oleh

Ini Kata Mahasiswa Soal Nasib Pedagang Pasar Lembang

image_pdfimage_print

Kabar6- Para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada Komisariat Universitas Islam Syekh-Yusuf (Unis) Kota Tangerang, mengaku prihatin dengan nasib ratusan pedagang eks Pasar Lembang, Ciledug, saat ini, Kamis (12/10/2017).

Melalui sebuah kajian tertulis, mereka (mahasiswa) menyampaikan sejumlah pandangannya, terutama mengenai dampak atas rencana pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)/Alun-alun yang tengah digulirkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang, ini.

Dalam pandangannya, Muhamad Sopian Hidayatullah, sang penulis menilai bahwa pemerintah setempat seharusnya dapat menyelesaikan masalah itu, tanpa menimbulkan permasalahan baru, apalagi, sampai harus mengganggu kepentingan pihak masyarakat lainnya. Sebab, keberadaan pasar ini, juga dirasakan penting bagi masyarakat setempat, baik itu pihak pedagang maupun konsumen/pembeli.

“Seharusnya jika memang Pemkot Tangerang ingin mendirikan alun-alun, mereka tidak perlu menggusur lahan yang sudah dijadikan pasar sejak tahun 90-an ini. Pemerintah bisa membangun atau menata pasar tradisional ini dan mengakomodir serta membina seluruh pedagang, bukan malah melemahkannya,” kata penulis dalam kajian tertulis tersebut.

Ketua PMII pada Komisariat Unis Kota Tangerang Nasrul Fajri menegaskan, bahwa pihaknya pun saat ini tengah fokus dan intens melakukan diskusi-diskusi kecil, bersama para kader dan anggota, termasuk pula dengan para rekan mahasiswa pergerakan di organisasi lainnya.

Tujuan dari pergerakan ini sendiri, kata dia, adalah murni sebagai langkah pendampingan bagi seluruh eks pedagang Pasar Lembang, yang kondisinya dirasakan semakin terdzolimi. Sebab, mereka sangat menyadari bila kaum mahasiswa selaku Agen of Change and Social Control (agen perubahan dan kontrol sosial, red) juga berkewajiban menyampaikan, bahkan ikut memperjuangkan hak-hak pedagang.

“Saat ini kondisi yang kami tahu, baik dari informasi yang berkembang di media maupun dari hasil observasi kami teman-teman di PMII Unis, bahwa sebagian besar pedagang telah direlokasi ke tempat lain. Di tengah ketidakjelasan persoalan izin dan berbagai permasalahan lainnya. Pedagang sudah dibebankan atas biaya lapak baru yang telah diterapkan dan ditentukan nilainya oleh pengelola pasar yang baru ini. Sehingga atas kondisi ini, kami cukup prihatin dan tergugah, karena nasib pedagang di pasar itu sepertinya lagi dipermainkan. Kami pastikan akan fokus mendampingi dan perjuangkan hak para pedagang,” ujar Nasrul.

Mahasiswa semester lima di Fakultas Agama Jurusan Pendidikan Agama Islam Unis Tangerang ini juga menyampaikan kritikan terkait persoalan tersebut. Kesimpulan sementara yang diyakininya, pertama adalah, ketidakadilan pemerintah terhadap hak masyarakat pedagang hingga berdampak buruk bagi keberlangsungan matapencaharian pedagang itu sendiri.

Kemudian, lanjut dia, yaitu mengenai dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar, karena hal ini secara otomatis akhirnya menggangu aktivitas perdagangan, baik itu terhadap daya beli konsumen maupun daya jual para pedagang.

“Kasihan akhirnya mereka jadi enggak jelas. Yang sudah direlokasi mengeluhkan penurunan omset, sedangkan masih banyak juga pedagang yang jadi galau, bingung masih mau tetap jualan atau enggak. Dan, para konsumen pun ternyata ada berkeluhkesah juga, intinya banyak persoalan didalamnya. Atas kondisi ini, maka kami dari teman-teman PMII Unis Tangerang, dalam waktu dekat akan lebih mengencangkan aspirasi para pedagang, kalau perlu ikut memperjuangkannya. Termasuk dengan aksi parlemen jalanan sekalipun nantinya. Wakil-wakil rakyat yang ada di DPRD kota ini, kami rasa juga harus ikut memperjuangkan nasib mereka (pedagang), kita sama-sama minta pertanggungjawaban Pemkot Tangerang,” pungkasnya. (ges)

 

Print Friendly, PDF & Email