oleh

Diperlukannya Informasi Geospasial Untuk Pembangunan Poros Maritim

image_pdfimage_print

Kabar6-Untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, diperlukan penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia dengan rinci serta memadai, dengan menggunakan informasi geospasial.

 

Demikian dikatakan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Dr. Priyadi Kardono, dalam Focus Group Discussion “Informasi Geospasial Mendukung Pembangunan Poros Maritim”, yang diadakan Masyarakat Penulis Iptek (Mapiptek), Kamis (18/6/2015).

 

Menurut Priyadi, pembangunan tol laut menjadi salah satu program nawacita di bidang kemaritiman, perlu diawali dengan penyediaan informasi geospasial. Informasi ini untuk mendukung rencana pengembangan pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia dan fasilitas kemaritiman lainnya.

 

“Diharapkan berikutnya dapat dilakukan peningkatan sinergi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kemaritiman berbasis informasi geospasial melalui percepatan penyediaan data IG untuk mendukung rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” tuturnya.

 

Sementara itu, Nani Hendarti, Asisten Deputi Iptek Kemaritiman Kemenko Kemaritiman, mengatakan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas dengan luas laut teritorial 3,1 juta km2 ditambah lagi dengan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2.

 

Sementara luas total daratan 1,9 juta km2 dari sedikitnya 13.466 pulau yang telah diberi nama. Itu belum termasuk garis pantai yang terpanjang kedua di dunia, yakni mencapai 99.093 km2. Ini membuat Indonesia sangat pantas disebut sebagai negara maritim. ** Baca juga: BATAN Gandeng Rusia Siapkan SDM Untuk PLTN

 

Selain sangat luas, wilayah laut Indonesia mengandung potensi yang luar biasa besar. Sebut saja potensi sumberdaya energi dan mineral di bawah laut, potensi perikanan dan biota laut lainnya. Atau juga potensi wisata bahari hingga potensi sebagai jalur perdagangan dunia

 

“Meski begitu, rakyat Indonesia belum bisa menikmati keuntungandari sektor kelautan,” ujar Nani. Yang paling nyata bisa dilihat dari kesejahteraan para nelayan yang masih di bawah standar, transportasi laut yang masih dikuasai asing, hingga infrastruktur maritim yang terabaikan dan kurang mampu mendukung sektor logistik antarwilayah maupun perdagangan internasional.“itulah yang membuat Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara Asean lainnya,” jelas Nani. (asri)

Print Friendly, PDF & Email