oleh

Miris! Sejumlah Oknum Tentara dan Polisi di Zimbabwe Terlibat Serangkaian Aksi Perampokan Bersenjata

image_pdfimage_print

Kabar6-Serangkaian aksi kriminal berupa perampokan bersenjata dengan melibatkan oknum tentara dan polisi secara mengejutkan terjadi di Zimbabwe. Padahal, Presiden Emmerson Mnangagwa telah memperingatkan personel keamanan untuk tidak ambil bagian dalam kegiatan kriminal.

Tidak hanya itu, melansir aa.com, Presiden Mnangagwa juga bersumpah akan menggunakan cara yang kejam untuk menangani oknum tentara dan polisi yang terlibat. Meskipun begitu, para pengusaha mengatakan mereka hidup dalam ketakutan. Menurut polisi, lebih dari sekira Rp71,5 miliar telah dirampok sepanjang tahun lalu dari Januari hingga Oktober.

“Kami hidup dalam ketakutan, apa yang kami dengar di berita setiap hari sangat mengejutkan dan lebih buruk lagi perampokan yang melibatkan tentara dan anggota polisi,” ungkap Innocent Guyo, seorang pedagang perhiasan.

Juru bicara militer, Augustine Chipwere, menyesali keterlibatan oknum tentara dalam perampokan bersenjata dan penembakan selama keributan publik. “Pasukan Pertahanan Zimbabwe (ZDF) mengakui dan menyesali hilangnya nyawa tak berdosa dan sangat bersimpati dengan keluarga dan masyarakat yang berduka,” terang Chipwere.

Dia meminta orang-orang untuk melaporkan kejadian tersebut dan keterlibatan tentara dalam kegiatan kriminal ke barak terdekat. Chipwere mengatakan, perilaku seperti itu tidak sesuai dengan kode etik militer Zimbabwe. Menurut laporan media lokal, dua tentara menembak mati seorang pria dalam perampokan senilai sekira Rp572 juta di Hatfield, Harare, pada 24 Desember tahun lalu.

Kedua tentara itu telah ditangkap. Sebelumnya, seorang prajurit yang sedang bertugas dari resimen komando elit Tentara Nasional Zimbabwe (ZNA) diidentifikasi sebagai salah satu tersangka perampok bersenjata yang terlibat dalam baku tembak fatal di rumah mantan detektif polisi Joseph Nemaisa di Chadcombe pada 6 Desember tahun lalu.

Dia ditembak mati di tempat oleh mantan detektif, bersama dengan dua kaki tangannya. Setahun yang lalu, dua tentara lain diduga berkomplot dengan penjaga keamanan bank dan mencuri sekira Rp38,6 miliar.

Ada sejumlah teori yang berkembang untuk menjelaskan keterlibatan tentara dalam aksi perampokan. Seorang mantan perwira militer dengan syarat anonim mengatakan perampokan ini terkait dengan runtuhnya ekonomi dan kondisi keuangan yang sulit yang dihadapi semua orang di negara itu.

“Orang-orang mengeksplorasi peluang yang tersedia bagi mereka untuk mencari nafkah. Politisi menjarah sumber daya nasional; pegawai negeri menerima suap. Tentara dan polisi juga menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk menghasilkan uang,” terangnya.

Ditambahkan, “Tidak seperti banyak negara di kawasan ini, orang Zimbabwe tidak mempercayai sistem perbankan mereka karena kerugian yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2009, era hiperinflasi. Karena itu, semua orang menyimpan uang di rumah dalam bentuk mata uang AS (dolar) dan itu menarik (minat) penjahat.”

Juru bicara polisi, Paul Nyathi, mengungkapkan bahwa mereka telah menangkap 849 tersangka perampok pada 2021. Dalam beberapa perampokan, setelah penyelidikan, karyawan dari perusahaan ditemukan terlibat dan memberikan informasi pergerakan uang tunai.

Mantan menteri Zimbabwe, Godfrey Gandawa, mengatakan para perampok menggunakan senjata yang dicuri dari gudang senjata negara pada kudeta 2017. Saat itu, para prajurit yang memusuhi pemimpin kudeta dilucuti senjatanya tanpa proses dokumentasi.

Gandawa, yang mengasingkan diri di Afrika Selatan, mengatakan pemerintah Zimbabwe tidak dapat mempertanggungjawabkan gudang senjata negara. ** Baca juga: Gara-gara Ikuti Petunjuk GPS Sebuah Truk Kargo Menggantung di Tebing Tiongkok Setinggi 100 Meter

Dia mengatakan beberapa senjata api dijarah oleh tentara karena tidak ada pengambilalihan yang tepat setelah pemecatan Robert Mugabe dari jabatannya.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email