oleh

Kurangnya Pendidikan Akhlak Jadi Penyebab Tawuran di Kabupaten Tangerang

image_pdfimage_print

Kabar6-Maraknya tawuran antar pelajar di Kabupaten Tangerang disebabkan kurangnya pendidikan akhlak kepada anak sejak dini. Hal tersebut dikatakan oleh Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Tangerang, Nadli Rotun.

Nadli Rotun mengatakan, anak-anak dan remaja di saat ini kurang pendidikan akhlak disekolah ditambah ketika pulang kerumah kedua orang tuanya sibuk bekerja. Maka engan kurangnya sentuhan pendidikan akhlakul karimah para remaja dan anak-anak berani bertindak brutal.

“Sebetulnya remaja kita ini krisis akhlak, dulu waktu saya masih sekolah kita dididk diekolah mengenai akhlak, adapun dirumah para orang tua melengkapi pendidikan akhlak itu. Tetapi sekarang sudah disekolah kurang, saat dirumah, mamahnya juga sibuk, maka jadila mereka bertindak brutal, “ kata Nadli Rotun kepada wartawan melalui telepon, Jumat (6/12/2019).

Menurut Nadli, selain kurangnya sentuhan akhlak di sekolah dan dirumah, peran gadget juga mempeengaruhi anak-anak untuk melakukan tindakan yang brutal. Pasalnya, dalam gadget, semua anak bisa melihat atau menonton tayangan-tayangan yang dapat merusak perkembangan si anak itu sendiri.

“Mereka itu kan kalau melihat gadget itu bisa melihat apa saja, bahkan mereka bisa mencontoh hal-hal yang negative dari tayangan yang ada digadget. Seperti video tawuran, nah nanti mereka contoh, itukan berbahaya, “ katanya.

**Baca juga: Camat Balaraja Ajak Pengusaha Salurkan Dana CSR Untuk Hal Yang Manfaat.

Dia berharap kurikulum di tahun 2020 mendatang, pendidikan yang meningkatkan akhlakul karimah bisa lebih ditingkatkan kembali. Pasalnya, moral generasi muda saat ini sudah sangat krisi, dari 270 kasus umum yang ditangani oleh P2TP2A, 20% nya menimpa anak-anak.

Terakhir, kasus pelecehan seksual menimpa sorang anak perempuan yang merupakan warga Kecamatan pakuhaji. Menurut Nadli, sianak tidak pulang dalam waktu satu pekan, namun setelah pulang, ternyata tubuh sianak penuh dengan bekas kecupan bahkan alat vitalnya sampai berbau busuk.

“Dari 270 kasus umum, 20% nya menimpa anak-anak dengan berbagai macam kasus, ada yang kasusnya bullying, pelecehan seksual, dan pengeroyokan. Namun paling banyak si kasus pelecehan seksual, terakhir 1 anak perempuan tidak pulang 1 pekan, ketika pulang semua badannya penuh cupang. Kami bawa ke RS untuk diperiksa kejiwaaannya forensiknya, saya berharap di tahun 2020, pendidikan yang meningkatkan akhlak terus digencarkan dalam kurikulum,“ harapnya.(Vee)

Print Friendly, PDF & Email