22 Paket Ganja Diamankan, Polisi Sergap Pengedar di Legok

Barang bukti ganja.(yud)

Kabar6‎-Selalu saja ada cara bagi para pengedar narkotika, untuk mengelabui aparat penegak hukum demi terus menjalankan bisnis haramnya.

Seperti yang dilakukan oleh pengedar berinisial J alias Njun (35), warga Kampung Circu RT‎ 02/04, Desa Palasari, Kecamatan Legok‎, Kabupaten Tangerang.

Ya, sambil menunggu konsumen, Njun bahkan sengaja menyimpan kemasan paket ganja siap edar di dalam kaleng krupuk.

Modus jahat itu baru terbongkar, setelah salah seorang pelanggannya yang berhasil disergap polisi, akhirnya buka mulut dan mengumbar modus yang selalu dilakukan Njun dalam beraksi.

Kasubag Humas Polres Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Komisaris Mansuri mengungkapkan, kasus ini berawal dari tertangkapnya Ridwan alias Begeng (30), saat tengah asik menghisap ganja.

“Saat ditangkap, Begeng juga kedapatan masih mengantongi dua paket ganja kemasan kecil,” ungkapnya kepada kabar6.com, Senin (21/11/2016)‎.

Kepada petugas, Begeng akhirnya buka suara tentang Njun. Dengan menyamar sebagai pembeli, petugas pun berhasil meringkus Njun setelah dipancing untuk bertransaksi.

“Dari tangan Njun, anggota kami menemukan barbuk sebanyak 22 paket‎ ganja yang disimpan oleh pelaku di dalam kaleng krupuk warna merah,” jelas Mansuri.

Menurutnya, total berat daun ganja milik kedua tersangka mencapai 51,08 gram. Kedua‎nya dijerat melanggar Pasal 114 Sub Pasal 111 Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal kurungan penjara selama 12 tahun.**Baca juga: Jerry “Semaput” di Apartemen Silkwood Residence Alam Sutera.

“Kasusnya ditangani oleh Polsek Pagedangan.‎ Dan, Njun mengaku bila puluhan paket ganja‎ miliknya diperoleh dari bandar berinisial O, yang kini masuk dalam DPO,” tambah Mansuri.(yud/cep)




Pelajar di Tangsel Okuti Kompetisi Jadi Wirausaha

Ilustrasi (bbs)

Kabar6-Ribuan pelajar tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mengikuti kompetisi menjadi wirausaha atau entrepreneur.

Mereka didorong untuk mampu mengembangkan diri jadi pengusaha muda hingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel, Warman Syanudin mengungkapkan, ajang ini sempat diikuti sekitar 3.000 pelajar yang mendaftar. Kemudian para juri menyeleksi peserta hingga mengerucut menjadi 1.000 pelajar.

“Dari seribu peserta terseleksi menjadi tiga ratus siswa lalu diseleksi lagi menjadi tiga puluh siswa. Dari tiga puluh siswa terseleksi menjadi dua belas siswa. Merekalah yang berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan tim seleksi yang menjaring,” kata Warman di Serpong, Senin (21/11/2016).

Ke-12 pelajar yang dinyatakan unggul dan kompetitif, terang Warman, telah mampu berkreasi membuat beragam jenis produk kerajinan tangan. Modelnya variatif dan dikemas secara menarik. ‎

Warman memastikan, tahapan berikutnya tidak berhenti hanya sampai pada pemberian penghargaan saja. Tapi akan ditindak lanjuti melalui pembinaan usaha agar semakin berkembang.**Baca juga: Baru Dipasang, Kanopi Terminal Terpadu Merak Ambruk.

“Harapannya mereka betul-betul melakukan pengembangan dan menjadi fokus kedepan selesai sekolah hingga masuk perguruan tinggi, dilanjutkan melalui pembinaan hingga menjadi wirausaha unggul,” terang Warman.**Baca juga: Jerry “Semaput” di Apartemen Silkwood Residence Alam Sutera.

Dewan juri berasal dari kalangan akademisi, pelaku usaha dan pemerhati perkembangan dunia UKM. Tentunya mereka menguasai dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam melihat satu produk pengembangan siswa siswi.(yud)




Jerry “Semaput” di Apartemen Silkwood Residence Alam Sutera

Jerry saat dibawa ke RS Omni Alam Sutera.(cep)

Kabar6-Jerry Suseno (40), ditemukan terkapar lemas di kamar Apartemen Silkwood Residence Alam Sutera, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (21/11/2016).

