oleh

Hati-hati, Makan Saat Stres Bisa Picu Obesitas

image_pdfimage_print

Kabar6-Sebuah tim yang dipimpin kepala laboratorium Eating Disorders di Garvan Institute of Medical Research, Profesor Herbert Herzog, menemukan fakta tentang konsumsi makanan saat stres.

Ketika seseorang sedang stres, melansir MSN, kenyamanan makan dapat menyebabkan kenaikan berat badan lebih besar. “Studi ini menunjukkan kita harus lebih sadar tentang apa yang kita makan ketika kita sedang stres, untuk menghindari perkembangan obesitas yang lebih cepat,” ungkap Profesor Herzog. Sementara beberapa orang makan lebih sedikit ketika mereka sedang stres.

Sebagian besar orang cenderung makan lebih banyak dan seringkali lebih padat dengan kalori yang memberi dampak signifikan pada berat badan. Untuk menyelidiki efek ‘makan stres’, ilmuwan mengamati berbagai area otak pada tikus.

Asupan makanan sebagian besar dikendalikan oleh bagian otak yang disebut hipotalamus, bagian lain dari otak, amigdala, memproses respons emosional, termasuk kecemasan.

Studi menemukan, ketika tikus stres selama periode waktu yang lama dan tersedia makanan berkalori tinggi, mereka menjadi lebih cepat gemuk ketimbang ketika mereka mengonsumsi makanan yang sama di lingkungan yang bebas stres

Pada pusat kenaikan berat badan adalah molekul yang disebut NPY, diproduksi otak sebagai respons terhadap stres untuk merangsang makan. Tim peneliti menemukan, mematikan produksi NPY dalam kenaikan berat amigdala berkurang.

Tanpa NPY, kenaikan berat badan pada diet tinggi lemak dengan stres sama dengan kenaikan berat badan di lingkungan yang bebas stres. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang jelas antara stres, obesitas, dan NPY.

Tubuh biasanya memproduksi insulin yang tepat setelah makan untuk membantu sel menyerap glukosa dan mengirim sinyal ‘berhenti makan’ ke otak ketika kenyang. Stres kronis meningkatkan kadar insulin itu sedikit, namun ketika stres dan konsumsi makanan kalori, kadar insulin itu melewati batas.

Selama periode waktu yang lama, sel-sel saraf menjadi peka terhadap insulin, menghentikan mereka dari mendeteksi semuanya bersama-sama. Hal ini kemudian mendorong sel-sel saraf untuk meningkatkan kadar NYP, sehingga mendorong untuk makan lebih banyak dan menghentikan dari kemampuan untuk membakar energi melalui panas. Kondisi ini menjadi lingkaran setan yang pada akhirnya mengarah pada obesitas. ** Baca juga: Sering Buang Angin, Mungkin Ini Penyebabnya

“Ini benar-benar menguatkan gagasan, walaupun buruk untuk makan junk food, makan makanan berkalori tinggi di bawah tekanan adalah pukulan ganda yang mendorong obesitas,” kata Profesor Herzog.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email