oleh

Melestarikan Budaya Lewat Wayang Potehi di Boen Tek Bio

image_pdfimage_print

Kabar6-Memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya, terus dilakukan warga keturunan Tionghoa di Tangerang.

Caranya cukup beragam. Salah satunya melalui pementasan Wayang Potehi, seperti yang ditampilkan di Kelenteng Boen Tek Bio, di Jalan Bhakti No. 14 Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Provinsi Banten, Sabtu (10/1) malam.

Event ini merupakan bagian dari Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 103 (1912-2015) Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Ben Tek Bio.

Ya, pementasan Wayang Potehi itu dipimpin dalang wanita, Dwi Woro Retno Mastuti, seorang dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dan seorang mahasiswinya, Raisa.

Dalam pertunjukan itu, kedua dalang wanita mementaskan cerita berjudul “Sie Jin Kwi”.

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang kesatria berbaju putih, yang pada akhirnya sukses membela kerajaan dari para pemberontak.

“Dalam cerita ini, dikisahkan tentang tanda-tanda yang muncul sebelum lahirnya Sie Jin Kwi, perjalanan hidupnya hingga akhirnya dipercaya sebagai seorang ksatria. Betapa kemudian sang ksatria berhasil melindungi kerajaan dari tangan para pemberontak,” ujar Dwi Woro.

Humas Kelenteng Boen Tek Bio, Oeij Tjin Eng mengatakan, pihaknya sengaja mengundang kalangan universitas untuk memainkan Wayang Potehi, demi menarik minat kalangan muda untuk lebih memahami sejarah tentang Wayang Potehi.

Perayaan HUT Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Ben Tek Bio sengaja mengusung tema pendidikan, mengingat akan diresmikan berdirinya Universitas Budi Dharma dalam naungan Beon Tek Bio, tepatnya pada 12 Januari mendatang.

Diketahui, Wayang Potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Cina Selatan. Dan, kesenian tradisional inipun yang sudah menjadi bagian dalam keragaman budaya di Indonesia.

Unsur budaya asal daratan Cina yang dipadukan dengan karakter budaya lokal, justru dirasa menghadirkan keunikan tersendiri dalam tradisi yang berkembang dalam masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia.

Potehi berasal dari akar kata pou yang berarti kain, te yang berarti kantong, dan hi yang berarti wayang. Secara harfiah, bermakna wayang yang berbentuk kantong dari kain. **Baca juga: Polda Banten Perketat Pengawasan Wilayah Perairan.

Wayang ini dimainkan menggunakan kelima jari tangan. Tiga jari tengah berfungsi mengendalikan kepala wayang, sementara ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan sang wayang.

Kesenian wayang potehi diyakini telah berkembang kurang lebih 3.000 tahun. Bukti-bukti sejarah yang lebih kuat menunjukkan, bahwa eksistensi Wayang Potehi di Tionghoa telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M).

Kesenian ini diperkirakan masuk ke nusantara bersama ekspedisi perdagangan sekitar abad ke-16. Dan, kesenian ini terus berkembang di berbagai daerah di Indonesia.(tom migran)

 

Print Friendly, PDF & Email