Ngeri, Gaya Sparta Mendidik Anak Mereka

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Sparta adalah kota pada zaman Yunani Kuno yang merupakan ibu kota Laconia dengan kota terpenting Peloponesus di tepi Sungai Eurotas. Didirikan oleh orang-orang Doria yang mengalahkan Laconia dan Messenia yang pada perkembangannya menjadi sangat kuat dan berkuasa.

 

Pada abad ke-7 SM, Sparta merupakan pusat kesusastraan namun sesudah tahun 600 SM ilmu kemiliteran yang lebih ditonjolkan.

Anak-anak dari golongan berkuasa (Spartiate) dilatih menjadi militer. Di bawah golongan militer adalah golongan perioeci (tukang dan pedagang) dan helot (budak-budak). Hanya kaum Spartiate yang memiliki hak hukum dan hak sipil.

Orang-orang Sparta terutama para prianya dididik dengan sangat keras sejak mereka bayi untuk menjadi prajurit hebat ketika dewasa. Tentu saja pelatihannya bertahap berdasarkan umur.

Bagaimana pendidikan ala Spartan untuk anak-anak mereka? Berikut uraiannya, dikutip dari boombastis.com:

1. Seleksi bayi Sparta
Lazimnya, seorang bayi yang baru lahir akan diselimuti pakaian tebal lalu disusui ibunya. Namun, hal ini tidak dilakukan oleh orang-orang Sparta.

Begitu lahir, bayi akan langsung dimandikan dengan wine untuk melihat apakah ia kuat atau tidak. Setelah itu, para ibu akan menyerahkan bayinya untuk diperlihatkan kepada para tetua.

Para tetua kemudian menginspeksi para bayi ini. Ketika mereka berkata tidak, maka nasib bayi ini tidak mujur. Ia akan ditinggalkan sendiri di sebuah bukit, dan akhirnya pasti mati karena kelaparan atau dimakan binatang buas. Sebaliknya, bayi yang lolos seleksi akan dikembalikan ke orangtuanya.

Bayi yang gagal seleksi tadi kadang diberikan kepada para budak untuk dirawat, dan setelah besar akan jadi budak pula.

2. Umur tujuh tahun anak Sparta berpisah dengan keluarga
Menginjak usia tujuh tahun, anak sparta yang sejak bayi sudah lulus seleksi akan dikirim secepatnya ke semacam kamp konsentrasi, untuk diajari bagaimana menjadi ksatria muda ala Sparta.

Bocah laki-laki akan dididik keras. Mereka tidak diberi makan kecuali benar-benar lapar, tidak tidur berselimut atau pun beralas kaki.

Alasannya, semua kenyamanan ini akan membuat anak-anak menjadi lemah. Di dalam kamp, mereka akan diajari banyak hal, mulai dari seni sampai sejarah. Namun, kebanyakan dari hal yang akan diajarkan adalah tentang skill dasar militer.

3. Para bocah harus mencuri untuk makan
Ada masa di mana anak-anak ini tidak akan diberi makan. Maka tidak ada pilihan lain kecuali mencuri. Bukan dilarang, para senior justru memerintahkan para muridnya untuk mencuri makanan.

Anak-anak ini dibebaskan untuk mengambil makanan di mana pun. Entah berburu atau mencuri dari rumah-rumah penduduk.

Anehnya, ketika anak-anak ini ketahuan mencuri maka para senior akan menghajar mereka habis-habisan. Hal ini dilakukan sebagai hukuman atas kegagalan tersebut. Sebaliknya, yang berhasil takkan mendapatkan apa pun selain izin untuk makan barang curiannya dengan lahap.

4. Anak-anak harus bisa membunuh budak
Lantaran dicetak untuk menjadi prajurit ulung, bocah-bocah Sparta harus bisa membunuh. Untuk mengakomodasi hal ini kemudian diadakanlah sebuah acara tahunan mengerikan, yakni membunuh para budak.

Jumlah budak di Sparta memang lebih banyak daripada para prajurit dan anak-anak terpilih ini. Karena itulah para tetua tidak pernah khawatir akan menurunnya jumlah para budak.

Para bocah Sparta hanya dibekali dengan sebuah pisau saja. Para budak juga dipersilakan untuk melawan dengan sekuat tenaga. Banyak yang berhasil, tapi tak sedikit pula yang gagal. Dan bagi yang tidak berhasil, mereka akan dihukum cambuk di muka umum.

5. Hubungan yang membingungkan
Setelah agak besar, para remaja Sparta dianjurkan untuk memiliki seorang mentor pribadi yang lebih tua dan harus seorang laki-laki. Lantaran hukumnya wajib, para remaja pun langsung bergegas mencari kandidat yang pas. Para senior yang diminati, boleh memilih untuk menerima atau menolak.

Ketika sudah mendapatkan mentor yang dimaui, maka selanjutnya adalah paksaan untuk menjalin hubungan yang sangat erat. Sehingga tak heran jika antara mentor dan murid sampai terjadi hubungan asmara, dan ini dilegalkan oleh negara. Alasannya, agar para prajurit muda itu bisa lebih banyak belajar. ** Baca juga: Enam Orang yang Punya Kisah Unik Saat Alami Koma

Beruntung kita lahir di Indonesia ya.(ilj/bbs)