oleh

Eropa Bersatu Kok Kita Mau Cerai

image_pdfimage_print

Orang-orang dengan kewarganegaraan berbeda, bahasa berbeda, mata uang berbeda, bisa bersepakat menyatukan diri dalam Uni Eropa, dan hingga kini (Januari 2017) Uni Eropa beranggotakan 27 negara.

Gagasan penyatuan Eropa muncul, karena masing-masing negara merasa bahwa, tak ada keuntungan apapun yang bisa diperoleh dari pertikaian, peperangan berdarah antar sesama warga negara atau berperang dengan negara tetangga di Eropa yang kemudian menyulut Perang Dunia II. Perang malah menjadikan Eropa terpecah-pecah dan menjadi dua kubu, yakni kubu barat dan timur. 

Akhirnya masyarakat Eropa menyadari sepenuhnya, peperangan faktanya hanya menyisakan abu, kepedihan, kesengsaraan dan nama-nama sebahagian orang terpaksa menjadi makin panjang karena di depannya harus ditambahkan dengan kata ‘almarhum’.  

Karena kesadaran itulah, mereka bertekad untuk damai bersatu, dengan memulai membentuk “Council of Europe” atau Dewan Eropa di tahun 1949, yang digagas Robert Schuman, Menlu Perancis, dan kemudian memunculkan Europe Day, lalu dituangkan ke dalam “European Coal and Steel Community (ECSC)” yang disepakati 18 April 1951 oleh 6 negara penggagas yakni Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Luxemburg dan Italia.

Dari gerakan ini, setelah melewati proses panjang, Eropa kemudian bersatu dalam banyak hal, termasuk perdagangan, pertanian, jasa, sampai penyatuan mata uang yang disebut Euro.Dan karena Eropa bersatu, mereka semakin kuat secara politik dan ekonomi di belahan dunia.

Nah, Indonesia belakangan ini justru ‘dikompori’ oleh pihak-pihak yang ingin semakin menjauhkan warga negara dari persatuan dan kesatuan, padahal semua orang yang bermukim di Indonesia ini adalah orang yang sudah bersepakat berkomplot dalam Satu nusa, Satu bangsa, Satu bahasa.

Gerakan memecah belah ini memang bukan datang dari lubuk hati masing-masing warganegara Indonesia, tetapi gerakan orang-orang asing yang memang ingin negeri ini persatuannya dipecah untuk tujuan dan memperoleh keuntungan tertentu, menunggangi setiap warga negara yang bisa dibayar dengan’angpao’ atau mereka-mereka yang bisa diprovokasi dengan sentimen etnis dan agama.

Kalau kita semua tidak menyadari hal yang sebenarnya tentang skenario yang dimainkan pihak asing terhadap keinginan memecah belah keutuhan, kesatuan dan persatuan Indonesia, itulah salah satu kebodohan kita yang sangat sulit dimaafkan.

Pertikaian, peperangan seperti yang sudah disadari bangsa-bangsa di Eropa, terbukti hanya menghasilkan debu, darah, air mata dan nyawa yang cuma satu dimiliki setiap orang hilang tanpa arti.

Diharapkan kita semua jangan pernah membiarkan diri terprovokasi demi kepentingan asing, atau menyediakann diri menjadi antek asing dengan imbalan ‘angpao’ yang tidak terlalu tebal, menggadaikan nasionalisme tanpa rasa tanggungjawab, ikut menyebar hasutan kepada kelompok ini dan itu, menebar kebencian kepada siapa saja untuk mencapai tujuan memecah persatuan Indonesia, sebagai agenda asing.

Sejak Indonesia masih dalam posisi dijajah Belanda, para pengkhianat memang sudah tumbuh, kala itu para pengkhianat berharap hanya dapat jatah roti dan susu serta sedikit kesenangan-kesenangan semu setara jabatan kelas Demang.Setelah Indonesia merdeka, orang-orang yang mengkhianati bangsanya sendiri masih tetap saja ada.Dan kini, keturunan pengkhianat tersebut, rasanya juga masih ada dan berada ditengah-tengah kita.

Tapi apa iya kita harus terpecah-pecah karena sesuatu yang tak jelas. Eropa saja berbeda bangsa, negara dan bahasa, bisa bersatu, mosok kita yang satu nusa, satu bangsa, satu bahasa mau bercerai-berai.Kalau sampai itu terjadi, itulah kebodohan yang takkan pernah termaafkan sepanjang masa.Dan dimana lagi nanti tanah airmu, karena nusantara ini akan dikuasai asing.(zoelfauzilubis@yahoo.co.id)

 

Print Friendly, PDF & Email