Kabar6-Unikorn (bahasa Latin: cornus) adalah makhluk mitologis yang berwujud kuda dengan sebuah tanduk di dahi. Jika kata cornus dihubungkan dengan kata horn, maka berarti tanduk. Biasanya, bulu Unicorn berwarna putih dan tanduknya berbentuk spiral. Namun benarkah unicorn hanyalah makhluk mitologi?
Para peneliti mengungkapkan, mereka menemukan fosil unicorn Siberia teranyar. Temuan fosil terbaru itu mengubah pandangan para peneliti. Dilansir National Geographic, selama beberapa dekade sebelumnya, mereka berasumsi bahwa unicorn Siberia tersebut telah punah pada 350 ribu tahun lalu. Namun dari fosil yang ditemukan di Kazakhstan tersebut, mereka menyadari bahwa makhluk luar biasa ini masih ada hingga sekira 29 ribu tahun lalu.
Ini membuktikan bahwa unicorn memang nyata dan menjelajahi Bumi selama puluhan ribu tahun yang lalu. Sayangnya, unicorn ini tak seperti yang ada dalam buku dongeng yaitu kuda bertanduk. Dalam publikasi di American Journal of Applied Science, para peneliti menyebut unicorn yang sebenarnya ini memiliki nama ilmiah Elasmotherium sibiricum. Ia tampak bertubuh besar dan tinggi menyerupai badak modern.
Bedanya, unicorn Siberia ini memiliki tanduk sangat besar di keningnya. Menurut deskripsi awal, unicorn Siberia memiliki tinggi dua meter dengan panjang 4,5 meter dan berat sekira empat ton. Deskripsi tersebut tentu menggambarkan bahwa makhluk ini lebih mendekati ukuran mamoth (gajah purba) dibandingkan ukuran kuda.
Meski ukurannya sangat besar, hewan ini diperkirakan adalah pemakan rumput. Perkiraan usia fosil ini, 29 ribu tahun lalu, dilakukan oleh peneliti dari Tomsk State University, Rusia menggunakan teknik penanggalan radiokarbon.
Berdasarkan ukuran dan kondisi tengkorak yang ditemukan, kemungkinan unicorn Siberia ini jantan yang sangat tua. Sayangnya, penyebab kematiannya tetap tidak diketahui. Namun yang lebih penting adalah pertanyaan di benak peneliti, bagaimana unicorn ini bertahan lebih lama dari yang meninggal ratusan ribu tahun sebelumnya.
“Kemungkinan besar, bagian selatan Siberia Barat adalah salah satu habitatnya, di mana badak ini bertahan paling lama dibandingkan dengan sisa fosil lainnya,” kata Andrey Shpanski, salah satu tim tersebut. Ditambahkan, “Ada kemungkinan lain bahwa ia bisa bermigrasi dan tinggal sebentar di daerah yang lebih selatan.”
Tim tersebut berharap penemuan ini akan membantu mereka lebih memahami bagaimana faktor lingkungan memainkan peran dalam kepunahan unicorn Siberia itu. Apalagi beberapa hal mungkin telah berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya dengan bermigrasi melintasi jarak yang jauh. ** Baca juga: Sulit Dipercaya, Realm Mengaku Sudah Bercinta dengan 20 Hantu
Mengetahui bagaimana spesies bertahan begitu lama memungkinkan kita untuk membuat lebih banyak pilihan mengenai masa depan spesies kita sendiri. Terutama saat kita menemukan diri kita dalam situasi yang agak berbahaya.(ilj/bbs)