oleh

Keadilan Ruang Untuk Semua Warga Kota

image_pdfimage_print

Kabar6-Pagi itu, beberapa waktu yang lalu, aku ingin menikmati ruang Kota Beijing yang berbeda dengan yang semalam aku telusuri.

Oleh; Mukkodas Syuhada

Saat keluar dari hotel, udara dingin menyapa meski matahari sudah mulai terlihat. Berjalan kaki menyusuri kota, dimulai dengan menyebrang jalan melalui zebra cross.

Menyusuri pedestrian yang lebar, aman dan nyaman. Beberapa titik di sudut persimpangan jalan sekunder dan jalan primer dibuat taman sebagai ruang publik.

Selain itu, di beberapa titik jalur hijaunya disediakan fasilitas untuk berolahraga. Tiba di perempatan jalan primer dan Ring Road, aku memilih belok ke kanan, karena yang sebelah kiri sudah aku telusuri semalam.

Jalur yang aku pilih ini adalah model penataan bantaran sungai yang sangat ideal untuk dijadikan contoh kota-kota di Indonesia, termasuk Kota Tangerang Selatan.

Jika kota-kota di Indonesia menganggap sungai sebagai tempat pembuangan limbah yang kotor dan bau, sehingga harus ditutupi viewnya oleh bangunan (orientasi bangunan membelakangi jalan) atau dikuasai oleh para kaum miskin kota, maka di sini, sungai itu dianggap sebagai salah satu ruang kota alami yang mendukung kenyamanan warganya dalam beraktivitas.

Oleh karena itu, orientasi bangunannya menghadap ke sungai dan di kedua sisinya dibuatkan dinding penahan tanah, jalur hijau dengan tempat duduk dibeberapa titiknya, tangga, pedestrian yang lebar, ubin kaum diffable, ram untuk diffable, tempat sampah, tangga untuk naik menuju jalur jalan atau pedestrian bangunan.

Di sisi seberang sungai, menemukan tulisan ‘One World One Dream’. Bagiku, tulisan itu mempunyai makna yang sangat dalam sekali untuk mewujudkan impian warga kota, yaitu “Keadilan Ruang bagi Semua Warga Kota”.

Para manula berolah raga dengan aman dan nyaman, warga mengajak jalan anjing-anjing peliharaannya sambil berinteraksi dengan warga kota lainnya.
Warga yang bersepeda diberikan jalur khusus, yang berkendaraan pribadi juga ada jalurnya, yang ingin menggunakan transportasi massal disediakan bus, kereta dan subway.

Kebersihannya dijaga oleh para pekerja khusus yang mobile menggunakan sepeda motor khusus untuk menyimpan sampah dan peralatannya.

Pedagang kaki lima pun difasilitasi menggunakan jalur pedestrian, tapi diatur waktu dan titik lokasinya serta harus mobile menggunakan sepeda atau kendaraan bermotor.

Sampai diujung jalur pertemuan antara pedestrian, jalan lingkungan dan jalan primer, aku coba memandang balik kawasan yang baru kulalui dari jembatan.

Bahagia sekali warga Kota Beijing ini dengan sistem pemerintahannya dipegang Partai Komunis. Semua warga diberikan ruang yang adil tanpa pandang bulu.

Tanpa terasa, perutku berbunyi tanda minta diisi, dan kulihat ada pedagang kaki lima bertuliskan ‘Breakfast Food’ di samping stasiun untuk moda transportasi subway.

Aku coba pesan makanan semacam roti cane atau martabak telur seharga ¥ 4, porsinya besar sekali. Mungkin karena cuacanya yang dingin dan membutuhkan energi sangat banyak, orang-orang Tiongkok makannya dalam porsi yang besar.

Terpikir ide untuk ruang kota di Indonesia, khususnya di Banten (Kota Tangerang Selatan), antar fungsinya ditanami bambu payung untuk keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.

Batangnya yang kecil, tebal dan berumpun bisa menjadi dinding pengaman. Daunnya yang kecil, tinggi dan rimbun bisa menjadi peneduh dan penyaring debu jalanan.

Untuk menambah keindahan kota, di bawahnya bisa ditanami tanaman semak dan bunga. Dibanding memakai beton atau logam sebagai pembatas, lebih baik memakai tanaman atau pohon yang lebih murah, asri dan ramah lingkungan.

Dalam potongan melintang jalanan Kota di Beijing, ada keadilan ruang untuk warganya, dimulai dari bangunan yang berfungsi sebagai hunian, kantor dan tempat usaha.

Di depannya ada jalan selebar 2 m lalu taman atau jalur hijau yang ada sarana olah raganya, kemudian jalur pedestrian yang lebih besar sekitar 4 m – 6 m, ada tempat duduk, tempat sampah, papan informasi, ubin diffable, tempat menyimpan sepeda, kran air untuk menyiram tanaman dan halte, jalur hijau, jalan yang dibagi untuk jalur sepeda dan motor, bus listrik, bus umum dan kendaraan pribadi.

Pada beberapa kawasan, pedestrian bisa digunakan juga sebagai tempat parkir mobil dan loading barang.

Wilayah yang ada sungai atau drainase kota, ditata dengan sangat nyaman sekali, ada tangga, tempat duduk, pedestrian yang lebar sehingga warga bisa beraktivitas olah raga, mengajak jalan anjing peliharaannya, senam, berlari ataupun jalan kaki. Diujung pertemuan dengan jalan utama terdapat stasiun dan taman kota.

Semoga Keadilan Ruang untuk Warga Kota ini bisa diwujudkan di Kota Tangerang Selatan.(***)

*) Penulis adalah Sekretaris Dinas Tata Kota Bangunan dan Permukiman (DTKBP) Kota Tangsel.

**Baca juga: Begal dan Solusi Polmas.

Print Friendly, PDF & Email