oleh

Gara-gara Pandemi COVID-19, Ruang Kelas Sekolah di Kenya Berubah Jadi Peternakan Ayam

image_pdfimage_print

Kabar6-Banyak sekolah swasta harus berjuang demi bertahan hidup, setelah pemerintah Kenya memutuskan untuk menutup semua sekolah hingga Januari 2021 mendatang, akibat pandemi COVID-19.

Misalnya saja, melansir BBC Indonesia, ruang kelas di Mwea Brethren School kini dipenuhi dengan suara ayam berkokok. Di papan tulis, rumus matematika telah diganti dengan jadwal vaksinasi ayam. Seorang pemilik sekolah pusat di Kenya bernama Joseph Maina mengatakan bahwa ruang kelas harus beralih menjadi peternak untuk mendapatkan uang, karena dia tidak lagi memperoleh penghasilan dari layanan pendidikan.

Kondisi menjadi sangat sulit pada Maret lalu, ketika semua sekolah diminta tutup, sementara Maina masih harus membayar cicilan utang dan harus bernegosiasi ulang dengan bank. “Kami memutuskan bahwa kami harus melakukan sesuatu (dengan sekolah) untuk bertahan hidup”, ungkap Maina.

Hal ini karena sekolah swasta yang melayani sekira seperlima anak di Kenya, bergantung pada uang sekolah untuk pendapatan mereka, sehingga penutupan sekolah menyebabkan pihak sekolah tidak dapat membayar staf, dan banyak yang berada dalam masalah keuangan yang serius.

Menurut Asosiasi Sekolah Swasta Kenya (KPSA), sejumlah kecil sekolah telah berhasil melanjutkan pengajaran melalui pembelajaran online, tetapi biaya yang mereka peroleh hampir tidak menutupi biaya hidup dasar para guru.

Kepala eksekutif KPSA, Peter Ndoro, mengungkapkan bahwa sekira 95 persen dari 300 ribu anggota staf sekolah swasta dirumahkan tanpa dibayar. Selain itu, 133 sekolah terpaksa ditutup secara permanen.

Untuk menghindari tindakan drastis itu, Roka Preparatory School, sekolah lain di Kenya tengah, juga telah mengubah tempatnya menjadi tempat menanam sayur. “Tidak pernah seburuk ini,” kata James Kung’u, yang mendirikan sekolah itu 23 tahun lalu.

Di halaman sekolah, sayuran tumbuh di tempat yang tadinya taman bermain. Dia juga beternak ayam. “Keadaan saya mirip dengan sekolah lain. Saya kesulitan mengisi bahan bakar mobil. Para guru dan siswa tidak ada lagi di sini. Secara psikologis, kami sangat terpengaruh,” keluh Kung’u.

Baik sekolah Mwea Brethren dan Roka hanya mempertahankan dua karyawan yang membantu pekerjaan di kebun. “Ini bukan untuk kekayaan. Kami nyaman…setidaknya kami tidak bosan, tetap sibuk dan ini seperti terapi,” kata Kung’u.

Sementara kedua sekolah telah menemukan sumber pendapatan alternatif, pemiliknya mengkhawatirkan nasib guru mereka yang dirumahkan tanpa bayaran selama lima bulan.
Ini berbeda dengan staf di sekolah-sekolah negeri yang tetap menerima gaji mereka.

Selanjutnya ada tanda tanya terkait apakah sekolah swasta dapat dibuka kembali, karena beraktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan akan menimbulkan biaya tambahan.

KPSA meminta pemerintah membantu menyelesaikan masalah keuangan sekolah melalui pemberian sebesar Rp 949 miliar. Harapannya adalah agar para guru tetap menjalankan profesinya.

“Pemerintah perlu mendukung sekolah swasta karena mereka memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap ekonomi dan benar-benar mengurangi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,” kata Ndoro.

Diperingatkan Ndoro, jika hibah tak diberikan, ‘beberapa sekolah mungkin tidak dapat bertahan’. ** Baca juga: Tempat Kremasi Tertua di Dunia Berusia 9.000 Tahun Ada di Timur Dekat

Sementara itu, kementerian telah menawarkan bantuan melalui pinjaman lunak bagi sekolah-sekolah yang memenuhi syarat. Namun Ndoro khawatir, itu tidak akan cukup untuk menyelamatkan semua sekolah di Kenya.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email