oleh

Belarus Jadi Satu-satunya Negara di Eropa yang Tidak Takut Pandemi COVID-19

image_pdfimage_print

Kabar6-Banyak negara melakukan lockdown atau sejumlah antisipasi lain untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Sama halnya, kawasan Eropa yang sudah dinyatakan sebagai pusat pandemi COVID-19 pun menerapkan peraturan serupa.

Namun, ada satu negara di Eropa yang tidak terlalu khawatir dengan penyebaran COVID-19. Berbeda dengan pemerintah sejumlah negara, melansir BBC Indonesia, pihak berwenang di Belarus tidak menerapkan karantina wilayah. Bahkan, pemerintah juga tidak secara khusus meminta warga untuk saling jaga jarak. Padahal negara tetangga mereka seperti Rusia dan Ukraina, sudah mengambil tindakan ekstrem untuk mencegah penularan COVID-19.

Di Belarus, kehidupan berjalan seperti biasa. Warga ke tempat kerja dan orang-orang tidak panik membeli barang kebutuhan dalam jumlah banyak. Selain itu, pemerintah tidak menutup perbatasan.

Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, mengatakan bahwa negaranya tidak perlu mengambil langkah-langkah khusus menghadapi atau mengantisipasi wabah virus corona. “Hal seperti ini pasti terjadi. Hal yang penting adalah jangan panik,” katanya saat menerima Duta Besar Tiongkok di Ibu Kota Minsk.

Bioskop, teater dan kegiatan-kegiatan yang dihadiri banyak orang masih berjalan seperti biasa. Belarus adalah satu dari sedikit negara di dunia yang tidak membatalkan kalender kompetisi sepak bola. Turnamen masih berjalan dan disiarkan secara langsung ke negara tetangga, Rusia.

Presiden Lukashenko pernah menyatakan, ‘traktor bisa menyembuhkan orang-orang yang terinfeksi virus corona’. Keruan saja komentar ini memicu perdebatan secara meluas bahkan menjadi bahan olok-olok di media sosial.

Namun yang dimaksud traktor adalah dengan bekerja di ladang pertanian, maka badan menjadi bugar. Dalam kondisi bugar, orang menjadi lebih kuat ketika terserang virus. Presiden Lukashenko juga mengatakan, meski dirinya bukan orang yang suka dengan minuman keras, ia akan mencoba untuk minum vodka agar bisa terhindar dari COVID-19.

Namun di sisi lain, rakyat Belarus diam-diam khawatir dengan COVID-19. Mereka mengikuti perkembangan di luar negeri. Di Minsk, sejumlah pelajar pura-pura sakit agar tidak kontak dengan murid-murid lain di ruang kelas yang penuh sesak.

Untuk mengatasi kekhawatiran semacam ini, perguruan tinggi memulai perkuliahan lebih siang, dengan begitu para mahasiswa tidak harus ke kampus pada jam sibuk di pagi hari.

Pantauan memperlihatkan bahwa kerumunan di Minsk tak sebesar beberapa waktu lalu. Muncul juga kesadaran bahwa mereka yang berusia lanjut rentan terserang virus. Namun kesadaran ini bukan berasal dari imbauan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Presiden Lukashenko mengatakan, rakyat tidak perlu khawatir dengan penularan dari luar karena semua pendatang menjalani tes.

“Setiap hari antara dua hingga tiga orang positif terkena COVID-19. Mereka semuanya menjalani karantina dan dipulangkan setelah satu setengah atau dua pekan,” kata Presiden Lukashenko.

Presiden Lukashenko menekankan, cemas dan merasa seolah-seolah terkena penyakit adalah sesuatu yang berbahaya. Ia mengklaim, kecemasan yang meluas ‘lebih berbahaya dari virus itu sendiri’. ** Baca juga: Aneh, Hewan Langka Muncul di India Selama Pandemi COVID-19

Ia sudah memerintahkan badan intelijen untuk mencari dan menangkap orang-orang yang dituduh menyebarkan kepanikan dan kecemasan.

Diketahui, sejauh ini terdapat 86 kasus CIVID-19 di Belarus, dengan dua orang meninggal dunia, meski pemerintah belum mengeluarkan konfirmasi bahwa keduanya memang meninggal akibat virus tersebut.

Mungkin Belarus memang sudah mempersiapkan ‘jurus sakti’ penangkal COVID-19.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email