oleh

Mitos Tentang Marah yang Sebaiknya Diketahui

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Amarah adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin.

Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik.

Di sisi lain, amarah adalah salah satu emosi yang sangat kuat dan paling sering disalahpahami. Seringkali kita salah memahami tentang kemarahan hingga membawa kita pada perilaku yang tidak benar. Dikutip dari Intisari, berikut beberapa mitos tentang amarah:

1. Marah adalah emosi negatif
Saat marah, kita mengalami perasaan yang sangat buruk. Tapi marah adalah emosi yang normal dan sehat. Rasa marah bisa memimpin kita pada perubahan yang positif. Banyak ketidakadilan justru semakin baik setelah ada kemarahan.

2. Ketika marah, semua bertumpuk di kepala
Marah tidak hanya berasal dari pikiran. Detak jantung bertambah, wajah akan memerah, dan tangan sedikit bergetar. Bisa jadi berakhir pada perilaku ingin merusak apa saja yang ada di sekitar kita. Belajar untuk merilekskan tubuh dan pikiran ketika marah melanda.

3. Meluapkan kemarahan secara tersembunyi
Memukul bantal, mengacak barang-barang di kamar, atau berteriak kencang saat marah sebenarnya tidak sepenuhnya meluapkan kemarahan Anda. Faktanya, penelitian membuktikan bahwa meluapkan kemarahan dengan cara-cara tadi malah membuat Anda semakin merasa buruk.

4. Manajemen kemarahan tidak akan berguna
Jika seseorang lemah dalam memanajemen kemarahan, emosi mereka bisa menyebabkan berbagai masalah dalam hidup. Banyak kesulitan dalam sebuah hubungan, karier, dan pergaulan disebabkan karena ekspresi marah yang tak sehat. Kelas manajemen emosi marah dan terapi kemarahan adalah sebuah alat yang bisa membantu untuk mengurangi “karakter pemarah”.

5. Menolak kemarahan & membiarkannya hilang begitu saja
Menahan amarah tidaklah sehat. Tersenyum untuk menutupi rasa frustasi dan menolak rasa marah dengan tujuan “tidak ingin ribut” justru bisa membuat Anda semakin marah di kemudian hari. Selain itu, menahan marah bisa meningkatkan risiko hipertensi dan depresi.

6. Pria lebih mudah marah dibanding wanita
Penelitian membuktikan bahwa pria dan waniya memiliki kadar amarah yang sama, tidak ada beda satu sama lainnya. Hanya saja amarah itu diekspresikan dengan cara yang berbeda. Pria mungkin melampiaskan kemarahan dengan lebih agresif, sedangkan wanita lebih tenang, namun menghanyutkan.

Cara terbaik untuk menghadapi amarah pada diri adalah mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan membangun. Sebelum mengekspresikannya, Anda perlu mengerti perasaan Anda sendiri.

Pahami apa yang Anda lakukan ketika merasa frustasi, kecewa, dan marah, sehingga Anda bisa “mewanti-wanti” emosi sebelum amarah itu meledak. ** Baca juga: Wah, Mood Ternyata Dipengaruhi Juga Oleh Cara Berjalan Lho

Salah satu caranya adalah dengan menarik napas untuk menenangkan tubuh dan pikiran Anda. Saat Anda lebih tenang, baru ambil langkah untuk menyelesaikan persoalan.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email