oleh

Kemal Mustafa

image_pdfimage_print

Di Sumatera Barat ada pepatah begini : alun disabuik, lai taraso, terjemahan Indonesia-nya kira-kira : Belum kamu sebutkan, saya sudah berasa ”. Karena manusia diciptakan Allah SWT tidak cuma bisa mendengar dengan telinga, tapi bisa mengendus dengan perasaan, bisa juga ngerasanin dengan intuisi, bahkan bisa menerawang dengan indera keenam atau ketujuh.Tapi khusus untuk yang satu ini tidak bisa saya lakukan, itu profesinya paranormal.

Kalau orang berprofesi sebagai wartawan dengan level yang handal, bisa mendapatkan informasi tentang sesuatu secara underground dengan akurasi yang tinggi (A1), bisa menangkap informasi yang diterbangkan angin atau yang dibawa oleh burung seperti logonya twitter itu. Karena wartawan handal, adalah pribadi dengan penggabungan dua keahlian, yakni handal menulis bak sastrawan dan handal melakukan investigasi bak intelijen.  

Terkait Kemal yang lagi banyak diperbincangkan sejak meng-upload video-nya di Youtube 7 Maret 2017 lalu, saya berusaha untuk tidak terjebak memberikan justifikasi, apakah statement yang diungkapkannya itu benar, atau hanya ingin menyebar fitnah dengan sasaran si Ibu Walkot yang jelita, atau ada tujuan-tujuan lain dibalik itu.Biarlah justifikasi itu akan diberikan oleh pengadilan karena mereka yang punya wewenang.

Tapi dalam bahasa Arab, makna nama Kemal Mustafa (Mustafa Kemal) punya arti yang cukup keren : ” lelaki terhormat, pekerja keras dan sopan. Meski sebenarnya cukup banyak juga orang yang punya nama sangat baik, namun kelakukannya na’uzubillah, seperti pemalsu vaksin di Bekasi, nama boleh seperti alim ulama, tapi kelakuan nol besar.

Soal nama, penyair William Shakespeare bilang: What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet. Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi. Banyak orang setuju dengan Shakespeare, tapi banyak juga yang sebaliknya.

Yang jelas, apa yang diungkapkan Kemal lewat Youtube, dan dalam bentuk surat juga sudah disampaikan ke pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta Kementerian Dalam Negeri, memang perlu disikapi oleh pihak terkait, terutama pihak yang dituding untuk mengklarifikasi secara jelas dan rinci sekaligus logis, jangan dibiarkan menjadi bola liar yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi bola panas.

Bila perlu gelar perkara untuk membahas item per item yang disampaikan, uji kebenarannya. Berikan hukuman pada Kemal seberat-beratnya kalau terbukti dia cuma menyebar fitnah atau punya tujuan lain.Tapi harus diperhitungkan juga, bagaimana bila sebaliknya.

Tapi biasanya para pemkot/pemkab bila menghadapi kasus seperti ini, tindakan pertama yang dilakukan adalah membantah. Kedua memberi sanksi kepada yang bersangkutan. Padahal publik zaman milenia, sudah muak dengar pola yang kayak gini, udah nggak zaman, gaya jadul, era mesin ketik, yang justru bisa menurunkan tingkat kepercayaan publik pada pemkot/pemkab yang bersangkutan. Kalau dulu ada film The Boss is Never Wrong sekarang zaman milenia ada film My Stupid Bos yang dibintangi Reza Rahadian.

Aparat hukum, inspektorat atau perangkat-perangkat yang berwenang lainnya, juga tidak bisa menganggap statement Kemal sebagai angin lalu, sebab sebagai sumber informasi dia tergolong akurat,valid. Dan saat memberikan informasinya dia menjelaskan data dirinya, bahwa dia PNS bla..bla..bla..Itu artinya informasi yang dia berikan bukan jenis ‘Surat Kaleng”, dan belum tentu hoax, karena penyebar informasi hoax tidak akan berani menjelaskan identitasnya.

Bila dibedah menurut teori enam ciri dari informasi yang memberikan makna seperti: Amount of Information (Kuantitas Informasi)  Quality of Information (Kualitas Informasi), Recency of Information (Informasi Aktual), Relevance of Information (Informasi yang relevan atau sesuai), Accuracy of Information ( Ketepatan Informasi), Autehnticity of Information ( Kebenaran Informasi), saya harus mengatakan, informasi ini memang punya bobot tersendiri yang tak bisa diabaikan begitu saja, dan sangat kuat terutama pada Relevance of Information, karena si pemberi informasi terlibat langsung (tangan ke satu) dan ada dalam pusaran materi yang diinformasikan. Tinggal kita buktikan Autehnticity of Information dan Accuracy of Information-nya. Yukk.. mareee…. (zoelfauzilubis@yahoo.co.id)

Print Friendly, PDF & Email