oleh

Hingga November, DBD di Tangsel Capai 685 Kasus

image_pdfimage_print

Kabar6-Meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) cepat diantisipasi Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Makanya, audit untuk penanganan kasus DBD pun digelar, Senin (12/11/2012).

“Untuk menekan tingginya kasus DBD itu, kami melakukan audit kasus penanganan demam berdarah terhadap 25 Puskesmas dan 4 Rumah sakit di Tangsel. Kami 685 kasus DBD hingga November ini mengalami peningkatan,” kata Dadang M Epid, Kepala Dinkes Kota Tangsel.

Dadang mengatakan dibandingkan Tahun 2011 lalu,  data penderita DBD cenderung mengalami penurunan. Bahkan, kasus kematian atas DBD pun turun.

“Penurunan lantaran kami terus melakukan perbaikan pelayanan. Sayang, masih ada 3 penderita DBD yang  meninggal dunia,” ucapnya.

Dadang mengatakan untuk menurunkan angka kematian, Dinkes melakukan audit  penyebab kematian tersebut. Dimana, Dinkes ingin memastikan apakah penyebab kematian tersebut akibat pelayanan yang lamban, apakah pasien telat berobat atau kesalahan diagnosa kasus yang salah.

“Jika kasus pasien DBD meninggal ini akibat pelayanan yang lamban, maka perlu dilakukan peningkatan pelayanan oleh Puskesmas dan rumah sakit. Kami tidak ingin ada penderita yang lamban di tangani dan menyebabkan kematian lagi,” tukasnya.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan, jika ada seseorang yang terkena demam berdarah meninggal apakah kesalahan diagnosa atau penanganan kasus, maka dinkes melakukan perbaikan penanganan kasus.

“Sedangkan jika penderita tersebut meninggal akibat deteksi dini yang salah, berarti ditingkat dasar puskesmas harus mampu secepat mungkin menditeksinya. Puskesmas harus menggunakan hematelogi eneleser dalam melakukan pemeriksaan deteksi dini untuk penderita gejala DBD,” tandasnya.

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Anton Wibowo mengatakan, dalam rangka penurunan kasus DBD pula, saat ini terdapat 600 kader jumantik yang siap terus menerus melakukan pemeriksaan jentik di Tangsel. Mereka bertugas seminggu sekali untuk memeriksa sebanyak 100 rumah di setiap wilayahnya.

“Setiap rumah yang sudah diperiksa akan dicatat dalam kartu pendataan. Setelah itu diberikan bubuk abate. Setiap puskesmas menyediakan satu bubuk abate yang kapasitas besar yang bisa diminta kapan saja oleh masyarakat yang membutuhkannya,” singkatnya.

Print Friendly, PDF & Email