oleh

Nenek Suni Warga Miskin di Serang Tidak Pernah Nikmati Bansos

image_pdfimage_print

Kabar6-Bisa menikmati menu opor ayam, daging rendang, ketupat saat merayakan Idul Fitri 1441 Hijriah hanya mimpi bagi Sumi, 83 tahun. Sebab untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya ia hanya mampu menunggu uluran tangan dari tetangga maupun kerabatnya.

“Kalau makan seketemu aja, ada yang ngasih aja dari tetangga. Segala baskom untuk menampung air hujan (atap bocor). Berdua aja tidur disini,” kata Nenek Sumi, ditemui di kediamannya, Selasa (26/05/2020).

Bangunan tempatnya berteduh di Kampung Cinayong, RT 05 RW 01, Desa Malanggah, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Banten, sangat memprihatinkan. Bersama putra bungsunya, Darwis, 40 tahun, Sumi yang menempati rumah nyaris rubuh.

Kedua warga miskin itu tinggal disebuah rumah yang atapnya sudah ambruk dan temboknya pun bolong. Jika hujan turun, nenek dan anaknya harus mencari bagian rumah yang tak bocor untuk berteduh.

Sang anak tidak bisa bekerja karena kaki kirinya lumpuh akibat di gigit ular tanah. Sehingga tidak bisa membantu untuk mencari nafkah atapun sekadar makan.

Meski pendengarannya sudah tak lagi bagus, jalan nya membungkuk, sang nenek dan anak bungsunya itu tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Seperti Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), Program Keluarga Harapan (PKH) hingga Bansos Tunai (BST) di tengah pandemi Covid-19 ini.

Akses jalan untuk sampai ke rumahnya pun tak tersentuh pembangunan. Konstruksi jalan masih alami, kerikil dan tanah.

Suaminya sudah lama meninggal dunia. Rumah yang mereka tempati milik anak pertama Nenek Sumi, yang memilih bekerja merantau ke Angke, Jembatan Tiga, Jakarta.

Sang nenek tidur di dapur rumah, bersama asap tungku. Kesehariannya nenek Sumi masak menggunakan kayu bakar. Namun, kamar mandinya yang terpisah dari dapur, tidak memiliki atap, pintu dan bak mandi.

“Udah lama (rumah) ambruk. Bantuan enggak dapat, enggak ada pokoknya mah, (enggak) tahu yang lain mah kalau kita mah enggak pernah (dapat),” kata Darwin, putra bungsu Nenek Sumi, ditempat yang sama.

Kaki kirinya di gigit ular tanah satu tahun lalu, saat berkebun. Akibat tidak ada biaya, di obati ala kadarnya. Beruntung Darwin tidak sampai meninggal. Namun kini, kaki nya menghitam, untuk berjalan harus menggunakan penopang dari kayu yang dia buat sendiri.

**Baca juga: Gerebek Ruko di Serang, Polisi Sita 821 Kilogram Sabu.

Jika tak ada makanan untuk di masak, Nenek Sumi dan Darwin hanya bisa pasrah sembari menunggu ada nya bantuan. Beruntung, dia kerap mendapatkan bantuan sembako dari personil TNI Korem 064/Maulana Yusuf.

“Kerja duduk aja, jalan susah, nemenin Ibu doang. Makan seadanya aja kalau ada yang ngasih dari tetangga, kalau enggak ada yang ngasih, diem aja gimana. Alhamdulillah aja dapet sembako dari Pak TNI,” jelasnya.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email