Kabar6-Kongo Gumi, sebuah perusahaan konstruksi di Jepang, diklaim sebagai perusahaan tertua yang masih terus beroperasi di dunia. Prestasi tersebut berhasil dipertahankan di tengah banyaknya bisnis yang gulung tikar karena berbagai faktor, termasuk dampak pandemi COVID-19.
Saat ini diketahui hanya ada beberapa ribu perusahaan yang usianya lebih dari 200 tahun, bahkan perusahaan-perusahaan itu tampak relatif baru dibandingkan dengan Kongo Gumi.
Kongo Gumi, melansir asianikkei, didirikan pada abad ke-6 oleh seorang tukang kayu Korea yang mengkhususkan diri dalam konstruksi kuil Buddha. Sejarah Kongo Gumi dapat ditelusuri kembali lewat kuil Buddha pertama di Jepang, Shitenno-ji di Osaka. Pada akhir abad ke-6, agama Buddha menyebar dengan cepat di seluruh Jepang, dan meskipun sebagian besar penduduk kepulauan Asia beragama Tao, keluarga kerajaan terlibat langsung dalam adopsi massal agama baru tersebut.
Menurut Hidekazu Sone, seorang profesor madya di Universitas Seni dan Budaya Shizuoka, Kongo Gumi bertahan lama berkat keterampilan para perajinnya dan kemampuan manajemen para pemimpinnya.
Catatan menunjukkan, selama keberadaannya Kongo Gumi mempekerjakan beberapa kelompok tukang kayu dan perajin paling terampil di Jepang. Dan justru persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda inilah yang mengarah pada penemuan dan peningkatan berbagai Teknik. Hal ini kemudian membuat perusahaan mampu bersaing dengan yang lainnya.
Selama sebagian besar sejarahnya yang berusia 1446 tahun, Kongo Gumi dijalankan oleh 40 generasi keturunan Kongo, tetapi Sone mengklaim bahwa keluarga tidak pernah membiarkan tradisi mendahului kebaikan perusahaan.
Kongo Gumi menghadapi banyak tantangan sepanjang keberadaannya, dengan beberapa yang paling menonjol adalah Depresi Showa tahun 1920-an, ketika Kongo Haruichi, pemimpin ke-37 Kongo Gumi bunuh diri karena kesulitan keuangan, dan Perang Dunia II, ketika permintaan untuk bangunan keagamaan Buddha menurun drastis.
Namun, perusahaan berhasil bertahan hingga tahun 2006, ketika diakuisisi oleh perusahaan konstruksi yang jauh lebih muda dari Osaka. Saat itu, perusahaan tersebut telah mengumpulkan banyak utang dan tidak dapat lagi beroperasi secara mandiri.
Tidak ada keturunan keluarga Kongo yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan, dan hanya satu keturunan yang saat ini bekerja di Kongo Gumi. Keluarga Kongo masih sangat dihormati di kalangan tukang kayu Jepang.(ilj/bbs)