Cermati Obsesi Seks Tak Wajar

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Obsesi adalah gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan.

Dalam masalah seks, terdapat beberapa obsesi yang dapat dikategorikan sebagai kondisi tidak wajar, namun dapat membangkitkan gairah pada orang-orang tertentu, seperti ditulis dalam cnnindonesia.com, yang dilansir dari laman Metro.co.uk:

1. Formicophilia

Merupakan ketertarikan seksual terhadap binatang kecil seperti semut ataupun serangga lainnya yang berjalan di tubuh, atau digigit oleh serangga. Sensasi geli karena “digerayangi” oleh serangga menjadi tujuan utama yang membuat pengidap formicophilia merasa ketagihan saat melakukan aktivitas seksual.

Penderita formicophilia bukan berarti tidak jijik ketika serangga menggerayangi tubuhnya, namun ia menemukan kenikmatan seksual dari gerakan serangga di tubuhnya.

2. Caulrophilia

Orang yang mengidap caulrophilia akan merasa bergairah ketika melihat manusia berkostum badut.

3. Macrophilia

Merupakan dorongan seksual berupa fantasi atau imajinasi yang melibatkan sosok raksasa. Mereka memiliki ketertarikan dengan makhluk atau orang yang ukurannya lebih besar dibanding mereka.

Orang dengan macrophilia biasanya adalah laki-laki, dan mereka kerap membayangkan seorang wanita raksasa yang mendominasi dan lebih kuat dibandingkan mereka.

4. Kleptolagnia

Orang dengan kleptolagnia justru menginginkan kejadian pencurian untuk dapat memuaskan hasrat seksualnya.

5. Dendrophilia

Merupakan sebutan bagi orang yang memiliki ketertarikan seksual terhadap pohon. Ketertarikan seksual ini dapat berupa kontak fisik atau sekadar bergairah dengan segala sesuatu yang berbentuk pohon.

Pada 2009 lalu, seorang pria Skotlandia mendapat hukuman seumur hidup dilarang masuk ke Airdrie Central Park karena mencoba berhubungan seks dengan salah satu pohon di dalam taman tersebut.

6. Hybristophilia

Merupakan ketertarikan seksual terhadap orang yang terbukti melakukan tindakan kriminal. Kondisi kecenderungan ini belum diketahui penyebabnya.

Namun, seorang profesor psikologi forensik DeSales University menduga karena beberapa faktor, seperti anggapan bahwa orang yang melakukan kejahatan memiliki kekuatan yang lebih besar, atau keinginan untuk “menyembuhkan” sifat jahat yang dimiliki oleh si pelaku. ** Baca juga: Jangan Sungkan Bersuara Lebih Keras

Hmm…(ilj/bbs)