oleh

Jarvik 7, Jantung Buatan Pertama yang Ditanamkan pada Tubuh Manusia

image_pdfimage_print

Kabar6-Karena memiliki peran penting dalam memompa darah ke seluruh tubuh, banyak ilmuwan dalam dunia medis yang berusaha mengembangkan perangkat dengan fungsi serupa, apabila jantung manusia mengalami masalah atau disfungsi.

Awal inovasi pengembangan teknologi medis untuk jantung, ditanamkan pada hewan. Jika berhasil diaplikasikan pada hewan, maka diharapkan dapat berfungsi pada manusia.

Pada 1940-an, seorang ilmuwan Uni Soviet bernama Vladimir Demikhov, melansir Kompas, menjadi pelopor dalam upaya membenamkan jantung buatan ke dalam seekor anjing. Namun, langkah ini kemudian dikenal sebagai teknologi transplantasi. Setelah percobaan itu, banyak ilmuwan di bidang medis yang mengembangkan teknologi jantung buatan. Kemudian seorang warga Amerika Serikat bernama Paul Winchell, berhasil mematenkan jantung buatan pertama. Sayang, teknologi ini tak digunakan. Pada 1969, jantung buatan Liotta-Cooley diimplantasikan ke pasien, namun meninggal beberapa hari setelahnya.

Penggunaan jantung buatan dinilai belum berhasil dikembangkan dengan baik oleh ilmuwan. Melihat kegagalan sebelumnya, seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Robert Jarvik mencoba mengembangkan teknik yang lebih baik.

Robert Jarvik mengembangkan jantung buatan terbuat dari perangkat plastik dan logam yang mampu membantu kinerja dalam memomda darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Ia dibantu dan difasilitasi oleh Universitas Utah dalam mengembangkan Jarvik-7. Setelah keberhasilan pengembangan itu, akhirnya alat itu diuji coba ke manusia yang mengalami disfungsi jantung.

Pada 1982, dokter gigi asal Seattle bernama Barney Clark menjadi orang pertama yang ditanamkan Jarvik-7. Jantung buatan pertama yang dimaksudkan untuk bertahan seumur hidup. Sebelumnya, ahli bedah William DeVries dengan hati-hati menghilangkan jantung dari Clark yang mengalami disfungsi karena penyakit. Setelah berhasil, ia menggantikan Jarvik-7 ke dalam Clark.

Selama operasi yang berlangsung tujuh jam. Tak lama setelah penanaman jantung buatan tersebut, Clark mengungkapkan kepada publik ingin membantu memajukan ilmu pengetahuan dan medis. Pada 23 Maret 1983, Clark meninggal pada usia 62 tahun, setelah hidup selama 112 hari pascaoperasi dan kesehatannya menurun drastis. Setelah Clark meninggal dunia, teknologi diuji coba kepada seorang bernama William J. Schroeder. Dia dioperasi di sakit Humana Hospital-Audubon di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat.

Keberhasilan ini memulainya tindakan medis berupa pemberian jantung buatan yang bisa digunakan kepada pasien yang membutuhkan. Tercatat, ia mampu hidup selama 488 hari setelah keluar dari rumah sakit. Schroeder menunjukan bahwa orang dapat hidup dalam jangka panjang dengan bantuan perangkat plastik dan logam.

Setelah itu, ada sekira tiga orang yang menerima Jarvik lagi di berbagai negara. Perkembangan Jarvik membuat beberapa perusahaan lain mengembangkan teknik serupa. Hampir 2.000 jantung buatan telah ditanamkan, dan prosedur ini umumnya digunakan sebagai penyelamat. ** Baca juga: Selundupkan Kucing dengan Berpura-pura Hamil

Saat ini, jantung buatan yang paling umum adalah Total Heart buatan SynCardia dengan banderol harga sekira US$125 ribu.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email