Kabar6-Teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) yang dikembangkan oleh Dr Lukman Gunarto melalui riset unggulan dan berkesinambungan mampu menghasilkan panen sampai 50 persen.
Teknologi AGPI pada tahun 2019 juga dicoba di lahan sawah milik Hendrawan di Bandung, hasilnya bikin takjub petani karena kwantitas panen meningkat signifikan. Hendrawan mengaku menggunakan pupuk hayati mikroba Dr. Lukman Gunarto, peneliti Mikrobiologi Tanah, Balai Besar Bioteknologi, Litbang Pertanian.
Teknologi ini merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan. AGPI Sejak 5 tahun terakhir dipasarkan dengan skala yang masih terbatas dengan merek dagang Formula 100+.
“Teknologi yang disebut juga pupuk hayati mikroba ini sudah diaplikasi tahun 1998. Uji coba dilakukan di lahan sawah di Bekasi,”jelas Dr Lukman Gunarto pada Kabar6, yang berkunjung ke redaksi Selasa (17/9/2024)
**Baca Juga:Dr Lukman Gunarto, Penemu Pupuk Hayati Mikroba Berharap ini ke Presiden Prabowo
Saat diuji coba di lahan Bekasi, hadir beberapa pakar dari, seperti pakar tanaman, pakar hama, di lahan sawah di Bekasi,”kenang Dr Lukman.
Dijelaskan Dr Lukman, teknologi AGPI adalah suatu inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan penghasil selulase. Dalam proses pembuatannya, hormon tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri diproduksi secara berlebihan dan diawetkan dalam bahan tertentu sebelum mikroba-mikroba lain dimasukkan.
Teknologi ini asli Indonesia menggunakan Mikroba strain unggulan terbaru yang bekerja lebih efektif dan efisien. Proses produksi dengan kontrol kualitas yang sangat ketat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya.
Penggunaan AGPI ini dapat menghemat pemakaian pupuk kimia hingga 40-60% dan meningkatkan hasil sekitar 20-50%.
“Cara pemakaiannya dirancang semudah dan sesederhana mungkin sehingga tidak merepotkan petani, cukup disemprotkan saja menggunakan pengencer air sawah/sungai atau disiramkan pada tajuk tanaman atau disaluran pemasukan,”papar Dr. Lukman.
AGPI kata Lukman, adalah inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan penghasil selulase. Hormon tumbuh dalam AGPI diproduksi in vitro yaitu Indole Acetic Acid (Asam Indol Asetat) oleh Azospirillum sp.
Selain itu di dalam AGPI juga mengandung enzim fosfatase dan selulase. Enzim-enzim ini berperan meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara tanah. Enzim-enzim dan hormon tumbuh di-preserved dalam bahan tertentu sehingga kestabilannya dipertahankan sampai aplikasi di lapangan tidak mudah rusak dalam perubahan cuaca selama pengiriman dan penyimpanan.
Teknologi AGPI ini, kata Lukman bisa diaplikasikan untuk pertanian, untuk tambak, dan ternak. Untuk pertanian dapat meningkatkan hasil dengan jalan mengoptimalkan kesuburan biologi tanah serta meningkatkan ketersediaan hara dan kemampuan akar menyerap hara sehingga mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 40-50 persen.
Penggunaan Teknologi AGPI
Menurut Dr. Lukman, ada 4 poin utama dimana tujuan penggunaan teknologi AGPI;
1. Meningkatkan ketersediaan N dari hasil fiksasi N2 udara oleh bakteri penambat N2.
2 Meningkatkan ketersediaan P dengan aktivitas bakteri pelarut.
3 Meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dengan adanya perombakan oleh selulolitik mikroorganisme.
4.Merangsang pertumbuhan akar dari hormon tumbuh yang dikandungnya sehingga jangkauan akar mengambil hara meningkat.
Memperbaiki Biologi Tanah
Manfaat penggunaannya memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga struktur dan testur tanah menjadi serasi dan sehat. Dirancang untuk menetralisir atau mengurai faktor penghambat yang menyebabkan unsur hara tanah terikat, sehingga perimbangan unsur hara tanah bersifat makro dan mikro akan tersedia lebih sempurna.
Bertujuan meningkatkan kinerja enzim dan media mikroba tanah dan tanaman yang menguntungkan, untuk penyuburan tanah dan memacu zat hijau daun lebih produktif dalam meningkatkan proses fotosintesa, sehingga bulir/benih/umbi/buah lebih padat dan berisi.
Mengandung hara mikro terdiri atas ramuan Enzim dan Nutrisi mikroba dari sari tumbuhan yang diaktifkan secara biologi yaitu : mikroba penambat nitrogen, pelarut pospor, perombak bahan organik dan hormon tumbuh yang diperlukan tanaman pada tahap pertumbuhan paling kritis.
Aplikasi pada Padi Sawah
Pada waktu persiapan tanam setelah tanah diolah sempurna, semprotkan merata di atas permukaan tanah 1-2 hari sebelum tanam dengan dosis 5-6 liter per hektar. Agar supaya dapat merata, larutkan dengan air sebanyak 100 liter. Apabila lubang spayer besar, maka air pelarut dapat diperbanyak. Prinsip penambahan air ini adalah agar dapat merata keseluruh permukaan tanah.
Penyemprotan diulang lagi pada saat tanaman berumur 14, 30, dan 45 hari setelah tanam dengan dosis masing–masing penyemprotan 1 liter per hektar. Pada waktu tanaman masih kecil, dapat disemprotkan di atas permukan tanah atau dipangkal batang padi, tetapi apabila tanaman sudah besar dan saling menutup permukaan tanah maka disemprotkan di atas tajuk tanaman. (Jumlah per hektar untuk padi sawah sebanyak 5-6liter.
Penyemprotan tidak boleh dicampur dengan pestisida/insektisida. Apabila terjadi serangan hama/penyakit, pestisida/insektisida dapat disemprot-kan pada satu minggu sebelum atau sesudah AGPI diberikan.
Dr Lukman berharap Pemerintah dan Pemprov, dan Pemda bisa menggunakan teknologi ramah lingkungan ini, karena bermanfaat untuk tekstur tanah dan serasi dengan tanaman.
Bahkan, Dr Lukman siap jika ada pengusaha yang berminat memproduksi pupuk hayati mikroba besutannyan.Ir