oleh

Campo, Jadi Orang Pertama Tanpa Penyakit Mematikan yang Jalani Suntik Mati di Kolombia

image_pdfimage_print

Kabar6-Permintaannya Martha Sepúlveda Campo (51) untuk melakukan euthanasia akhirnya dikabulkan oleh otoritas berwenang di Kolombia. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan penderitaannya.

Permintaan wanita ini, melansir goodwordnews, dikabulkan untuk mengakhiri sakit amyotrophic lateral sclerosis atau ALS yang diderita Campo. “Dari tingkat spiritual, saya benar-benar tenang,” kata Campo, yang mendefinisikan dirinya sebagai ‘seorang Katolik yang sangat beriman’.

Campo diketahui akan menjadi pasien pertama dengan penyakit non-terminal yang menerima euthanasia di Kolombia, negara yang dianggap sebagai pelopor dalam hak atas kematian yang bermartabat, baik di Amerika Latin maupun secara global.

“Tuhan tidak ingin melihat saya menderita, dan saya percaya bahwa tidak seorang pun, tidak ada orangtua yang ingin melihat anak-anaknya menderita,” ujar Campo yang menderita penyakit degeneratif sejak 2019 lalu.

Seiring waktu, gejalanya semakin parah hingga wanita tersebut tidak bisa lagi berjalan tanpa bantuan. Diagnosisnya adalah amyotrophic lateral sclerosis atau ALS, penyakit sistem saraf yang memengaruhi mobilitas tubuh. “Dalam keadaan yang saya miliki, hal terbaik yang bisa terjadi pada saya adalah beristirahat,” terang Campo.

Kolombia adalah negara pertama di Amerika Latin yang mendekriminalisasi euthanasia, tepatnya mulai 1997, juga merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang prosedurnya legal. Tapi hingga tahun ini, itu hanya diperbolehkan dalam kasus penyakit terminal.

Pada 22 Juli, Mahkamah Konstitusi Kolombia memperluas hak, mengizinkan prosedur euthanasia asalkan pasien menderita penderitaan fisik atau mental yang intens akibat cedera tubuh atau penyakit serius dan tidak dapat disembuhkan.

Empat hari kemudian, Campo meminta izin, yang akhirnya diberikan pada 6 Agustus 2021. “Saya lebih tenang karena prosedur itu disahkan. Saya lebih banyak tertawa, saya tidur lebih tenang,” ujar Campo.

Sebanyak 11 saudara kandungnya setuju dengan prosedur tersebut, dan putranya telah berada di sisinya di hari-hari terakhirnya. ** Baca juga: Di Arizona, Bermunculan Ratusan Hewan Aneh Bermata Tiga Setelah Hujan Lebat

“Saya membutuhkan ibu saya, saya ingin dia bersama saya, hampir dalam kondisi apa pun, tetapi saya tahu bahwa dalam kata-katanya dia tidak lagi hidup, dia bertahan,” kata Federico Redondo Sepúlveda, putra Campo.

Diketahui, Campo mencatatkan sejarah sebagai orang pertama tanpa penyakit mematikan yang menjalani euthanasia.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email