oleh

Dilarang Memakai Alas Kaki Saat Masuk Desa Andaman di India

image_pdfimage_print

Kabar6-Di sebuah wilayah negara India bagian selatan, terdapat sebuah desa bernama Andaman, yang memiliki peraturan unik. Siapa saja yang mengunjungi desa tersebut, termasuk para warga di sana, tidak diperbolehkan mengenakan alas kaki, baik itu sepatu atau sandal.

Desa Andaman sendiri dihuni oleh sekira 130 keluarga, sebagian besar bekerja di sawah sebagai buruh tani. Melansir BBC, nereka adalah generasi ke empat yang mematuhi larangan memakai alas kaki. Awalnya, warga desa Andaman tak beda dengan warga desa lainnya, mengenakan alas kaki jika bepergian keluar rumah.

Namun suatu hari terjadi peristiwa misterius yang berhubungan dengan pohon keramat bernama Mimba dan Dewi Muthyalamma.

Pohon mimba masih sering dijadikan tempat ritual suci, sekaligus menjadi batas desa. Di bawah pohon itulah biasanya warga Andaman yang hendak pulang dari kampung tetangga mulai mencopot alas kaki mereka. Sebaliknya, dari sana pula warga yang hendak pergi keluar desa boleh mengenakan alas kaki.

Disebutkan, pohon mimba ibarat pintu rumah atau batas suci bagi desa Andaman. Konon, 70 tahun yang lalu penduduk desa memasang patung tanah liat pertama Dewi Muthyalamma di bawah pohon keramat itu. Menurut cerita, Dewi Muthyalamma dipercayai sebagai dewi pelindung Desa Andaman. Ia adalah seorang dewi yang kuat.

Pada hari suci itu, patung dewi pelindung dihiasi dengan aneka bunga dan perhiasan. Desa Andaman mengadakan sebuah ritual yang meriah. Dalam ritual tersebut semua warga hanyut dalam doa yang khidmat.

Tak lama setelah itu, ada seorang pria muda yang berjalan melewati patung dewi pelindung dengan cara tidak sopan. Dia kemudian terpeleset dan jatuh di tengah jalan. ** Baca juga: Terlalu Banyak Makan Kue Bulan Bikin Warna Darah Pria Ini Seperti Susu

Malam harinya, ia diserang demam misterius, dan butuh waktu berbulan-bulan untuk pulih. Rupanya, pria muda tadi berjalan dengan alas kaki. Sejak saat itulah, tak pernah ada lagi warga desa yang mengenakan alas kaki.

Para warga memperlakukan desanya seperti ruang hidup yang sakral. Mereka begitu menghormati desa Andaman, dan menganggapnya sebagai kepanjangan dari kuil-kuil suci tempat ibadah.

Menurut pengakuan beberapa warga desa, orang luar cenderung menganggap cerita tersebut hanyalah takhayul. Namun bagi warga setempat, legenda itu paling tidak telah menjadi bagian dari identitas, menjadi sesuatu yang ikut membentuk ciri khas.

Kesamaan itulah kemudian yang menyatukan warga desa. Mereka merasa menjadi sebuah keluarga yang bersama-sama menghormati dan menjaga dengan baik rumahnya.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email