oleh

Kejahatan Lewat Dunia Maya Menghantui Anak

image_pdfimage_print

Kabar6-Kemajuan teknologi juga memiliki dampak negatif seperti maraknya kejahatan lewat dunia dunia maya (cyber crime) yang terus terjadi belakangan ini. Oleh karena itu, pengawasan intensif dari orangtua kepada anak sangat penting dan dianggap paling efektif untuk mencegahnya.

“Kemajuan tehnologi mempengaruhi mental berpikir anak jika tidak diawasi dengan baik oleh orangtuanya, khususnya ibu,” ungkap Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, saat pemaparan di acara seminar Peran Ibu dalam Menanggulangi Ancaman Cyber Crime pada Anak di Serpong, Selasa (18/12/2012).

Ia memaparkan, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, sepanjang tahun 2012 ini kasus kejahatan melalui dunia maya sudah dalam taraf mengkhawatirkan.

Sejak Januari hingga Oktober lalu, sudah terjadi 127 kasus penculikan disertai pelecehan seksual yang dialami anak. 27 kasus diantaranya dari dunia maya.

Aris mengatakan, teknologi khususnya dunia maya saat ini berkembang cepat dan dapat mempengaruhi perkembangan anak. Langkah untuk menangkal cyber crime, peranan sosok ibu sangat dibutuhkan dalam hal ini. Pengawasan dan perhatian dari orangtua kepada anak harus diberikan secara total.

“Jangan orangtua merasa bangga dengan keadaan anaknya yang pintar bermain komputer dan internet. Ini yang bahaya,” ujarnya.

Menurutnya melindungi anak dari kejahatan cyber sejak dini penting dilakukan. Sebab, tidak sedikit kasus yang membelit anak karena kurangnya pengawasan ibu.

“Anak-anak juga berhak mendapatkan
perlindungan dari kejahatan dunia maya. Pengawasan itu penting. Jangan sampai ada korban,” ucapnya.

Biasanya, sambung Arist, kasus cyber crime banyak dari perkenalan di jejaringan sosial. Kemudian, tertipu daya oleh pelaku. Terjadilah penculikan dan eksplotiasi seksual.

“Korban didominasi pada ABG (Anak Baru Gede-red), yang ingin memperbanyak teman dengan berkenalan di jejaring sosial,” terangnya.

Ditempat sama, Ketua Komnas Perlindungan Perempuan (KPP), Silvana Apituley, menuturkan salahsatu antisipasi terhadap cyber crime yakni memposisikan ibu sebagai contoh utama bagi anak. Sosok ibu menurutnya cukup berpengaruh terhadap prilaku dan masa pertumbuhan anaknya.

“Ibu harus menjadi sosok penting bagi anak agar anak juga bisa terkontrol perkembangan pengetahuannya dan juga kebiasaannya memanfaatkan dunia cyber. Ibu harus jadi contoh bagi anak-anak, dan mampu memberikan anak alat teknologi sesuai dengan kebutuhannya,” terangnya.

Menurut Silvana, saat ini masih banyak ibu yang bersikap acuh tak acuh atas kemampuan anak mengakses dunia internet. Ibu beranggapan kemampuan anak itu sebagai suatu yang canggih, dan menandakan kecerdasan anak.

“Padahal tidak begitu, banyak anak justru dalam memanfaatkan teknologi ini kebablasan. Makanya orang tua, khususnya ibu jangan hanya diam, harus ada kontrol yang tinggi,” ujarnya.

Hal senada juga diutarakan Ketua Bidang Pemberdayaan Wanita Persatuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII) Banten, Jane O Kandou, terkait permasalahan lainnya.

Yakni banyak kaum ibu yang tidak mengerti teknologi. Ini sangat mengkhawatirkan, sebab, orang tua tidak bisa memberikan pengawasan kepada anak pada saat
mengakses internet.

“Mungkin ke depannya kita bisa memberikan pelatihan bagi kaum ibu dalam hal penggunaan teknologi dan komputer,” terangnya.

Selain itu, tambah dia, ibu harus punya banyak waktu di rumah untuk anak-anak. Bahkan, saat anak menggunakan komputer, internet, atau alat komunikasi yang kian canggih.

“Intinya, ibu dan keluarga yang bisa mengontrol tumbuh kembang anak di tengah perkembangan tenologi. Itu bisa dimulai didalam rumah oleh ibu dan keluarga,” tambahnya.(yud)

Print Friendly, PDF & Email