oleh

Mempertahankan Tradisi Beras Jimpitan yang Hampir Punah

image_pdfimage_print

Kabar6-Tradisi mengumpulkan beras jimpitan dikalangan warga sudah hampir tak terdengar dan belakangan masyarakat sudah cenderung individual.

Namun, tradisi tersebut masih ada disebuah pemukiman warga kalangan menengah atas di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

“Hasil dari beras jimpitan ini sudah bisa buat tiga portal, bayar tambahan gaji petugas keamanan dan beli tempat tidur Posyandu dan memperbaiki sarana dan prasarana umum disini,” ungkap Dedi Kurniadi, Ketua RW 06 kelurahan Benda Baru, Pamulang, Kota Tangsel, ditemui Kabar6.com, Senin (10/9/2012).

Dedi menjelaskan, setiap rumah warganya yang berjumlah 234 KK di enam RT ini terdapat sebuah kemasan bekas obat-obatan berbahan plastik. Wadah ini dipergunakan untuk menyimpan beras dan diletakan didepan rumah warga.

Setiap malam, menurut Dedi, petugas keamanan pemukiman berkeliling mengambil beras jimpitan dari rumah untuk dikumpulkan. Rata-rata setiap malam bisa terkumpul 10 liter dan hasil perolehannyapun dilakukan secara terbuka.

Secara periodik, warga mendapatkan catatan laporan tentang hasil jimpitan beras. Bahkan hasil beras jimpitan yang dihimpun dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh seluruh warga. Selain menumbuhkan rasa sosial dikalangan warga sekitar, keamanan lingkungan juga dapat terjaga.

“Petugas keamanan saat menjimpit beras juga bisa mengontrol keamanan rumah-rumah warga. Sebulan bisa terkumpul minimal Rp 1 juta dari hasil beras yang dijual,” terang mantan wartawan senior stasiun televisi nasional TVRI ini.

Dedi mengungkapkan, beras yang terkumpul dari hasil jimpitan dijual khusus kepada warga sekitar yang tak mampu. Harganya pun sangat murah, yakni hanya Rp 5 ribu per liter, padahal  beras yang biasa dikonsumsi warganya berkualitas bagus dan mahal.

Sejak dirinya memimpin lingkungan pada April 2012, saat itu pula tradisi mengumpulkan beras jimpitan dilaksanakan. Dedi mengaku bahwa kegiatan seperti ini sudah diketahui Lurah serta Camat setempat dan mendapatkan respon positif.

Dedi menambahkan, sebenarnya mengumpulkan beras jimpitan itu tradisi yang sudah lama sekali. Tapi sayangnya kegiatan sosial yang menyimpan banyak manfaat sekarang ini sudah hampir punah. Maka itu, Dedi bersama warganya berusaha untuk terus mempertahankan.

“Setiap malam satu KK (kepala keluarga) hanya dimintai segenggam beras jimpitan. Saya rasa kalau hanya segenggam tidak berat dan banyak manfaatnya kalau dikelola secara baik dan benar,” tambah pria yang pernah menjabat sebagai Produser Eksekutif berita nasional ini.(yud)

Print Friendly, PDF & Email