oleh

Kumuh dan Semrawut, Ada Jumsih di Komplek Kesultanan Banten

image_pdfimage_print
Jumsih di Kesultanan Banten. (tmn)

Kabar6-Kawasan Kesultanan Banten yang kumuh dan semrawut dibersihkan oleh sekitar seribu orang dari berbagai lapisan, seperti Pramuka, pelajar, Pegawai Negeri Sipil (PNS), hingga masyarakat umum.

“Kita menggerakkan rakyat Banten untuk sadar kebersihan, Pemkot Pemkab (Serang) sudah sepakat bahwa Ibukota Banten, dan Banten Lama harus dalam kondisi yang bersih,” kata Wahidin Halim (WH), Gubenrur Banten, saat ditemui di lokasi Jumat Bersih (Jumsih), Jumat (21/07/2017).

Tingginya ilalang ditebasi, sampah yang bertebaran dipungut, hingga sampah yang menyumbat di parit yang mengelilingi komplek Kesultanan Banten dibersihin oleh peserta Jumsih.**Baca Juga: Hibah Pilkada di Kota Tangerang Rp61,3 M

“Intinya adalah kita akan melakukan penataan Banten Lama agar kita bisa menyajikan satu konsep bahwa ini tempat bersejarah, tempat peradaban, tempat jayanya Banten di sini,” terangnya.

Dalam satu komplek saja banyak lokasi wisata yang bisa dikunjungi, seperti Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Watu Giling, makam para Sultan Banten hingga sumur yang dipercaya sebagai ‘air zam-zam’ nya Banten yang telah ada sejak zaman kesultanan Banten berdiri.

“Karena bisa kita eksplore jadi tempat wisata religi di sini. Pendekatannya harus holistik, agar orang datang ke sini tidak hanya ziarah, tapi juga bisa menyaksikan kebudayaan lainnya yang sifatnya sakral,” jelasnya.**Baca Juga: Bhineka Tunggal Ika Sudah Ada di Zaman Kesultanan Banten

Mantan anggota DPR-RI dan Walikota Tangerang dua periode ini pun akan melakukan revitalisasi kawasan Kesultanan Banten agar tak lagi terlihat semrawut dan kumuh.

“Pertama jalan menuju kesini harus baik dulu. Jika dana Pemkot dan Pemkab Serang terbatas, maka akan kita intervensi, kita bantu pendanaannya. Kita tidak masuk kedalam adat dan budaya yang ada di sini,” tuturnya.

Perlu diketahui bahwa di sekitar komplek Kesultanan Banten yang berdiri di abad 15 Masehi ini terlihat semrawut dan kumuh. Banyak pengemis, pedagang yang berjualan di bahu jalan hingga menempati lokasi zona inti Keraton Surosowan, yang menutupi Watu Giling. Bahkan kendaraan seperti truk, motor, mobil hingga masyarakat bisa melewati zona inti Keraton Surosowan.(tmn)

Print Friendly, PDF & Email