oleh

Ditolong Orang Miskin

image_pdfimage_print

Sebahagian orang, punya cara pandang dan cara berfikir bahwa orang miskin itu cuma jadi beban, menyusahkan, membuat orang lain terganggu.Tidak sedap dipandang mata karena tak pernah ke salon, tidak enak dijadikan teman karena tak pernah pakai parfum. Dan mereka hanya nyusahin karena melulu minta tolong. 

Cara berfikir seperti ini justru keliru, karena hakikinya orang miskin atau kaum dhuafa sebenarnya adalah penolong bagi siapa saja, menjadi ladang keberuntungan, baik bagi pejabat, bagi orang-orang kaya dan orang-orang yang memahami posisi mereka. 

Secara kasat mata, di dunia saja, bisa dibayangkan bagaimana kalau orang miskin tidak ada. Apa yang bisa dilakukan tanpa mereka. Bagaimana pengusaha pemilik pabrik mendapatkan karyawan, karena semua orang di dunia ini orang kaya. Bagaimana mencari pembantu untuk mengurusi rumah-rumah besar yang mewah dan seterusnya. Itu dalam kerangka berfikir duniawi. 

Dalam kerangka berfikir ukhrowi lain lagi, orang miskin adalah pembuka jalan untuk bisa bertemu Rasulullah SAW di Surga, seperti yang disebutkan dalam banyak hadist. Caranya dengan menyayangi mereka, memberi bantuan apa yang mereka butuhkan sesuai dengan kemampuan kita masing–masing. Dan bahkan dalam sebuah hadist disebutkan, siapa yang menyayangi orang miskin dan anak yatim, kata Rasulullah SAW :’’ Nanti akan berada di surga bersama saya begini ‘’( sambil Rasulullah SAW merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya ). 

Orang miskin juga merupakan sarana atau jalan untuk mendapat ridha dan pertolongan Allah SWT, sarana untuk mendapatkan rezeki. Karena dengan membantu mereka, memberi mereka makanan, pakaian, Allah akan melimpahkan rezeki kepada si pemberi yang bahkan dia sendiri tidak menduga datangnya dari mana. 

Karena itulah mengapa Islam menganjurkan pada semua umatnya untuk berbuat baik dan menyayangi orang miskin , membagi sebahagian harta yang dimiliki kepada mereka. “Kalian akan mendapat pertolongan dan rezeki karena adanya orang- orang lemah dari kalangan kalian”.(Bukhari No.2896). 

Jadi jangan pernah berfikir bahwa orang-orang miskin, kaum dhuafa dan yatim sebagai beban yang memberatkan. Dan kalau anda berfikir seperti itu, berarti anda yakin dengan cara berfikir sesat yang dikembangkan oleh kaum kapitalis materialis, memberi adalah pengeluaran(out cash), sementara dalam Islam memberi ( zakat, infaq, shadaqah) adalah investasi. 

Islam secara tegas menolak cara pandang dan cara berfikir seperti itu, sebab “Orang yang membiayai kehidupan para dhuafa, yatim, dan orang-orang miskin, bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” (Bukhari No. 5353 dan Muslim No. 2982).(zoelfauzilubis@yahoo.co.id)

 

Print Friendly, PDF & Email