oleh

Bed RS Banten Terbatas Dan Pasien Batal Dirawat, Dirut: Tunggu Sampai 2020

image_pdfimage_print

Kabar6-Menyul adanya keluhan bed tempat tidur RS Banten yang dirasa masih kurang, dan tidak jarang menyebabkan pasien yang ingin dirawat di RS Banten menjadi gagal dirawat.

Direktur Utama RS Banten, Danang Hamsah Nugroho mengaku akan terus berupaya agar pasien yang datang ke RS Banten bisa langsung dirawat agar tidak ada lagi yang pukang atau pindah ke RS lain.

Demikian hal itu katakan Danang, usai menghadiri rapat koordinasi bersama Komisi V DPRD Banten, untuk membahas keluhan dan kendala yang dihadapi oleh pihak RS Banten, RS Malimping dan Dinkes Banten, termasuk pembahasan mengenai KAK Dinkes Banten tahun 2020, Selasa (29/10/2019).

Menurutnya, mudah-mudah mulai awal tahun 2020 nanti, tidak ada lagi pasien yang dirujuk ke RS Banten yang pulang atau gagal dirawat di RS Banten hanya karena diaebabkan oleh faktor bed penuh.

“Mudah-mudahan Januari 2020, kita bisa.operasionalkan dan kita (RS Banten,red) bisa kurangi keluhan itu,” kata Danang.

Menurutnya, saat ini jumlah keseluruhan bed tempat tidur pasien RS Banten hanya berjumlah 133 yang dioperasikan.

Dirinya mengaku, kondisi bed pasien penuh di RS Banten, tidak hanya terjadi untuk kamar-kamar kelas III. Namun, terjadi juga di kamar lainnya.

“Kelas 3 (yang penuh,red). Karena sudah terisi pasien BPJS (kamarnkelas I dan II,red). Kita kan gak bedain pasien umum atau BPJS,” katanya, seraya menambahkan, jika kondisi bed kamar kelas III yang sering penuh.

Diberitakan sebelumnya, keinginan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten gagal dinikmati warga Perum Lebak Indah, Kelurahan Trondol, Kota Serang, beranama Riska.

Pasalanya, dirinya mengaku gagal mendapatkan perawatan untuk anaknya dari RS Banten karena alasan ruangan rawat inap dan bed tempat tidur pasien habis.

Hingga akhirnya dirinya terpaksa harus pulang sambil menunggu perubahan penyakit yang dialami anaknya yang baru berusia satu tahun itu, karena terserang penyakit diare karena tak kunjung sembuh selama sepekan ini meski telah berulang kali berobat.

“Gak jadi dirawat, katanya bed dan ruangannya habis,” kata Riska, seraya mengulangi ucapan petugas jaga RS Banten, Selasa (15/10/2019) malam.

Menurutnya, keinginan untuk mengajukan perawatan anaknya di RS Banten tersebut dikarenakan anaknya telah mengalami sakit selama kurang lebih satu pekan ini, mulai dari sakit panas, batuk, pilek.

Namun yang paling dikhawatirkan adalah penyakit diare yang tak juga kunjung sembuh meski telah berulangkali berobat ke bidan, klinik dan puskesmas.

“Khawatir kenapa-kenapa, atau dehidrasi karena tak kunjung sembuh, makanya saya ingin merawatnya ke RS,” katanya, seraya menambahkan, jika dirinya mengajukan pelayanan kesehatan umum, bukan pasien BPJS.

Meski begitu, keinginannya itu harus batal karena ruangan rawat inap dan kasur pasien RS Banten habis.

Hal itu dibenarkan salah seorang petugas kesehatan yang tengah berjaga di ruang UGD RS Banten yang belum diketahui namanya itu.

Menurutnya, tidak jarang pihaknya terpaksa harus menahan bad kasur milik puskemas apabila ada pasien rujukan yang ingin dirawat di RS Banten, saat sedang penuh.

“Kalau gak, bapak bisa ke RS swasta lain, dari pada disini juga tidak ada tempat tidurnya. Sayang ibu juga kan pasien umum,” katanya.

Sebelumnya, Gubernur Banten, Wahidin Halim optimis RSUD Banten bisa menjadi RS terbaik di Indonesia. Hal itu dikatakannya dihadapan anggota DPRD Banten saat Rapat Paripurna, Selasa (15/10/2019).

“Saya ingin RS Banten ini jadi yang terbaik se-Indonesia,” kata WH.

Diberitakan juga sebelumnya, Anggota Komisi V DPRD Banten, Heri Handoko mengkritisi pelayanan RS Banten dinilai masih kalah dengan RS swasta, dan itu diakui Kadis Kesehatan Banten, Ati Pramudji Hastuti.

Padahal, kata Heri, kucuran anggaran yang berikan Pemprov Banten sangat signifikan dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan RSUD milik Pemprov Banten.

**Baca juga: Dewan Tantang Dirut RS Banten soal Eksistensi dan Pelayanan.

Namun, hal itu nampaknya belum dibarengi dengan output memuaskan agar bisa dirasakan masyarakat. “Padahal anggarannya besar, tapi pelayanannya kalah, dari RS swasta” kata Heri Selasa (8/10/2019).

Bahkan, kata Heri, dibandingkan dengan RS Kabupaten/kota, RS Banten juga masih kalah, sehingga SDM nya perlu harus ditingkatkan dalam memerikan kenyamanan kepada masyarakat.

Tidak seperti yang selama ini terjadi, RS Pemprov Banten pelayanannya selalu dikeluhkan warga disana-sini, meski fasilitas dan angaran yang dimiliki sangat besar.(Den)

Print Friendly, PDF & Email