oleh

Dokter Paling Hebat Adalah Puasa

image_pdfimage_print

Ahli fisika Yunani kuno, Hippocrates melaksanakan puasa. Plato juga secara teratur berpuasa. Tapi hal itu mereka lakukan bukan dengan maksud menjalankan ibadah agama Islam, tapi untuk efisiensi fisik dan mental yang lebih besar. 

Bahkan ilmuwan Mark Twain mengungkapkan, “ Kelaparan kecil (starvation) bisa memberikan banyak manfaat bagi orang sakit, daripada obat-obatan dan para dokter terbaik sekalipun.

” Sejumlah agama memang mewajibkan umatnya berpuasa.Kita selama ini lupa, dan harus kembali ke sana,” kata Valter Longo, ahli biologi dari University of Southern California. Lebih dari 20 tahun, Longo telah mempelajari tentang umur panjang dan efek puasa pada organisme. “Puasa menyalakan sistem kekebalan tubuh,” lanjutnya.

Buku “ 5:2 Diet ‘’ Amy Fleming yang memaparkan bukti-bukti ilmiah tentang puasa mendapat banyak perhatian masyarakat dunia, dan The Guardian melansirnya kemudian laman CNN juga melansir naskah yang sama. 

Sabda Rasulullah SAW: “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR Ibnu Suny dan Abu Nu’aim).Dan hadist ini tentu saja lebih dulu 1400 tahun dari semua penemuan-penemuan ilmiah tersebut.

Bila seseorang berpusa, pencernaannya akan punya kesempatan untuk beristirahat karena tidak banyak makanan yang masuk, setelah selama 11 bulan terus menerus dimasuki makanan minuman tanpa henti. Dengan demikian proses fisiologis atau metabolisme tubuh ikut beristirahat, dan kalaupun bekerja hanya dengan intensitas rendah atau bahkan terhenti sama sekali.

Saat tidak ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, minimal dalam 12 jam saat berpuasa,bisa dipastikan eksotoxin atau racun dari luar tidak ada yang masuk ke dalam tubuh. Sedang endotoxin atau racun yang berasal dari dalam tubuh, diperkirakan juga tidak akan ada, karena pencernaan tidak bekerja dan tidak menghasilkan sisa makanan di dalam usus besar.

Orang yang sedang berpuasa tubuhnya juga dapat mengolah antioksidan menjadi lebih tinggi, dan dalam sebuah penelitian disebutkan bisa mencapai 15 persen, sementara dalam kondisi sedang tidak puasa, tubuh hanya mampu memproduksi antioksidan kurang dari lima persen saja.

Sebaliknya radikal bebas atau  melondealdehid  yang terdapat dalam tubuh manusia saat mereka berpuasa bisa ditekan sampai hanya tinggal 10 persen saja. Radikal bebas dapat merusak dinding-dinding sel di dalam tubuh, dan apabila dalam tubuh terdapat cukup banyak jumlah radikal bebas, dinding sel akan semakin cepat rusak, dan proses penuaan akan lebih cepat datang. Itu berarti, puasa juga bikin awet muda.

Penelitian ilimiah tentang ini, dibenarkan oleh ahli kesehatan Hiromi Shinya yang ditulis dalam bukunya “The Miracle of Enzyme”. 

Uji laboratorium yang dilakukan Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh Al-Bibabi dan rekannya di Amerika pada orang  berpuasa selama Ramadhan, menunjukkan peningkatan sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah (lymfo-cytes) nyaris sepuluh kali, dan peningkatan sel T atau yang dikenal sebagai sel getah bening, sel yang berfungsi melawan penyakit. 

Uji analisis sampel darah yang diambil sebelum dan sesudah ramadhan, untuk mengukur kandungan protein, total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, hasilnya setelah puasa terjadi penurunan kadar gula (glukosa), tryacyglicerol, dan tidak ada pembentukan zat-zat keton berbahaya bagi tubuh selama menjalankan ibadah puasa .

Pemenang Nobel bidang kedokteran 1912, Alexis Carrel yang lahir dari keluarga Katolik Roma dalam bukunya ’’Man the Unknown’’ menulis, ‘Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis kuman dalam tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit. Gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Semua organ tubuh mengeluarkan zat khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan jantung. Puasa benar-benar membersihkan dan pengganti jaringan tubuh kita.’ 

Tentang manfaat puasa bagi kesehatan, Carrel menyatakan memang benar, hampir seluruhnya bisa dibuktikan secara ilmiah.Orang yang banyak makan akan terjadi timbunan lemak dalam tubuhnya, karena glukosa dan karbohidrat tidak seluruhnya bisa difungsikan sebagai energi. Tapi pada orang berpuasa, simpanan lemak itu bisa berubah menjadi energi karena sedang tidak ada makanan minuman yang masuk. Dan dampak-dampak berikutnya, puasa mengurangi resiko diabetes, penyakit jantung, tumor payudara serta pembersihan toxin (racun) dalam tubuh atau detoksifikasi, dan orang yang rajin berpuasa dimungkinkan berumur lebih panjang.

Dan yang paling banyak diperbincangkan adalah soal bagaimana penderita maag berpuasa.Ternyata sebahagian besar penderita maag adalah tipe fungsional, yang disebabkan pola makan. Dengan tipe ini, tak ada masalah menjalankan puasa dan bahkan malah bisa menjadi penyembuh maag dan penyakit lainnya tanpa perlu merepotkan dokter.Pada kasus maag organik yang terjadi akibat kelainan organ pencernaan, tentu disarankan untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum melakukan puasa. 

Bagi penderita diabetes tipe 2 juga tidak ada masalah jika berpuasa, karena tidak terdapat perbedaan protein gula, protein glikosilat dan hemoglobin glikosilat. Tapi penderita diabetes dengan kelainan atau komplikasi sebaiknya berkonsultasi de-ngan dokter bila ingin berpuasa. 

Bahkan bagi ibu hamil yang dalam posisi sehat dan normal, menjalankan puasa ramadhan justru dapat memberi dampak positif. Departemen Obstetri dan Ginekologi dari Gaziantep University Hospital menemukan fakta itu setelah mengevaluasi 36 wanita hamil dengan doppler ultrasonografi, dimana terjadi peningkatan diameter biparietal janin (BPD), peningkatan panjang tulang paha janin (FL), meningkatkan berat badan diperkirakan janin (EFBW), profil biofisik janin (BPP), indeks cairan amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol/ diastol (S/D. Demikian juga dengan ibu menyusui, tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol, keton, beta hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin dengan ibu-ibu yang sedang tidak menyusui.

Dalam penelitian yang lain lagi, anjuran puasa Senin – Kamis  ternyata juga bisa melindungi otak dari serangan Alzheimer dan Parkinson. Begitu kesimpulan para peneliti dari National Institute on Ageing yang melakukan uji coba. Penelitian ini dipimpin oleh Mark Mattson, Kepala Laboratorium Institut Ilmu Saraf di Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore, Amerika Serikat, seperti dilansir laman guardian.co.uk.

Sedang Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard yang melakukan penelitian mengatakan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak. Dr. Ratey memantau kondisi otak orang yang sedang puasa d-ngan alat yang disebut “functional Magnetic Resonance Imaging” (fMRI). Hasilnya pada objek menunjukkan aktivitas “motor cortex” yang meningkat secara konsisten dan signifikan.(zoelfauzilubis@yahoo.co.id)

 

 

Print Friendly, PDF & Email