1

Istri Eks Napi Korupsi Lontarkan Narasi ‘Orang Asli Tangerang’ Saat Sosialisasi, Pengamat : Jangan Umbar Isu SARA

Kabar6-Narasi ‘Orang asli Tangerang’ yang dilontarkan calon Gubernur Banten Airin Rachmi Diany, saat memperkenalkan Mad Romli sebagai calon Bupati Tangerang kepada warga dalam acara sosialisasi di Desa Cisereh, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, pada Sabtu (13/07/2024), ditentang keras oleh sejumlah kalangan.

Narasi yang diumbar istri TB Chaeri Wardana alias Wawan, eks narapidana korupsi, dianggap cukup berbahaya bagi keberlangsungan pesta demokrasi di Banten dan Tangerang Raya, karena berpotensi menimbulkan perpecahan antar pendukung calon.

“Sebagai tokoh Banten harus menjadi tauladan. Tidak perlu mengangat isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) saat sosialisasi,” ungkap pengamat politik Subandi Musbah, kepada Kabar6.com, petang tadi.

**Berita Terkait:Sosialisasi di Tigaraksa, Istri Eks Napi Korupsi : Titip Mad Romli Orang Asli Tangerang

Direktur Visi Nusantara ini menuturkan, bahwa Mad Romli kelahiran Kabupaten Tangerang itu benar adanya. Namun seolah- olah yang lain bukan orang Tangerang itu sangat keliru.

Dikotomi berbasis SARA harus dijauhi, ini kurang baik bagi pendidikan politik warga. Dalam penyampaian materi sosialisasi harusnya Airin menghindari terminologi demikian.

“Kekeliruan Airin sangat fatal. Pertama Golkar belum resmi merekomendasikan nama tertentu untuk Pilkada Kabupaten Tangerang. Bisa saja nama lain yang keluar,” katanya.

Kedua, lanjutnya, menganggap Mad Romli satu-satunya orang Kabupaten Tangerang itu keliru besar. Mengapa demikian, lantaran kemungkinan lawannya, Maesyal Rasyid yang dianggap tidak lahir di Kabupaten Tangerang.

Mantan Sekda Kabupaten Tangerang ini lahir saat itu ketika kota Tangerang belum menjadi daerah otonom baru. Masih gabung. Kota Tangerang resmi pisah dari Kabupaten Tangerang tahun 1993.

“Sementara Maesyal Rasyid lahir jauh sebelum kota Tangerang mandiri. Itu artinya, Maesyal Rasyid kelahiran Kabupaten Tangerang juga,” tandasnya.

Selaku tokoh Banten, ujar Subandi, Airin sebaiknya menggunakan pilihan diksi yang bisa publik tercerahkan. Tidak membuat seolah-olah ada pribumi dan nonpribumi.

“Saatnya kita memberikan pendidikan politik yang baik. Tidak mengumbar isu SARA,” ucapnya.(Tim K6)