Diduga, Jerry mencoba bunuh diri dengan mengonsumsi obat-obatan dan minuman keras (miras).

Kasubag Humas Polres Tangsel, Kompol Mansuri mengatakan, jasad Jerry yang nyaris tewas ditemukan oleh petugas piket Pospol Melati Mas, setelah mendapat laporan dari Mari Tanoto (60), orangtua Jerry.

Orangtua Jerry sengaja mendatangi Pospol Melati Mas guna meminta bantuan, setelah mendapat pesan singkat (SMS) dari Jerry yang hendak mengakhiri hidup.

Petugas bersama orangtua Jerry kemudian mendatangi kamar nomor 2308, lantai 23 Apartemen Silkwood Residence Alam Sutera, yang selama ini dihuni Jerry.**Baca juga: Keluarga Pelajar Tewas Desak Polisi Tangkap Pelaku.

“Setelah pintu berhasil dibuka paksa, didapati tubuh Jerry sudah terkapar lemas. Disamping tubuhnya juga ditemukan sebotol miras jenis Mansion House, satu strip obat merk Panadol, satu strip obat Cataflam dan satu trip Entrostop,” ujar Mansuri.**Baca juga: Pelajar SMK Tawuran di Tangerang, Seorang Tewas Tertusuk.

Kemudian, langsung dilarikan ke RS Omni Alam Sutera guna mendapatkan penanganan medis,” ujar Mansuri.**Baca juga: Perdana, Kecamatan Pinang Gelar MTQ.

Ditanya perihal motif dibalik aksi nekat Jerry tersebut, Mansuri mengaku masih belum mengetahui secara pasti. Itu mengingat sampai saat ini Jerry masih dalam perawatan.(Cep)




Rumah Sayur Tangsel Bakal “Jegal” Dua Pasar Induk

Pedagang di Pasar Ciputat tunggu pembeli.(yud)

Kabar6-‎Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) untuk membuat Rumah Sayur, kiranya bukan tanpa tujuan.

Salah satunya adalah, agar pedagang pasar tradisional diwilayah itu, tidak lagi membeli pasokan sayur mayur dari Pasar Induk Tanah Tinggi di Kota Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta.

“Ada sekitar 10 ton sayuran setiap harinya masuk ke pasar-pasar tridisional di Tangsel,” kata Kepala Pasar Ciputat, Ardani ditemui di Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, kemarin.

Menurutnya, setelah ada Rumah Sayur nanti, maka para pedagang di pasar-pasar tradisional dan modern di Kota Tangsel, tak perlu lagi belanja ke pasar induk.

Berkaitan dengan Rumah Sayur, diutarakan Ardanih, pihaknya pertama kali menyampaikan rencana tersebut ke pihak UPT Pasar Kota Tangsel.

Hal itu menyikapi sering adanya keluhan pedagang terkait kenaikan harga sayur di pasar tersebut.**Baca juga: Pedagang Mainan Anak Terkapar di Lapangan Ciputat.

“Ahamdulillah UPT Pasar menerima masukan kita adanya Rumah Pasar. Kita buat percontohan disini. Sosialisasinya juga sudah kita berikan ke pedagang,” utaranya.**Baca juga: Polisi Bekuk Pengguna Ganja di Depan Teras Kota.

Ardanih bilang, dirinya dengan optimis dengan adanya Rumah Sayur. Selain mampu memenuhi kebutuhan pasar, dengan sistem jemput langsung sayur ke tangan petani, kualitas barang dapat jauh lebih terjamin.**Baca juga: Pemkot Tangsel Bakal Terapkan Layanan Jemput Bola.

“Pasti aman stoknya. Kita terus buka komunikasi dengan para petani di daerah. Paling tidak, jumlah barang yang disediakan diatas kebutuhan,” pungkasnya.(yud)




Pemkot Tangsel Bakal Terapkan Layanan Jemput Bola

Camat Wahyudi serahkan nasi tumpeng.(yud)

Kabar6-Warga di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mulai kini bakal lebih mudah mendapatkan pelayanan dokumen penting.

Pemohon sudah tak perlu lagi repot-repot datang ke kantor-kantor pelayanan, karena diterapkan sistem jemput bola.

Demikian diungkapkan Camat Setu, ‎Wahyudi Leksono di Jalan Pahlawan Seribu, Minggu (20/11/2016). “Petugas kami namakan Tim Raider,” ungkapnya.

