oleh

Inflasi di Banten Capai 0,36 Persen

image_pdfimage_print

Kabar6-Kepala perwakilan Bank Indonesia (BI) provinsi Banten, Budi Hartato Setyawan, mengungkapkan bahwa inflasi di Provinsi Banten mengalami kenaikan mencapai 0,36 persen, dibandingkan bulan sebelumnya, karena faktor kenaikan harga kebutuhan pokok, barang, dan jasa masyarakat.

 

Hal ini terungkap dalam Rapat tim pengendalian inflasi daerah Kota Tangsel, bagian perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Tangsel, di salah satu hotel di Serpong, Senin (6/4/2015).

 

“Komponen yang memberikan andil terbesar dalam kenaikan inflasi di Banten adalah komponen administred price dengan inflasi 18,78% (yoy),” ungkap Budi.

 

Budi pun menjelaskan, inflasi di Banten lebih tinggi dalam level wilayah se-nasional, antara Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Banten masuk tiga provinsi yang mengalami inflasi terbesar di atas nasional. ** Baca juga: Tarik Simpati Konsumen, Terapkan Sistem Khiyar

 

Budi melanjutkan, beragam kebijakan harga pemerintah terkait penetapan harga beberapa komoditas administred price, seperti kenaikan tarif tenaga listrik bertahap untuk golongan industri dan rumah tangga. Kemudian diikuti oleh kenaikan harga LPG 12 kg, dan harga bahan bakar minyak pada akhir 2014 yang ikut andil terjadinya inflasi.

 

“Selain itu, komponen volatile foods pun mengalami inflansi sebesar 12,74% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi yang terjadi pada periode yang sama pada tahun 2013 sebesar 11,60% (yoy),” katanya.

 

Adapun komoditas dari komponen volatile foods yang memberikan andil terhadap inflasi tersebut adalah cabai merah, cabai rawit, beras, dan daging ayam ras.

 

“Kenaikan harga pada aneka cabai dan beras disebabkan oleh bergesernya musim panen,” tambahnya.

 

Dengan terus meningkatnya inflasi di Banten, perlu dibentuknya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Meski pun Tangsel belum masuk dalam penghitungan di 2014 lalu, namun di 2015 ini Tangsel akan dimasukan dalam kenaikan inflasi di Banten.

 

“Baru ada tiga kota yang menyimbang inflasi terbesar yakni Serang, Cilegon, dan Kota Tangerang,” jelasnya.

 

Untuk itu, Tangsel perlu membentuk TPID dalam menekan inflasi di daerahnya. “Tim ini sangatlah penting untuk menekan inflasi dan defisid daerah,” katanya.

 

Ada empat tugas kegiatan utama pembentukan TPID ini yakni melihat kesediaan pasokan yang ada di Tangsel, melihat kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus, mencermati kelancaran distribusi, dan perkiraan kebutuhan masyarakat akan bahan pokok.

 

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Tangsel Faizin, menjelaskan bahwa inflasi itu terlihat dari naiknya angka Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 122,91 menjadi 123,35.

 

“Inflasi terjadi karena naiknya Indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,53 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,08 persen, kesehatan 1,98 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,08 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 1,04 persen,” tuturnya.

 

Sementara itu pada kelompok pengeluaran lainnya terjadi penurunan indeks yaitu pada kelompok bahan makanan turun -0,22 persen, dan kelompok sandang turun 0,19 persen, kata Suhaimi seraya menambahkan komoditi yang dominan menyumbang inflasi adalah bawang merah dan bensin.

 

Berdasarkan pemantauan BPS terhadap 417 jenis barang dan jasa serta hasil Survei Biaya Hidup (SBH) pada 2012 di Kota Serang, Tangerang, dan Cilegon baik secara mingguan, dua mingguan maupun bulanan, diketahui 237 komoditas mengalami perubahan harga. Sebanyak 161 komoditas mengalami kenaikan harga dan sisanya sebanyak 76 komoditas mengalami penurunan harga.

 

Kelompok  yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi Banten secara berturut-turut adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,1048 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,0145 persen,  kesehatan 0,1067 persen.

 

Di tempat yang sama Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie, menjelaskan bahwa untuk menekan tingginya inflasi didaerah, perlu adanya data yang konkret terhadap jumlah produktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing kebutuhan pokok yang ada di Tangsel.

 

Tidak hanya itu, dalam sisi konsumi perlu dijaganya stok kebutuhan barang pokok supaya harganya tidak melambung terlalu tinggi.(asri)

Print Friendly, PDF & Email