oleh

Begini Tips Memilih Dokter dan Rumah Sakit Untuk Berobat Jantung

image_pdfimage_print

Kabar6-Berobat ke luar negri, seolah jadi trend tersendiri bagi kalangan mampu di tanah air. Alasannya pun beragam. Diantaranya, dokter lebih care, penjelasan dan komunikasi dua arah antara dokter dan pasien yang santai dan nyaman.

Hingga dukungan peralatan lebih canggih, sistem pelayanan yang cepat, efektif dan supportif buat pasien termasuk antar jemput pasien ke bandara, mutu yang lebih meyakinkan dan memuaskan.

Dr. Dasaad Mulijono MBBS (Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, FIMSANZ, PhD, Director of Cardiology Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, kiranya ingin memperbaiki sistem layanan kesehatan, guna memupus semua kondisi dan kebiasaan itu.

Tujuannya, agar paradigma berobat ke luar negeri khususnya di bidang penyakit jantung dapat dihindari.

Sedianya, ada beberapa tips yang perlu diketahui masyarakat dalam memilih dokter dan rumah sakit untuk berobat jantung. Seperti, mutu pelayanan Medical Check Up (MCU), sangat ditentukan oleh peralatan yang tersedia, kualitas, ketelitian dan pengalaman dari dokter yang memeriksa pasien, serta kemampuan yang bersangkutan dalam menginterpretasikan data.

Selain itu juga, dituntut kejujuran dan kepedulian dari dokter yang melayani. MCU yang baik akan menghindari pasien dari resiko cacat dan bahkan kematian karena dapat mendeteksi penyakit secara dini. Demikian juga dokter yang baik akan selalu berupaya memutakhirkan pengetahuannya.

Salah satu contoh kriteria penanganan kolesterol, sepuluh tahun yang lalu LDL di bawah 130 mg/dl dianggap baik, namun sekarang LDL di bawah 70 mg/dl baru dianggap baik. Bahkan hasil penelitian terkini menganjurkan bagi pasien penderita jantung koroner LDL-nya harus di bawah 60 mg/dl.

“Terjadinya kasus pasien meninggal mendadak akibat serangan jantung atau stroke meskipun baru beberapa waktu menjalani MCU menegaskan, betapa pentingnya mutu pelayanan MCU,” kata pria ramah yang pernah menjadi dokter standby bagi VVIP tamu negara seperti Hilary Clinton (Menlu AS waktu itu) dan George Soros kepada kabar6.com.

Untuk mendeteksi kemungkinan seseorang menderita penyakit jantung koroner (adanya sumbatan di arteri koroner jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung), dapat dilakukan beberapa pemeriksaan dengan tingkat keakuratan yang berbeda.

Treadmil dengan keakuratan hanya 50 persen; MSCT dengan keakuratan sekitar 80 persen tetapi perkembangan teknologi MSCT dengan Slice tinggi, yang dikombinasikan dengan ketelitian dan pengalaman dari dokter yang menginterpretasikan data yang diperoleh, maka keakuratannya dapat ditingkatkan menjadi 90 persen.

Pemeriksaan dengan keakuratan hampir 100 persen (gold-standard) adalah Angiografi (Kateterisasi Jantung).

Gejala khas dari penyakit jantung koroner adalah rasa nyeri di dada seperti tertekan yang dapat disertai dengan penjalaran ke tangan kiri atau ke leher. Dapat pula disertai dengan rasa sesak atau berkeringat dingin.

“Namun tiga puluh sampai empat puluh persen dari penderitanya mempunyai gejala yang tidak khas. Mereka dapat merasa seperti masuk angin (maka timbul istilah angin duduk), gejala gangguan pencernaan/ asam lambung, dan lain sebagainya,” paparnya.

Oleh karena itu, Dasaad, tidak mengherankan banyak penderita jantung koroner yang salah mengira sehingga mereka tidak segera pergi ke rumah sakit apalagi bila terjadi di tengah malam.

Untuk menghindari kematian mendadak, disarankan untuk tidak menunda pergi ke rumah sakit bilamana merasakan gejala tersebut. Hindari juga penanganan penyakit jantung koroner yang tidak optimum dari rumah sakit yang disebabkan rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas Laboratorium Kateterisasi (cathlab). Tidak tersedianya dokter jantung yang stand by  atau full-timer.

Dokter dan timnya tidak dapat memulai tindakan dengan cepat (kurang dari 90 menit). Penanganan canggih terkini untuk pasien dengan serangan jantung (heart attack) adalah emergency kateterisasi dan pemasangan stent (intervensi primer).

“Jika dalam enam sampai dua belas jam seseorang yang mengalami heart attack tidak menjalani tindakan intervensi primer maka seluruh bagian otot jantungnya yang mengalami sumbatan aliran akan rusak taua mati. Otot jantung yang mati sulit untuk mengalami perbaikan atau pemulihan,” jelasnya.

Pasien dengan heart attack juga dapat mengalami kematian mendadak akibat gangguan irama jantung (Fibrilasi Ventrikel). Hubungan pasien dengan dokter adalah hubungan kekeluargaan. Hubungan seperti ini tidak mungkin didapati jika pasien berobat ke luar negeri. Hubungan dokter dengan pasien tidak terputus hanya sampai dilakukan tindakan pemasangan stent. **Baca juga: Rumus 3-2-2 Untuk Menyikat Gigi Susu Anak.

“Namun, dokter yang baik dan bertanggung jawab akan terus menasihati dan meresepkan obat bagi pasiennya agar terhindar dari terulangnya serangan. Bahkan pasien dapat secara leluasa berkomunikasi dengan dokternya setiap saat,”tegasnya.(fitrah)

Print Friendly, PDF & Email