oleh

Gubernur

image_pdfimage_print

Saya menaruh hormat pada seorang Gubernur, yang meskipun sempat dijerat dengan kasus korupsi pemberian dana perumahan pada anggota DPRD  senilai Rp10,5 miliar dalam APBD, dan dia ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati), lalu kemudian divonis 2 tahun penjara.

Walau di vonis, Pengadilan Negeri saat itu tetap mencantumkan klausal, dia tidak terbukti menerima sepeserpun uang dana perumahan. Klausal ini yang menjadi dasar Mahkamah Agung menyatakan Gubernur tak bersalah dan dibebaskan dari segala hukuman.Putusan MA No 2097K/PID/MA dikeluarkan. Sayangnya, putusan ini tidak pernah dibaca sang Gubernur, karena beliau ditakdirkan meninggal dunia.

Kasus yang ditembakkan kepadanya memang sempat jadi pembicaraan publik, pasalnya, saat itu terdapat dua kasus korupsi yang disoroti, yaitu dana perumahan Rp10,4 miliar dan kasus pengadaan lahan Rp5,5 miliar. Tetapi Kejaksaan Tinggi saat itu memilih menangani kasus dana perumahan, dibandingkan kasus pengadaan lahan. 

Semua cerita itu sudah berlalu, dan akan menjadi masa lalu, tidak akan pernah kembali ke masa depan.Tetapi peristiwa masa lalu itu bukan tidak mungkin akan terulang lagi dalam serial sinteron yang berbeda ruang dan waktu serta dengan tokoh yang berbeda pula.

Ingat, siapa yang tak belajar dari masa lalu, dia akan dipaksa belajar dengan cara menjalani masa kini.

Dan budayawan Putu Wijaya dalam  monolog-nya melontarkan: Sejarah Pasti Berulang, Hanya Pelakunya yang berbeda. 

Serial sinetron masa lalu itu bisa saja ditayangkan lagi dalam waktu dekat atau butuh waktu yang agak lama.Bisa disajikan dalam bentuk repackage karena alur cerita dalam skenarionya yang nyaris mirip sudah mulai ditulis, dimana tokoh utamanya adalah politisi kawakan pemilik kursi yang rapuh, berpasangan dengan tokoh pemeran pembantu dari lingkaran oligarki politik yang kokoh. Bisa pula dalam bentuk sinetron baru dengan skenario baru.

Yang perlu dicatat, bila bermain dalam sinetron politik, jangan pernah lupakan apa yang dituliskan Niccolo Machiavelli dalam bukunya the Prince,: ”Politik haruslah culas dan penuh tipu daya”. 

Kalau tokohnya seperti Jon M.Huntsman, mantan staf Gedung Putih Amerika Serikat di era presiden Nixon, mungkin susananya bisa berbeda. Meski Huntsman berada di lingkaran politik, sikap hidupnya tetap memegang teguh kejujuran.Karena itulah saat kasus mega korupsi Watergate terbongkar, Huntsman adalah satu-satunya staf Nixon yang tak dipanggil dan diperiksa oleh pengadilan, dia clean.

Tapi Huntsman itu manusia langka, dan ini Indonesia bung, Lies are necessary to life.Kebohongan adalah niscaya dan kekuasaan adalah orientasi.

Lihatlah contohnya yang masih hangat, uang e-KTP raib Rp2 triliun lebih, tapi tak ada yang mengaku mencurinya, dan alih-alih nanti diputar sana sini, dan diputuskan uang itu dicuri oleh komunitas Tuyul. 

Lalu, kapan kira-kira sinteron ini akan tayang.Sabar, tunggu, sekarang di depan loket bioskop masih tertera tulisan:‘coming Soon‘.(zoelfauzilubis@yahoo.co.id)

Print Friendly, PDF & Email