oleh

Kualitas dan Kuantitas Dunia Pendidikan di Tangsel Ditingkatkan

image_pdfimage_print

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah menorehkan banyak kemajuan signifikan dan prestasi kurun waktu lima tahun terakhir dalam persoalan pelayanan pendidikan.

Peningkatan sistem pelayanan bidang pendidikan selalu menjadi skala prioritas. Kebijakan ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 2011-2016.

Dari delapan kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangsel termasuk tinggi dalam persentasi rata-rata sekolah bagi warganya. Angkanya tembus mencapai angka 8,7 persen.

Sektor pendidikan menjadi salah satu indikator adalah persentasi masyarakat melek huruf yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Di era 2008 saja sudah tembus 98,51 persen.

“Ini tentunya sesuai dengan harapan semua pihak dalam hal peningkatan dunia pendidikan. Selain peningkatan infrastruktur sarana dan prasarana, juga mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathodah S kepada kabar6.com ditemui di kantornya, Senin (23/11/20

Ia memaparkan, bahwa Pemerintaj Kota Tangsel dalam visinya ingin mewujudkan Tangsel sebagai kota cerdas, berkualitas dan berdaya saing yang berbasis teknologi dan inovasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Tangsel ikut naik.

Tercatat pada 2008 sebesar 74,8, di 2012 76,61 dan tahun ini 77,13. Keberhasilannya dalam upaya meningkatkan sistem sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia membuat Pemkot Tangsel pernah diundang menjadi salah satu narasumber Dialog Asia Pasifik di Berlin, Jerman.

Pada kesempatan itu tema yang diangkat mengenai konsep Tangsel sebagai “Kota Pintar.” Menurut Mathodah, kota pintar merupakan daerah yang mampu mengkombinasikan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas hidup. “Pendidikan berarti menjadi sangat penting,” ujarnya.

Ia menyadari untuk merealisasikan kualitas SDM yang berdaya saing tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah sendiri, harus melibatkan stakeholder lain, masyarakat dan swasta.

Ajakan kepada swasta agar ikut peduli dengan pendidikan caranya melalui Forum CSR Tangsel yang terbentuk. Forum CSR menjadi wadah mendorong perusahaan-perusahaan yang ada di Tangsel memanfaatkan dana CSR-nya meningkatkan pendidikan di Tangsel.

“Misalnya rumah pintar (Rumpin) di BSD City,” tegasnya.

Pemkot Tangsel sendiri sudah membangun 37 gedung sekolah, mulai bangunan SD, SMP, dan SMA/SMK yang menelan biaya hingga Rp250 miliar.

Pembangunan tersebut dimaksudkan untuk mengejar rasio 1:32 (satu ruang kelas diisi 32 siswa).

Beberapa di antara gedung sekolah yang kelar diperbaiki seperti SD Negeri Pondok Karya 1, Pondok Pucung 2, Pondok Betung 3, Jelupang 1, 2, dan 3 dan SD Negeri Paku Alam 2.

Untuk SMA/SMK di antaranya, SMA Negeri 4, 9, 12 dan 6, ditambah SMK Negeri 4 dan 5. Pemenuhan rasio tersebut untuk mengerjar target Rencana Pembangunan Jangan Menengah Daerah (RPJMD).

Mathodah menguraikan, pihaknya terus berusaha mewujudkan kualitas maupun kuantitas pendidikan bermutu dan juga penambahan sejumlah ruang kelas menjadi prioritas utama.

“Penambahan ruang kelas merupakan bagian dari upaya yang digulirkan bersamaan dengan pendidikan gratis mulai dari tingkat SD hingga SMA sederajat yang dikelola kami,” urainya.

Selain peningkatan dan penambahan ruang kelas, lanjut Matodah, pihaknya juga menggabungkan dua SDN menjadi satu, yaitu sebanyak 150 SDN di Kota Tangsel yang digabung.

Penggabungan sekolah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kebijakan tersebut bersamaan dengan dibangunnya gedung-gedung sekolah baru yang luas dan lebih representatif.

“Saat ini gedung SDN di Kota Tangsel sudah dibangun bertingkat agar dapat menampung semua peserta didik tanpa harus ada sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pagi dan siang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan belajar,” terang Mathodah.

Matodah kembali menekankan, pihaknya memiliki komitmen kuat dalam upaya peningkatan agar lebih berkualitas dengan mengalokasikan dana yang besar di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), juga memberikan dukungan penuh kepada organisasi guru.

“Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada guru serta studi banding karena dukungan kami bukan pembangunan fisik belaka tetapi nonfisik pun mendapat dukungan lebih terkait moralitas anak didik,” imbuh Mathodah.

Ia berharap, dukungan pihaknya untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru agar para guru menjadi contoh teladan yang baik bagi anak didiknya.

“Untuk pengembangan potensi, para guru harus mengikuti berbagai kegiatan positif, seperti seminar, kami yakin dengan kegiatan itu dapat menghasilkan guru yang professional, bermutu serta berkualitas,” pungkas Matodah.(adv)

Print Friendly, PDF & Email