oleh

Generasi Sandwich, Kenali Masalah & Penyebabnya

image_pdfimage_print

Kabar6-Pernahkah Anda mendengar istilah ‘generasi sandwich’? Seorang pekerja sosial bernama Dorothy Miller adalah yang pertama kali memperkenalkan generasi sandwich pada 1981.

Sandwich generation atau generasi terhimpit kian populer. Bahkan, semakin santer terdengar khususnya bagi kalangan pekerja berusia 30-50 tahun.

Lalu, apa sebenarnya arti generasi sandwich? Istilah ini, melansir Herworld, menggambarkan generasi yang terhimpit tanggung jawab finansial untuk mencukupi kebutuhan banyak pihak, tak hanya dirinya tapi juga anak-anak bahkan orangtua atau mertua dalam waktu bersamaan. Sandwich generation menjadi topik hangat sejak krisis moneter global pada 2008.

Perekonomian di berbagai negara sudah berubah. Perlambatan ekonomi di negara Barat, beralihnya industri manufaktur ke negara dunia ketiga, banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, hutang menumpuk (misalnya student loan), uang pensiun yang hilang, gaya hidup konsumtif dan kompulsif.

Secara keseluruhan, beban ekonomi pun terasa lebih berat dibanding sebelumnya sehingga turut membebani kehidupan finansial rumah tangga setiap individu.

Kehidupan rumah tangga tak lagi berprinsip kemandirian, melainkan gotong royong satu atap. Anak yang menikah tetap tinggal bersama orangtua atau sebaliknya, orangtua ikut ke dalam rumah tangga anak. Fenomena ini kian menjamur hingga akhirnya tercipta kehidupan satu atap yang terdiri dari tiga generasi. Inilah yang kemudian menyebabkan kemunculan istilah generasi sandwich.

Bagi generasi sandwich yang sebagian besar diderita oleh orangtua milenial, tidak mudah untuk bisa menjaga kondisi keuangan tiga generasi. Ada tiga pilar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Pilar orangtua
Bagi kita yang memiliki kakak atau adik kandung dan ipar, bisa ajak mereka untuk turut membantu beban finansial atau mendedikasikan waktu serta tugas untuk mengurus orangtua. Idealnya, semua dibagi rata, namun kadang jika kita dianggap ‘paling sukses’ di antara anggota keluarga lain, biasanya beban finansial paling besar akan jadi tanggungan kita.

Di sisi lain, ajak orang tua untuk mulai terbuka tentang kondisi finansial mereka. Jika ternyata mereka punya tabungan deposito atau aset lainnya, bisa dijadikan money generator atau mencarikan produk investasi yang memberikan hasil lebih dengan risiko yang lebih terjamin.

2. Pilar keluarga (pasangan & anak)
Memberi pengertian dan kompromi jadi kunci bagi semua anggota keluarga. Berikan pengertian pada anak dan terapkan disiplin berhemat sejak kecil. Edukasi pasangan dan anak tentang finansial dan investasi. Berikan pengetahuan yang bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pilar diri sendiri
Mempersiapkan dan merencanakan keuangan untuk diri sendiri adalah utama. Hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan smart budgeting. Dalam mengeluarkan uang, membeli sesuatu, pastikan untuk ingat tujuan dan kepentingan barang tersebut.

Buat juga tujuan kehidupan yang diinginkan misalnya keinginan untuk pensiun dini, maka kita harus menabung (sekian) setiap bulannya. Hal ini mampu membuat kita lebih fokus pada tujuan besar sehingga mengeliminasi pengeluaran-pengeluaran kecil. ** Baca juga: Apa Sebab Wanita Lebih Sering Disalahkan Saat Pria Lakukan Perselingkuhan?

Apakah Anda juga bagian dari generasi sandwich?(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email