Menurutnya, pembentukan Tim Raider ini bertepatan dalam rangkaian acara hari jadi Kota Tangsel ke-8. Aparatur wilayah di Kecamatan Setu yang tergabung dalam Tim Raider, bertugas mengantarkan segala dokumen yang diurus warga setempat.

Dan, terang Wahyudi, jika dokumen milik warga telah selesai, maka tak perlu lagi mengambil ke kantor-kantor pelayanan di sekitar Kecamatan Setu. Tapi Tim Raider akan mengantarkan langsung ke rumah pemohon pembuatan dokumen.

“Contohnya seperti KTP Elektronik, akan diantarkan langsung ke rumah pemohon tanpa dipungut biaya oleh petugas‎,” terangnya.**Baca juga: Rencana Pendirian Rumah Sayur Ditanggpi Dingin Oleh Pedagang.

Wahyudi menyebut, bila semua aparatur kelurahan ada koordinatornya yang akan mengantarkan seluruh permasalahan kependudukan yang ada di Kecamatan Setu.
“Tim ini yang bertanggung jawab mengantarkan KTP maupun berkas lainnya dari kelurahan ke kecamatan, bahkan hingga ke rumah warga langsung,” jelasnya. **Baca juga: Polisi Bekuk Pengguna Ganja di Depan Teras Kota.

Manakala ada warga yang tidak bisa hadir ke kecamatan, maka kata Camat Wahyudi, warga bisa menelepon untuk dijemput berkasnya oleh tim rider ini. Sehingga berkas aman dan dapat membantu masyarakat yang sedang sibuk. (yud)




Polisi Bekuk Pengguna Ganja di Depan Teras Kota

NH, pemuda pengguna ganja yang ditangkap.(cep)

Kabar6-NH (26), warga Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua, Kabuaten Tangerang, dibekuk aparat Satresnarkoba Polresta Tangerang Selatan (Tangsel), lantaran terlibat kasus penyalahgunaan narkoba jenis ganja, Minggu (20/11/2016).

NH dibekuk usai bertransaksi narkoba dengan salah seorang pengedar di depan Mal Teras Kota, Kecamatan Serpong, Kota Tangsel.

Dari tangan pelaku, petugas berhasil menyita barang bukti berupa dua paket kecil ganja kering siap pakai seberat 5,56 gram.

Kasubag Humas Polres Tangsel, Kompol Mansuri mengatakan, penangkapan bermula dari informasi masyarakat jika kerap terjadi transaksi ganja di wilayah tersebut.

“Info warga itu ditindaklanjuti anggota Unit II Satresnarkoba, dengan melakukan  penyelidikan. Setelah mendapati pria yang dicurigai, kemudian dilakukan penggeledahan dan didapati dua paket narkotika jenis ganja,” kata Mansuri.

Kepada petugas, tersangka mengaku memperoleh narkotika jenis ganja dari seorang pria bernama Alfian, yang kini masuk dalam DPO.**Baca juga: Rencana Pendirian Rumah Sayur Ditanggpi Dingin Oleh Pedagang.

“Tersangka mengaku sudah membeli ganja tujuh kali, namun barang itu hanya untuk diserahkan kepada orang lain,” kata Mansuri.**Baca juga: Pedagang Mainan Anak Terkapar di Lapangan Ciputat.

Tersangka dan barang bukti selanjutnya dibawa ke Mapolres Tangsel guna penyelidikan lebih lanjut.(cep)




Rencana Pendirian Rumah Sayur Ditanggpi Dingin Oleh Pedagang

Pedagang sayur mayur di Tangsel.(yud)

Kabar6-Renca‎na pendirian Rumah Sayur di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ditanggapi datar oleh para pedagang. Harapan mereka sederhana, pasokan komoditi pertanian tercukupi dan harga stabil.

Eko (43), salah satu pedagang sayuran di Pasar Ciputat dijanjikan bila nantinya harga komoditi yang disediakan dinilai akan lebih murah dari distributor. Ia juga belum paham soal masalah teknis distribusi yang akan dijalankan oleh pengelola Rumah Sayur.

“Katanya resiko rugi kita berjualan menjadi kecil. Nanti katanya kita membeli sayur sama koordinator Rumah Sayur,” katanya, Sabtu (19/11/2016).

Selama ini para pedagang membeli komoditi pertanian di pasar induk. Mereka seringkali tidak mengetahui bila harga sayuran naik. Eko bilang, karena terpaksa pedagang akhirnya belanja meski harganya mahal.

