oleh

Mengenal Insta-Lie, Kebohongan di Instagram

image_pdfimage_print

Kabar6-Pernahkan Anda mendengar istilah ‘Insta-Lie’? Istilah yang mulai populer sekira 2015 lalu, secara sederhana bisa kita maknai sebagai kebohongan di Instagram. Dan secara lebih luas adalah kebohongan di media sosial.

Kebohongan ini tidak hanya dalam bentuk status yang ditulis, tapi juga foto dan video yang diunggah.

Terjadinya fenomena Insta-Lie, melansir Aura, tidak lain karena adanya dorongan pada kebanyakan orang untuk dipersepsi positif dan diterima oleh orang lain. Beberapa orang melakukan agar diakui atau dihargai orang lain, juga didasari oleh perasaan ‘saya tidak cukup baik’, sehingga perlu menampilkan hal yang berbeda dari kenyataan.

Saat banyak orang terpesona dengan apa yang kita unggah, dengan memberi tanda ‘Like’, hal itu akan menyebabkan candu. Dan apabila ada feedback yang didapat berupa jumlah follower atau like yang meningkat, maka hanya akan memperkuat perilaku berbohong di media sosial karena ada respons positif yang diinginkan itu.

Nah, bagaimana agar terhindari dari Insta-Lie? pertama, penting bagi seseorang untuk menemukan kebahagiaan atau kegembiraan yang nyata. Misalnya, menciptakan hubungan yang riil dengan teman dalam interaksi sehari-hari, bukan melalui media sosial, sehingga lebih memberikan kepuasan batin dibandingkan sekadar mengunggah foto sedang beramai-ramai dengan teman, namun tanpa interaksi yang berarti.

Kemudian, menerima bahwa hidup kita tidak selalu sempurna dan tidak selalu seindah seperti yang seringkali terlihat di media sosial. Hal lain, menyadari bahwa foto-foto di media sosial juga merupakan rekaan dan belum tentu mencerminkan kondisi sebenarnya. Hal ini akan membantu kita untuk menetralisir perasaan bahwa diri kita kurang ‘oke’, karena tidak bisa mencapai atau memiliki hal-hal yang ditampilkan di media sosial. ** Baca juga: Nah! Pria Habiskan 52 Menit per Hari untuk Bergosip

Belajarlah menerima dan mencintai dirinya sendiri yang bisa dimulai dengan menerima kekurangan dan kelebihan kita, agar dorongan untuk menampilkan pencitraan yang positif tapi palsu di media sosial bisa berkurang.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email