oleh

Obat Terapi Covid Langka, Apotek di Tangsel Keluhkan HET Pemerintah

image_pdfimage_print

Kabar6-Beberapa obat yang dapat menjadi terapi Covid-19 mengalami kelangkaan di pasaran. Kelangkaan itu diungkap beberapa apotek di Kota Tangerang Selatan.

Staf Apotek Kawi Jaya Pamulang, Wakijo menerangkan, saat ini distributor pemilik obat terapi Covid-19 layaknya Ivermectin, Oseltamivir, Azithromycin, Tocilizumab telah kosong kurang lebih 3 atau 4 minggu yang lalu.

“Jadi kalau untuk terapi yang Covid ini kita kosong lah, paling Fapifilir doang kita punya, yang lain kita kosong. Ada beberapa yang punya stoknya, cuman harganya kita ga masuk dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) (Kementerian Kesehatan, red) yang ditempel itu,” ujarnya kepada wartawan, ditulis Kamis (8/7/2021).

Selain langkanya obat jenis tersebut, diterangkannya, harga yang melambung tinggi membuat sejumlah apotek di Kota Tangsel enggan menjual obat terapi Covid-19 itu.

Pasalnya, dengan adanya ketetapan HET, membuat pihaknya tidak ingin dianggap mengambil keuntungan yang berlebih.

“Kalo distributornya kita ada APL (Anugrah Pramindo Lestari). Kemarin itu Azithromycin dari Pfizer punya, emang sebelumnya dari dulu emang mahal,” ungkapnya.

Menurutnya, satu tablet yang biasanya dijual Rp80ribu, sedangkan dari HET Kementerian Kesehatan Rp1700 per tablet.

“Untuk sementara dia (PT. Pfizer Indonesia, red) kayanya ada stocknya. Cuma gara-gara selembaran kaya gitu, dia juga ga bisa suplai dulu,” tegasnya.

Hal senada diungkap Imas Fajri Apriliani’mah petugas Apotek K24 di bilangan Serpong. Imas menyebut untuk moda obat jenis Azithromycin sudah diatas HET yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Sehingga, imbuh Imas, perlu adanya evaluasi terhadap HET yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

“Kalo yang diawasi pemerintah kan, harganya. Untuk harga memang, kalo kita lihat dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), harganya masih di bawah harga HET yang tertera di kemasan. Di tiap obat itu sudah tertera HETnya, kita jual masih dibawah HET,” ujar Imas.

Menurut Imas, HET yang ditetapkan pemerintah itu berbeda dari HET yang ditetapkan oleh distributor, contoh obat antibiotik Azithromycin, pemerintah meminta apotek bisa jual harganya Rp1700 per tablet.

“Sedangkan kita dapet dari PBF tadi modalnya diatas Rp1700. Kemarin sidak dari kejaksaan, kita sudah komplain. Kata tim sidak, ini akan di evaluasi dulu dari pemerintahnya,” terang Imas.

Menurut Imas, distributor utama obat dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Indofarma dan Kimia Farma, tidak memiliki stok obat seperti yang dimaksud.

“Kita dari pemerintah pakai Kimia Farma dan Indofarma, cuman obatnya engga ada, engga bisa dapat. Oseltamivir itu mulai dari ledakan Covid-19 kedua, seminggu sebelum ledakan, itu udah engga ada. Udah 2 atau 3 minggu lalu, udah engga ada dari Kimia Farma,” terangnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Apotek Prima Sehat Ciputat Hendri menyatakan sejak awal kasus lonjakan pertama beberapa bulan lalu, stok obat terapi Covid-19 telah kosong.

Bahkan, informasi yang didapat Hendri, masyarakat diarahkan untuk langsung ke Apotek Kimia Farma untuk kebutuhan obat-obatan tersebut.

“Kosong, sejak awal pertama kasus covid-19 naik sudah tidak ada. Saya dengar semua diarahin ke Kimia Farma, saya lihat di sosial media, di Kimia Farma ada stoknya asalkan bawa resep. Azithromycin kita jual satu tabletnya Rp.90ribu, dan itu sudah dua minggu lalu habis. Invermex 12 kita juga Rp.85ribu itu paten, generiknya kita gak dapet. Saya sudah sempat ke PBF, tapi tidak ada barang,” ungkap Hendri.

Sementara itu, petugas Apotek Kimia Farma yang terletak di Kedaung, Ciputat Sherli mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu suplai obat-obatan terapi Covid-19 dari gudang pusat. Hingga kini, imbuh Sherli, kondisi barang masih kosong.

**Baca juga: Menarik! Soal Bangunan Pemerintah Non-IMB, Ini Kata Satpol PP Tangsel

“Sejak bulan kemarin sih kosongnya. Azithromycin bulan kemarin sekitar Rp.60ribu satu strip. Kalau ini kan harganya dari pusat, sekarang sih belum tau karena ini harga lama. Iya permintaan ke pusat tapi sampai sekarang belum dikirim, terakhir minta kemarin hari Jumat (2 Juli 2021). Azithromycin, oseltamivir sama ivermectin, itu jenis obat yang paling banyak diminta,” tutupnya.(eka)

Print Friendly, PDF & Email