oleh

Cerita Pilu Penjual Kopi Keliling di Pandeglang Obati Anaknya Pengidap Kelainan Jantung

image_pdfimage_print

Kabar6- Sehari-hari Viola Pratiwi La’ia (7) harus melawan penyakit di deritanya. Bocah kelas dua sekolah dasar ini diduga mengidap kelainan jantung yang disebut-disebut sejak lahir dan belakangan baru diketahui setahun lebih.

Anak keduanya Rusli Laia (14) warga Kampung Cirendeu, Desa Babakan Lor, Kecamatan Cikedal ini sudah setahun lebih harus bolak balik ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan medis di rumah sakit Harapan Kita (Harkit).

Rusli menceritakan, perjuangan keras selama Viola di rawat mulai dari sebuah klinik di Kecamatan Labuan, RSUD Berkah Pandeglang hingga ke Harkit dengan segala keterbatasan. Sebab warga Bupati Pandeglag Irna Narulita tergolong warga yang kurang mampu.

“Setelah dirawat (setahun lalu) oleh dokter Wirdani di Labuan (setelah) ditangani selama dua bulan, dari situ saya mengetahui anak saya Viola mengidap kelainan jantung,” kata Rusli, Minggu (16/2/2020).

Setelah berobat jalan di klinik, Viola di rujuk ke RSUD berkah Pandeglang selama satu minggu dan akhirnya di rujuk kembali ke Rumah Sakit Harkit hingga sekarang. Perjalanan Viola untuk sampai bisa dibawa ke Jakarta bukan perkara mudah bagi ayah Rusli yang berprofesi sebagai penjual kopi keliling.

Bahkan untuk membuat BPJS pun, ia terpaksa harus meminjam uang masjid di kampungnya, guna keperluan untuk membuat BPJS dan ongkos berangkat ke Jakarta

“Saya sampai pinjam uang masjid,”ujarnya.

Meski sudah lama menjadi perawatan di Jakarta, Viola hingga kini belum dilakukan operasi jantung. Rusli menerangkan ada sejumlah alasan kenapa Viola selalu batal dilakukan operasi padahal sudah beberapa kali mendapatkan jadwal dari pihak rumah sakit.

Menurutnya, Viola saat itu tidak bisa dioperasikan karena pemulihan giginya yang membuat waktu yang cukup lama, lalu kemudian mendapatkan jadwal kembali, sayang Viola gagal mengatur pola makan hingga kekurangan kalium. Pihak dokter hanya menyarankan Viola mengkonsumsi buah-buahan. Terbaru, Viola juga gagal di operasi, karena Rusli tak memiliki ongkos untuk membawa Viola ke Jakarta.

“Kalau di bawa pulang harus dijaga pola makan. Bagaimana saya bisa menjaga pola makan kebutuhan saja gak ke kejar, kadang saya harus jualan. Dan saya pun mendapat jadwal (lagi), tapi tak datang, tak ada ongkos,”ucapnya.

**Baca juga: DPP Gerindra Serahkan Penentuan Balon Pilkada Ke DPD Banten.

Sebagai penjual kopi keliling yang biasa mangkal di Merak Cilegon ini pendapatan tak menentu yang ia harus bagi-bagi untuk kebutuhan dapur dan kontrol Viola ke Jakarta. Ia pun hampir putus asa dengan kondisi tersebut.

“Pendapatan tak pasti, kalau ada pendapatan saya langsung balik (rumah) kadang seminggu jualan kalau udah dapat uang baru balik. sebab disini selain Viola ada yang sekolah. Cuman paling gede biayanya untuk Viola ini. kalau di hitung-hitung kebutuhan hampir tak mampu saya. Pas ada rejeki (Viola) dibawa untuk kontrol, kalau tak ada saya ditunda. kadang kehabisan obat. ke Pandeglang aja kita hampir-hampir gak ada ongkos gak datang untuk mengambil obat,”katanya.

Rusli mengaku akan berusaha semaksimal mungkin supaya anak bisa sembuh kembali agar mendapatkan hak pendidikan yang layak sebab ia tak tega jika penyakit anaknya kambuh, sekujur tubuhnya akan membengkak. Belum lagi Viola harus melawan rasa sakit. Dalam beberapa hari kedepan ia berencana akan membawa kembali Viola ke Jakarta untuk menunggu jadwal operasi. Ia berharap ada dermawan yang mau membantu meringankan bebannya. (Aep)

Print Friendly, PDF & Email