Ia menambahkan, dengan konsep perdagangan di pasar tradisional seperti ini, rupanya masih menyisakan kekhawatiran pedagang. Menjadi pertanyaan, apakah ketersediaan barang di tingkat petani bakal mencukupi kebutuhan pedagang dan konsumen atau tidak. Sementara, pasokan sayur dari pasar induk atau pedagang besar sebelumnya bakal terputus.

“Pedagang biasanya enggak cuma belanja barang dari satu tempat. Kalau satu kosong ya pindah cari ke tempat lain. Katanya lewat Rumah Sayur lebih murah. Mudah-mudahan stok barangnya juga lengkap,” harapnya.

Yatni, 51, pedagang sayur lainnya di Pasar Ciputat ikut menimpali, selama ini pedagang pasar sering menjadi kambing hitam apabila harga kebutuhan pokok sedang melonjak. Padahal, kondisi demikian sudah terjadi di tingkat pasar induk.**Baca juga: Mulai 2017 di Tangsel Ada Rumah Sayur.

“Pembeli pada enggak mau tahu. Komplainnya ke kita, katanya mahal banget. Kita juga enggak mau jualan mahal. Untungnya juga sama saja, yang ada masih risiko rugi,” ketusnya.**Baca juga: Pemkot Tangsel Jajaki Kerjasama Rumah Sayur.

Meski kerap menjumpai kelangkaan barang di tingkat hulu, namun dikatakan Yatni aktifitas perdagangan masih tetap berjalan. Hanya saja jumlah pembelian lebih sedikit untuk meminimalisir kerugian sebagai dampak kenaikan harga.**Baca juga: Pedagang Mainan Anak Terkapar di Lapangan Ciputat.

“Jual harga mahal bukan berarti dapat untung besar. Malah bisa rugi karena keburu menyetok barang. Pembeli mau belanja pada bingung karena duitnya (uang) kurang atau karena apa,” terangnya.(yud)




Pedagang Mainan Anak Terkapar di Lapangan Ciputat

Kabar6-Seorang pria pedagang mainan anak-anak, Kusmana (54), ditemukan tewas telungkup di Lapangan Pitamia, RT 03/03, Parung Beunying, Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (20/11/2016).

Kasubag Humas Polres Tangsel, Kompol Mansuri mengatakan, jasad korban pertama kali ditemukan oleh Ingka alias Andi Unli (52), warga sekitar.

“Saat ditemukan, korban sudah dalam posisi telungkup di Lapangan Pitamia dan sudah tak bernyawa lagi. Tidak ada tanda-tanda kekerasan maupun luka ditubuhnya,” ujar Mansuri.

Diduga, korban tewas akibat penyakit darah tinggi yang dideritanya. “Dari keterangan Mulyati, istri korban, memang korban memiliki riwayat penyakit darah tinggi,” ujar Mansuri.**Baca juga: Kader HMI se-Jabotabeka-Banten Diminta Tenang.

Sementara, di saku celana korban juga ditemukan sebuah dompet berisi uang Rp544.000, SIM C atas nama korban dan STNK motor B 6203 WJQ, berikut sepeda motor Honda Vario B 6203 WJQ.**Baca juga: Tidak Capai Target, Karyawan Perusahaan Ini Dihukum Makan Cacing Hidup.

Mengingat istri korban meminta agar jenazah langsung disemayamkan di rumah duka di Jalan Aria Putra, RT 06/15, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang, Tangsel, maka tidak dilakukan visum ata jenazah korban.(cep)




20 Tahun Beroperasi Ilegal, BTS di Serpong Disegel

Menara BTS di Serpong yang disegel.(yud)

Kabar6-‎Bangunan menara jaringan telekomunikasi atau Base Traceiver Station (BTS) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali disegel.

Kali ini, sanksi tegas itu diberikan pada BTS yang terletak di RW 09, Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong. Itu lantaran tidak mengantongi dokumen resmi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Satpol PP Kota Tangsel, Muhdini mengungkapkan, BTS milik PT Inti Bangun Sejahtera ini dipastikan illegal.

Regulasi yang dilanggar yakni Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Dishubkominfo. “BTS ini telah mencuri star, ngebangun sebelum memiliki IMB,” kata Muhdini, Sabtu (19/11/2016).

Ia menerangkan, ketika penyegelan BTS dilaksanakan pihaknya juga turut menghadirkan pemilik tanah sebagai saksi.

Satpol PP Kota Tangsel mengaku‎ tidak akan melepas segelan sebelum perusahaan jaringan telekomunikasi Smartfren mengantongi perizinan resmi.

“Tentunya BTS bisa dioperasikan kembali kalau pemiliknya sudah punya IMB resmi,” terang Muhdini.

