tetap berlangsung.

“Kami tidak bisa belajar di dalam kelas, karena pintu kelas dipaku oleh ahli waris. Mereka mengklaim, lahan ruang kelas milik mereka,” kata Lia Sari, salah seorang guru kelas IV SDN Jombang VIII.

Dijelaskan Lia, sedianya kondisi itu sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Pihak ahli waris melarang aktivitas belajar dan mengajar dilakukan didalam kelas.

Sementara, Bintang, salah seorang siswi kelas IV mengaku bahwa sejak belajar di teras kelas dirinya tidak bisa menyimak pelajaran dengan baik. “Pokoknya tidak nyaman,” ujar Bintang.

Ya, saat ini di SDN Jombang VII menampung  370 murid yang dibagi dalam dua rombongan belajar, yaitu pagi dan siang hari dalam 4 ruang kelas.

Kondisi yang kini dialami puluhan siswa SDN Jombang VII kiranya mengundang prihatin dari kalangan orang tua murid. Orang tua berharap, pemerintah daerah setempat bisa turun tangan menyelesaikan persoalan sengketa lahan sekolah tersebut.

“Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Pemerintah harus segera turun tangan. Kasihan para siswa bila harus terus belajar di teras kelas,” ujar Sri (34), salah satu orang tua murid.(turnya)

 




Peternakan Terbakar, Ratusan Ekor Ayam Terpanggang

Kabar6- Sebuah peternakan ayam di Kampung Coakar Rt 003/03 esa Kadusrung, Kec,Pagedangan, Kab.Tangerang, Ludes terbakar, Kamis (20/9) dinihari. Akibat musibah itu, ratusan ekor ayam tewas terpanggang.

Kebakaran yang terjadi sekira pukul 01:30 WIB menghanguskan kandang ayam ukuran 9 m X 20 m yang berisikan ratusan ekor ayam potong.

Asal api diduga dari tabung gas yang meledak dari rumah H. Bahrudin, pemilik kandang  yang letaknya berdekatan peternakan ayam. Api berhasil dipadamkan sekira pukul 02:30 WIB dengan bantuan 3 unit mobil pemadam kebakaran.

Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut. Kerugian materi diperkirakan puluhan juta rupiah. Kasusnya ditangani Polsek Metro Pagedangan, Polresta Tangerang.(HP/sak)