oleh

Hari Tani Nasional ke 64, Teknologi Dr Lukman Gunarto Mampu Makmurkan Petani Sawit

image_pdfimage_print

Kabar6Hari ini 24 September merupakan Hari Tani Nasional, dan pada tahun ini merupakan peringatan  ke 64. Namun masih banyak petani yang belum makmur, kenaikan harga pangan tak membuat penghasilan petani meningkat.

Peneliti Mikrobiologi Tanah, Balai Besar Pertanian Litbang Pertanian, Dr Lukman Gunarto berharap  seluruh petani di Nusantara bisa makmur dan sejahtera dengan lahan yang dimiliki.

Ia berharap petani  bisa menggunakan pupuk hayati mikroba dari pengembangan  Teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) yang diriset selama 13 tahun.

Teknologi terbukti sukses diaplikasikan lahan padi, dan di plasma sawit di Bengkulu, Medan, Jambi, Riau, dan Kalimantan. Bahkan pernah booming di wilayah penjualannya. Pasalnya pertumbuhan buahnya sangat cepat, tandan buah relatif besar.

Teknologi ini merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan.

**Berita Terkait:Keren! Teknologi AGPI Dr Lukman Gunarto Tingkatkan Hasil Panen Hingga 50 Persen

“Ketika diaplikasikan di pohon sawit hasilnya  meningkat, irama petiknya cepat, ketika pohon sawit sudah mulai  berbuahnya, 10 hari kemudian sudah bisa dipanen,”ujar peneliti senior di InsFer (International Nitrogen Efficiency  Fertilization) Program, IRRI (Internasional Rice Research Institute) Philipina ini pada Kabar6 Selasa (24/9/2024)

Menurutnya petani sawit tidak bisa nyantai  dan ganti baju dinas karena panennya begitu cepat.

“Saya memantau langsung ketika diaplikasikan di kebun sawit di Bengkulu, Sumut, dan Riau, dimana irama petiknya sangat cepat, sampai petaninya gak bisa ganti baju dinas,”kenang Lukman.

Dr Lukman Gunarto menyaksikan aplikasi teknologi AGPI di Plasma Sawit Bengkulu.(Foto/Dok Pribadi)

Dijelaskan Lukman, ketika booming diaplikasikan di lahan sawit, pupuk hayati atau disebut juga dengan pupuk biologi dijual dengan merek dagang Golden Harvest Tiens. Hampir semua petani sawit, perkebunan swasta di Medan, Riau dan Bengkulu memakai pupuk besutannya.

“Sampai saya terkenal banyak yang minta foto kalau saya berkunjung ke daerah sawit,”imbuh Lukman.

Namun, kini pupuk hayati Golden Harvest sudah tidak bekerjasama dengan dirinya. Ia tidak bisa menyebutkan alasannya mengapa kerja sama dengan MLM dari RRC itu tidak berkesinambungan.

“Biar itu jadi rahasia saya dan Golden Harvest,”ujar pria yang tinggal di Nusa Loka, BSD Tangsel iniMMam.

Teknologi  AGPI yang diriset tahun 1985 dan mulai dipasarkan 1998. Jadi memerlukan waktu 13 tahun dari riset sampai bisa dijual.

Keunggulan dari   pupuk hayati mikroba ini, sampai ke telinga PM Malaysia Mahatir Mohamad. Ia mengajak Dr Lukman untuk membangun lab di Kuala Lumpur untuk  diaplikasikan ke perkebunan sawit  Malaysia. “Saya tolak tawaran itu mengingat saya baru saja tiba di Indonesia, karena selalama 4 tahun saya menetap di Manila,”imbuhnya.

Aplikasi untuk Sawit

Dalam pemupukan di sawit, saran Lukman hanya disemprot di tanah sampai pangkal batangnya. Penyemprotan sebaiknya ketika awal musim hujan dan akhir musim hujan. “Pada prinsip  tanah dalam keadaan basah dan lembab, dan cukup 2 kali pemupukan pertahun,” jelasnya.

Kebutuhan pupuk 20 liter untuk 1  kali pemupukan per hektar lahan sawit, diperlukan 2 kali pemupukan  memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga struktur dan testur tanah menjadi serasi dan sehat.

Replanting Sawit

Pupuk hayati mikroba juga sudah pernah dipakai untuk replanting sawit. Ketika pohon sawit  usia 2,5 tahun dimana sudah mulai belajar berbuah, pupuk hayati mikroba sudah bisa disemprotan, dan ini mempercepat pertumbuhan buahnya, sehingga ketika berusia 3-4 tahun buahnya  sudah bisa dipanen.

Keunggulan dengan pupuk hayati, kata Lukman, bisa hemat pupuk kimia, kompos atau kandang sampai dengan 50 persen, tandan buah relatif lebih besar dan penampilan tanaman lebih sehat dan segar.

“Mengurangi timbulnya gulma, masa produktif tanaman menjadi lebih panjang, mencegah pestisida dengan rasidu sampai zero persen,”tandas Lukman.

Teknologi ini merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan,perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan.ir

 

 

Print Friendly, PDF & Email