oleh

Ini Deskripsi dan Pencegahan Kekerasan Ala RSU Tangsel

image_pdfimage_print

Kabar6-Kasus kekerasan terhadap anak semakin banyak terjadi. Hal itu pun membuat publik tercengang hingga mengundang perhatian dan keprihatinan banyak pihak.

Mulai dari kekerasan fisik yang berujung pembunuhan di Bali, sampai pada kasus penemuan seorang bayi di Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangsel, Rudy Wiyono mengatakan, banyak fakta pemicu bentuk kekerasan fisik yang tergolong dalam dua kategori ini, yakni fisik dan mental.

“Bisa menimpa siapa saja, mulai bayi hingga orang lanjut usia,” ungkapnya ditemui kabar6.com di ruangan prakteknya yang terletak di Jalan Raya Padjajaran, Kecamatan Pamulang, Jum’at (3/7/2015).

Menurutnya, kasus yang biasa terjadi pada bayi dan anak remaja adalah kekerasan penelantaran. Ini satu sikap yang harus mendapatkan perhatian. Seperti harus melindungi anak, sandang, pangan papan. Kalau ini tidak dipenuhi, maka ini dimaksudkan penelantaran atau pembiaran.

Rudy mencontohkan, seperti larangan hak anak untuk bisa bermain. Kalau tidak diberikan maka itu bagian dari penelantaran. Banyak faktor-faktor penyebab terjadinya kasus yang berujung pada tindak kekerasan.

Yaitu, faktor ekonomi, sosial seperti dalam keadaan perang atau bencana alam, orangtua gangguan jiwa sehingga mereka tidak bisa merawat, konflik internal orangtua yang cekcok karena ada hubungan kurang harmonis.

Ada satu budaya yang mewajibkan anak harus mengikuti orangtua. Ada juga yang mewajibkan anak bekerja

“Bisa juga karena pengetahuan yang sangat rendah akan sangat berpengaruh. Dampak pada mental bisa negatif dan positif karena peristiwa hidup. Misalnya, didepan banyak orang dibully akan terekam hingga tua. Semua kejadian akan terekam,” terang Rudy.

Diterangkannya, deskripsi sakit jiwa kalau orang tersebut tidak dapat melakukan fungsinya sebagaimana orang normal.

Selama ini pihaknya lebih banyak melayani pasien yang mengalami gangguan mental. Seseorang juga bisa mengalami kerentanan, akibat dari berbagai peristiwa kehidupan.

“Kami tangani gangguan kornis, gangguan tidak bisa tidur, gangguan belajar tidak bia menyelesaikan tugas, hiper aktif,” paparnya. Di RSU Kota Tangsel pun telah lama membuka praktek dan konsultasi yang dipandu oleh dokter spesialis kejiwaan.

Jadi, jika Anda punya masalah dan butuh solusi penanggulangan preventif, dipersilakan datang pada Rabu, Kamis dan Jum’at setiap pekannya. Anda bisa datang mulai pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB.

“Sejak Mei 2013, hingga kini banyak yang datang. Secara umum gangguan jiwa hanya 1 persen,” ujar Rudy.

Ia berharap, jangan biasakan menyebut orang lain dengan sakit jiwa. Tapi gangguan mental karena mengatakan orang itu gila termasuk kekerasan verbal termasuk mem-bully di media sosial dapat  termasuk kekerasan tulisan

Dampaknya akibat kekerasan verbal membuat orang lain sakit hati sehingga menjadi trauma yang berkepanjangan atau demensia (ganguan jiwa). Dampak lain dari kekerasan bisa menjadi defresi.

Defresi yang dapat dianggap gangguan jiwa terhadap seseorang apabila selalu merasa sedih kecewa atau hilang minat lebih dari dua minggu.

Gangguan jiwa kronis dapat diobati namun tidak bisa untuk kembali normal namun jiwanya bisa berfungsi sesuai dengan keterbatasan si sakit jiwa Menurut kesepakatan para dokter ahli jiwa seseorang dapat di katakan mendpatkan gangguan jiwa kronis apabila enam bulan lebih tidak bisa kembali normal jiwanya akibat peristiwa hidup yang dia alami.

Contohnya, seseorang yang di tinggal oleh istri atau suami atau orang-orang yang di cintainya.

Untuk mengobati orang yang terkena gangguan jiwa kronis ada tiga pilar yaitu pertama, dengan obat-obatan kimia atau farmakoterapi dengan obat.

Kedua, status sosial kita perlu mengetahui latar belakangnya, status sosialnya,budaya dan agamanya serta pendidikanya. Ketiga, pengetahuanya.

Dari hasil penelitian dokter jiwa seluruh dunia sampai saat ini belum ada diketahui paktor penyebabnya, yang hanya adalah faktor pencetus kerentanan gangguan jiwa. Setiap orang dapat berpotensi terkena gangguan jiwa

“Untuk mencegah manusia mengalami gangguan jiwa adalah kita perlu latihan setiap saat saling mempengaruhi kebaikan terhadap sesama. Dan latihan jiwa kita serta serta tidak menolak peristiwa hidup atau dengan kata lain adalah hidup ini menerima apa adanya atau menrima kenyataan hidup dan ikhlas. Sehingga jiwa akan tenang,” pesan Rudy.(ADV)

Print Friendly, PDF & Email