Staf PPNS Satpol PP Tangsel Muhdini menjelaskan, BTS milik PT Inti Bangun Sejahtera telah mencuri star membangun menara, padahal mereka belum mengantongi ijin.

“Kita menyegel BTS Smartfren ini, karena belum mengantongi ijin, dan BTS ini telah melanggar Perda No 5 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan komunikasi dan informasi,”ungkapnya.

Pihaknya menyegel dengan kertas segel nomor 026/November/SET-PPNS Tangsel. “Kita segel, dan pihak pemilik tanah menyaksikan, BTS ini bisa berfungsi jika sudah memiliki IMB, namun jika tidak Satpol PP tidak dapat membuka segel tersebut,”katanya.

Ika, pemilik lahan menara BTS telah menyewa lahan kepada orangtuanya selama 20 tahun. “Itu milik Smartfren, dan telah menyewa selama 20 tahun, dengan biaya per tahunnya sebesar Rp 20 juta,” ungkapnya.**Baca juga: HUT PGRI ke-71, 30 Ribu Guru di Kota Tangerang Ikut Gerak Jalan.

Ika mengatakan, awalnya keluarga tidak mau, namun karena orangtuanya sudah melakukan perjanjian dan meminta nominal, yang sebelumnya diajukan Rp 23 juta menjadi Rp 20 juta per tahunnya.**Baca juga: Pemkot Tangsel Jajaki Kerjasama Rumah Sayur.

Namun Ika mengklaim tidak mengetahui kalau BTS Smartfren tidak memiliki izin resmi. “Kalau soal ijin saya gak tahu, biarkan itu urusan pemilik BTS,” ujarnya.(yud)




Pemkot Tangsel Jajaki Kerjasama Rumah Sayur

Pedagang sayur mayur di Kota Tangsel.(yud)

Kabar6-Penjajakan dengan kelompok tani dan pemerintah daerah tetangga sedang digalang. Langkah ini terkait rencana didirikannya Rumah Sayur di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai tahun depan.

‎Sedianya, kerjasama dengan daerah lain dalam bidang pertanian itu, sudah dilaksanakan Kota Tangsel sejak periode 2015 lalu.

Seperti dengan daerah di Bandung, Bogor, dan Sukabumi, Jawa Barat. Point kesepakatan dalam kerjasama ini adalah, semua pihak mendapat keuntungan.

“Kita bisa beli murah, sedangkan hasil kebun petani laku terjual. Sedangkan soal bagaimana sayurannya cepat terjual, terkadang masih menjadi permasalahan di kalangan petani,” kata Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel, Rohidin, Sabtu (19/11/2016).

Ia menjelaskan, dalam menjalankan program ini, Unit Pelayanan Tekhnis (UPT) Pasar Tangsel menunjuk Pasar Ciputat sebagai pilot project atau program percontohan Rumah Sayur.

Kedepan, semua pasar di Kota Tangsel akan bekerjasama dengan Rumah Sayur untuk memutus rantai distribusi sayur dan memperoleh barang dengan harga murah.

“Para pedagang di enam pasar secara bertahap akan bekerja sama dengan Rumah Sayur. Jadi kita seakan punya enam pasar induk. Nantinya juga kita layani penjualan ke daerah lain seperti Jakarta,” paparnya.

Koordinator Rumah Sayur, Husein Hamidy menambahkan, setiap hari barang diantar kelompok tani rekanan atau dijemput langsung Rumah Sayur. Pergerakan harga tetap mendapat pengawasan secara ketat. Dengan begini, kontrol harga dapat dengan mudah dilakukan.

“Harga di pasar tradisional kita harus lebih murah dari pasar induk. Jelas berapa membeli dan harus menjualnya. Harus ada keseragaman harga,” ujar Husein.**Baca juga: KPK Tunjuk Aplikasi SIMRAL di Tangsel Sebagai Rujukan.

Saat ini, tim Rumah Sayur Tangsel terus melakukan survei ketersediaan sayur ke beberapa daerah. Peninjauan akan dilakukan apabila ada titik yang dapat mengakomodir kebutuhan pasar di Kota Tangsel.**Baca juga: Mulai 2017 di Tangsel Ada Rumah Sayur.

“Kita sekarang sedang lakukan survei di daerah Bandung Barat. Petani lebih memilih bekerjaama dengan pemerintah ketimbang tengkulak, karena lebih aman. Terkadang tengkulak justru sengaja menjatuhkan harga di lingkungan petani,” tandasnya.(yud)