oleh

Kabur dari Tes Swab, Seorang Pria di Singapura yang Bergejala COVID-19 Malah Bikin Tato

image_pdfimage_print

Kabar6-Tan Fu Yu (21), pria asal Singapura, dijatuhi sanksi untuk menjalani day-reporting order (DRO) atau wajib lapor selama tiga bulan dan melakukan 50 jam pelayanan masyarakat dalam kurun waktu setahun.

DRO merupakan hukuman berbasis pelayanan komunitas yang diberikan kepada pelaku pelanggaran peraturan tertentu, seperti kaum muda. Pelaku pelanggaran yang dijatuhi DRO harus melapor ke pusat pelaporan harian untuk program pemantauan, konseling dan rehabilitasi.

Sanksi itu diberikan, melansir Straitstimes, karena Yu yang bergejala COVID-19 melarikan diri dari swab test dan maah pergi untuk menato tubuhnya. Yu mengaku bersalah atas tindakan keluar rumah tanpa alasan yang jelas, saat dirinya diperintahkan tenaga medis untuk tetap berada di rumah. Terdapat tuduhan serupa lain terhadapnya yang sedang dipertimbangkan.

Yu mengunjungi Poliklinik Ang Mo Kio dengan keluhan batuk kering dan tenggorokan gatal. Kemudian, ia didiagnosis infeksi saluran pernapasan atas akut (ISPA) dan diinstruksikan untuk menjalani tes swab COVID-19.

Sertifikat medis diberikan kepada Yu yang menyatakan bahwa ia menderita ISPA. Dokumen tersebut mengizinkannya untuk tidak bekerja atau sekolah selama tiga hari. Sertifikat itu juga secara hukum mewajibkan Yu untuk tetap berada di rumah hingga hasil tes swab COVID-19 negatif.

Tapi yang terjadi, bukannya melakukan tes swab dan mengambil obatnya, Yu meninggalkan poliklinik dan pulang naik bus, meski perawat memanggil pria itu berulang kali. ** Baca juga: Oknum Mantan Perawat di AS Perkosa Pasien Koma di Rumah Sakit Hingga Hamil

Keesokan harinya, Yu menggunakan jasa transportasi online ke Sin Ming Road di mana ia menato tubuhnya. Dalam pertemuan itu, seniman tato menato dada Yu dan menyadari kliennya mengalami pendarahan berlebihan.

Selanjutnya, Yu meninggalkan studio tato dan naik bus untuk pulang. Ia sama sekali tidak melakukan tes COVID-19 bulan itu, dan terakhir kali tes PCR pada 19 September tahun lalu.

Dalam sidang pengadilan, pengacara Yu yang bernama Murali Pillai dari Rajah & Tann, mendesak agar Yu memperoleh hukuman pelayanan komunitas. Pengacaranya menyebut, Yu merupakan pelaku pelanggaran yang masih berusia muda, dan ini pertama kalinya ia terlibat masalah hukum.

“Tuduhan bahwa Yu melarikan diri dari tes swab COVID-19 ‘tidak relevan’ lantaran Yu hanya mengakui tuduhan meninggalkan rumah selama masa cuti medis,” kata Pillai. Yu adalah seorang trainee manajemen bar dengan bar yang memperoleh sejumlah penghargaan. Dia bertanggung jawab penuh atas perilakunya yang bodoh dan tidak dewasa.”

Yu disebut sebagai pekerja keras dengan semangat kuat di bidang industri makanan dan minuman. Ditambahkan Pillai, Yu menerima penghargaan Edusave Good Progress karena menunjukkan peningkatan kinerja akademik dan perilaku baik.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email