oleh

Keluarga Pelaku Perampokan Minimarket Heran dan Malu

image_pdfimage_print

Kabar6-Perasaan kaget dan heran berkecamuk menjadi satu. Itulah yang kini tengah menggelayuti benak keluarga GAT (25), pelaku tunggal kejahatan perampokan di enam minimarket dalam sepekan terakhir ini yang terjadi di Tangerang.

“Sekarang kalau dibalik gimana, abang yang jadi saya. Pasti kaget lah dan ga habis pikir,” ungkap Soujuaon Tobing (29), kakak kandung pelaku yang ditemui Kabar6.com dikediamannya di
Perumahan Anggrek Loka Blok H/30, BSD City, Serpong, Rabu (28/8/2012).

Souju menceritakan, terdiri atas dua bersaudara dengan latar belakang orangtua pensiunan PNS Pekerjaan Umum. Secara ekonomi keluarga harmonis dan berkecukupan, termasuk untuk membesarkan GAT sebagai anak bungsu.

Namun, terang Souju, tak seperti dirinya. GAT tak pernah mau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Pelaku hanya lulusan SMIP tahun 2006 di Ciputat. Setelah selesai sekolah, GAT sempat bekerja ke pulau Bali dan biro perjalanan travel serta salah satu perusahaan airline.

Setelah tak lagi bekerja, kesibukan pelaku kesehariannya memang menghabiskan waktu bermain game online di warnet. Termasuk bersama Souju bermain game PS bila berkumpul bersama keluarga dirumah.

“Kita ga nyangka. Kita bukan dari keturunan keluarga seperti itu (perampok). Hal memalukan, kayak orang ga pernah makan aja,” ketus Souju.

Dia mengakui bila GAT sebagai sosok anak yang pendiam. Saat disinggung apakah adiknya ini terlibat dan ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang dan Narkoba, Souju dengan tegas menepisnya. Selama ini dirinya tak bahwa GAT bukan pecandu.

“Sekarang abang liat badan saya kurus kan, tapi saya ga pernah yang namanya kecanduan. Ga curiga (GAT) pake narkoba, kalo iya justru kaget,” terang bapak satu anak ini.

Hal yang menurut Souju tak dimengerti setelah dirinya mendengar informasi dari berbagai media massa. GAT merupakan pelaku tunggal kejahatan perampokan enam minamarket disekitar wilayah Kota Tangerang dan Tangsel.

“Bukannya saya mendukung perampokan, karena tetap merampok bagi kami itu pekerjaan yang rendah sekali. Mungkin bisa saja kita akan panggil psikolog,” tutupnya.(yud)

 

Print Friendly, PDF & Email